Sidang Pemakzulan Trump: Senat AS Tolak Panggil Saksi
A
A
A
WASHINGTON - Sidang pemakzulan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memasuki babak baru. Setelah sempat memanas hingga membuat Trump tersudut, perkembangan terbaru justru membuka jalan bagi presiden AS ke-45 itu untuk bebas minggu depan.
Situasi ini tidak terlepas dari keputusan Senat AS menolak memanggil saksi dan mengumpulkan bukti baru dalam persidangan pemakzulan Trump lewat mekanisme voting. Dengan suara 51-49, Senat AS yang dikuasai Partai Republik menghentikan upaya Partai Demokrat untuk mendengarkan kesaksian dari para saksi. (Baca Juga: Sidang Pemakzulan Memanas, Trump Semakin Tersudut
Salah satu saksi yang rencananya akan dihadirkan adalah mantan penasihat keamanan nasional John Bolton. Bolton dianggap memiliki pengetahuan langsung tentang upaya Trump menekan Ukraina untuk menyelidiki saingan politiknya, mantan Wakil Presiden Joe Biden.
Dalam pemungutan suara pada Jumat waktu setempat, hanya dua senator Partai Republik yang "membelot." Keduanya adalah calon presiden Partai Republik pada 2012 Mitt Romney dan Susan Collins.
"Amerika akan mengingat hari ini, sayangnya, di mana Senat tidak memenuhi tanggung jawabnya, di mana Senat berpaling dari kebenaran dan pergi bersama dengan pengadilan palsu," kata Pemimpin Senat Partai Demokrat Chuck Schumer kepada wartawan seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (1/2/2020).
Setelah pemungutan suara pertama tentang pemanggilan saksi, Schumer menawarkan lebih banyak amandemen yang berusaha memanggil saksi dan mendapatkan lebih banyak bukti, tetapi Senat menolak semua usulan itu. Romney dan Collins adalah satu-satunya Republikan yang mendukung memanggil Bolton sebagai saksi.
Senator Partai Republik Lindsey Graham mengatakan persidangan itu harus berakhir sesegera mungkin.
"Kue itu dipanggang dan kami hanya perlu bergerak sesegera mungkin untuk mendapatkannya di belakang kami," katanya kepada wartawan.
Pemungutan suara untuk memanggil para saksi datang beberapa jam setelah New York Times melaporkan rincian baru dari sebuah manuskrip buku yang tidak diterbitkan yang ditulis oleh Bolton. Dalam buku itu mantan ajudannya mengatakan Trump mengarahkannya pada bulan Mei untuk membantu dalam kampanye tekanan untuk membuat Ukraina melakukan penyelidikan yang akan menguntungkan Trump secara politis.
Bolton menulis bahwa Trump mengatakan kepadanya untuk menelepon Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy untuk memastikan Zelenskiy akan bertemu dengan pengacara pribadi Trump Rudy Giuliani, tokoh kunci dalam kampanye itu, Times melaporkan.
Robert Costello, seorang pengacara untuk Giuliani, menyebut laporan Times tidak benar. Sedangkan pengacara dan juru bicara Bolton tidak menanggapi permintaan komentar.
The Times sebelumnya melaporkan bahwa Bolton - bertentangan dengan versi peristiwa Trump - menulis bahwa presiden mengatakan kepadanya bahwa ia ingin membekukan USD391 juta bantuan keamanan ke Ukraina sampai Kiev melakukan penyelidikan terhadap Demokrat, termasuk Biden dan putranya, Hunter Biden.
Demokrat mengatakan berita itu menggambarkan perlunya Senat untuk menempatkan Bolton di bawah sumpah alias menjadi saksi.
Tapi Partai Republik mengatakan mereka sudah cukup mendengar. Beberapa mengatakan mereka tidak berpikir bahwa Trump melakukan sesuatu yang salah. Senator Marco Rubio mengatakan pemakzulan akan memecah belah Amerika, bahkan jika seorang presiden terlibat dalam aktivitas yang jelas tidak dapat dielakkan.
Trump dimakzulkan oleh DPR AS pada Desember tahun lalu. Ia didakwa dengan dua pasal. Pasal pertama Trump dianggapa telah menyalahgunakan kekuasaan karena berusaha menekan pemerintah Ukraina untuk menyelidiki pesaing politiknya dari Partai Demokrat mantan Wakil Presiden AS Joe Biden dan anaknya, Hunter Biden.
Sementara pasal kedua adalah menghalangi Kongres, karena Trump mengganggu penyelidikan DPR, terutama dengan mengarahkan cabang eksekutif untuk tidak bekerja sama dengan penyelidikan. (Baca: Resmi, DPR AS Makzulkan Trump )
Senat AS hampir pasti akan membebaskan Trump dari tuduhan itu. Dibutuhkan dua pertiga suara Senat untuk memakzulkan Trump dan dari 53 anggota Senat Partai Republik dapat dipastikan akan menolak hal tersebut.
Situasi ini tidak terlepas dari keputusan Senat AS menolak memanggil saksi dan mengumpulkan bukti baru dalam persidangan pemakzulan Trump lewat mekanisme voting. Dengan suara 51-49, Senat AS yang dikuasai Partai Republik menghentikan upaya Partai Demokrat untuk mendengarkan kesaksian dari para saksi. (Baca Juga: Sidang Pemakzulan Memanas, Trump Semakin Tersudut
Salah satu saksi yang rencananya akan dihadirkan adalah mantan penasihat keamanan nasional John Bolton. Bolton dianggap memiliki pengetahuan langsung tentang upaya Trump menekan Ukraina untuk menyelidiki saingan politiknya, mantan Wakil Presiden Joe Biden.
Dalam pemungutan suara pada Jumat waktu setempat, hanya dua senator Partai Republik yang "membelot." Keduanya adalah calon presiden Partai Republik pada 2012 Mitt Romney dan Susan Collins.
"Amerika akan mengingat hari ini, sayangnya, di mana Senat tidak memenuhi tanggung jawabnya, di mana Senat berpaling dari kebenaran dan pergi bersama dengan pengadilan palsu," kata Pemimpin Senat Partai Demokrat Chuck Schumer kepada wartawan seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (1/2/2020).
Setelah pemungutan suara pertama tentang pemanggilan saksi, Schumer menawarkan lebih banyak amandemen yang berusaha memanggil saksi dan mendapatkan lebih banyak bukti, tetapi Senat menolak semua usulan itu. Romney dan Collins adalah satu-satunya Republikan yang mendukung memanggil Bolton sebagai saksi.
Senator Partai Republik Lindsey Graham mengatakan persidangan itu harus berakhir sesegera mungkin.
"Kue itu dipanggang dan kami hanya perlu bergerak sesegera mungkin untuk mendapatkannya di belakang kami," katanya kepada wartawan.
Pemungutan suara untuk memanggil para saksi datang beberapa jam setelah New York Times melaporkan rincian baru dari sebuah manuskrip buku yang tidak diterbitkan yang ditulis oleh Bolton. Dalam buku itu mantan ajudannya mengatakan Trump mengarahkannya pada bulan Mei untuk membantu dalam kampanye tekanan untuk membuat Ukraina melakukan penyelidikan yang akan menguntungkan Trump secara politis.
Bolton menulis bahwa Trump mengatakan kepadanya untuk menelepon Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy untuk memastikan Zelenskiy akan bertemu dengan pengacara pribadi Trump Rudy Giuliani, tokoh kunci dalam kampanye itu, Times melaporkan.
Robert Costello, seorang pengacara untuk Giuliani, menyebut laporan Times tidak benar. Sedangkan pengacara dan juru bicara Bolton tidak menanggapi permintaan komentar.
The Times sebelumnya melaporkan bahwa Bolton - bertentangan dengan versi peristiwa Trump - menulis bahwa presiden mengatakan kepadanya bahwa ia ingin membekukan USD391 juta bantuan keamanan ke Ukraina sampai Kiev melakukan penyelidikan terhadap Demokrat, termasuk Biden dan putranya, Hunter Biden.
Demokrat mengatakan berita itu menggambarkan perlunya Senat untuk menempatkan Bolton di bawah sumpah alias menjadi saksi.
Tapi Partai Republik mengatakan mereka sudah cukup mendengar. Beberapa mengatakan mereka tidak berpikir bahwa Trump melakukan sesuatu yang salah. Senator Marco Rubio mengatakan pemakzulan akan memecah belah Amerika, bahkan jika seorang presiden terlibat dalam aktivitas yang jelas tidak dapat dielakkan.
Trump dimakzulkan oleh DPR AS pada Desember tahun lalu. Ia didakwa dengan dua pasal. Pasal pertama Trump dianggapa telah menyalahgunakan kekuasaan karena berusaha menekan pemerintah Ukraina untuk menyelidiki pesaing politiknya dari Partai Demokrat mantan Wakil Presiden AS Joe Biden dan anaknya, Hunter Biden.
Sementara pasal kedua adalah menghalangi Kongres, karena Trump mengganggu penyelidikan DPR, terutama dengan mengarahkan cabang eksekutif untuk tidak bekerja sama dengan penyelidikan. (Baca: Resmi, DPR AS Makzulkan Trump )
Senat AS hampir pasti akan membebaskan Trump dari tuduhan itu. Dibutuhkan dua pertiga suara Senat untuk memakzulkan Trump dan dari 53 anggota Senat Partai Republik dapat dipastikan akan menolak hal tersebut.
(ian)