Dikritik Menterinya, Presiden Sementara Bolivia Rombak Kabinet
A
A
A
LA PAZ - Presiden sementara Bolivia Jeanine Anez merombak kabinetnya setelah salah satu menterinya menyebut keputusan Anez maju dalam pemilu mendatang sebagai "pengkhianatan".
Anez mengumumkan kabinet baru setelah beberapa menterinya mundur atas permintaannya. Meski demikian, menteri lainnya yang tak mengkritiknya tetap dilantik kembali dalam upacara di istana pemerintahan.
"Penyesuaian dalam kabinet ini diperlukan untuk memastikan bahwa semua anggota tim bekerja sama untuk manajemen jujur dan transparan demi kebaikan seluruh rakyat Bolivia," kata Anez.
Mantan senator dari konservatif itu menjadi presiden saat kekuasaan kosong tahun lalu setelah pengunduran diri Evo Morales akibat didesak demonstran dan aliansinya. Anez awalnya menyatakan tidak akan mencalonkan diri sebagai kandidat presiden pada pemilu 3 Mei.
Namun Anez meralat pernyataannya dengan mengumumkan pencalonan dirinya sebagai kandidat presiden. Langkah tersebut dikritik oleh beberapa menterinya yang kini diganti.
Tiga menteri yang diganti adalah menteri pembangunan desa, pendidikan dan komunikasi.
Bolivia mengalami krisis politik sejak Oktober saat hasil pemilu memicu protes nasional dan memaksa Morales mengundurkan diri meski sebelumnya mengklaim menang pemilu. Anez kemudian menjadi presiden sementara setelah Morales dan kabinetnya mundur.
Mantan Menteri Komunikasi Roxana Lizarraga mengkritik Anez dengan mengatakan, "Dia dikelilingi sekelompok kecil politisi yang ingin tetap berkuasa daripada menjamin netralitas pemerintahan sementara."
"Kami memegang kekuasaan awalnya untuk memulihkan lagi demokrasi, jadi kita mendapat pemilu baru," kata Lizarraga yang menjelaskan, pencalonan Anez mengkhianati gerakan protes terhadap Morales.
Anez mengumumkan kabinet baru setelah beberapa menterinya mundur atas permintaannya. Meski demikian, menteri lainnya yang tak mengkritiknya tetap dilantik kembali dalam upacara di istana pemerintahan.
"Penyesuaian dalam kabinet ini diperlukan untuk memastikan bahwa semua anggota tim bekerja sama untuk manajemen jujur dan transparan demi kebaikan seluruh rakyat Bolivia," kata Anez.
Mantan senator dari konservatif itu menjadi presiden saat kekuasaan kosong tahun lalu setelah pengunduran diri Evo Morales akibat didesak demonstran dan aliansinya. Anez awalnya menyatakan tidak akan mencalonkan diri sebagai kandidat presiden pada pemilu 3 Mei.
Namun Anez meralat pernyataannya dengan mengumumkan pencalonan dirinya sebagai kandidat presiden. Langkah tersebut dikritik oleh beberapa menterinya yang kini diganti.
Tiga menteri yang diganti adalah menteri pembangunan desa, pendidikan dan komunikasi.
Bolivia mengalami krisis politik sejak Oktober saat hasil pemilu memicu protes nasional dan memaksa Morales mengundurkan diri meski sebelumnya mengklaim menang pemilu. Anez kemudian menjadi presiden sementara setelah Morales dan kabinetnya mundur.
Mantan Menteri Komunikasi Roxana Lizarraga mengkritik Anez dengan mengatakan, "Dia dikelilingi sekelompok kecil politisi yang ingin tetap berkuasa daripada menjamin netralitas pemerintahan sementara."
"Kami memegang kekuasaan awalnya untuk memulihkan lagi demokrasi, jadi kita mendapat pemilu baru," kata Lizarraga yang menjelaskan, pencalonan Anez mengkhianati gerakan protes terhadap Morales.
(sfn)