Mantan Raja Belgia Akui Punya Putri Hasil Selingkuh

Rabu, 29 Januari 2020 - 02:33 WIB
Mantan Raja Belgia Akui Punya Putri Hasil Selingkuh
Mantan Raja Belgia Akui Punya Putri Hasil Selingkuh
A A A
BRUSSELS - Mantan Raja Belgia, Albert II, mengakui jika hasil tes DNA menunjukkan ia adalah ayah biologis dari Delphine Boel, seorang seniman yang mengaku sebagai putrinya dari perselingkuhan. Ini adalah sebuah pengakuan luar biasa setelah bertahun-tahun proses hukum menjadikan pihak kerajaan pusat perhatian ke tingkat yang tidak biasa.

Dalam sebuah pernyaataan, pengacara Raja Albert mengatakan bahwa mantan raja berusia 85 tahun itu telah mencatat hasil tes DNA. Raja Albert awalnya menolak untuk mematuhi tes DNA yang diperintahkan pengadilan sebelum akhirnya menyerahkannya pada tahun lalu. (Baca: Tak Akui Putri Hasil Selingkuh, Eks Raja Belgia Diperintahkan Tes DNA )

"Ada argumen dan keberatan hukum yang menetapkan bahwa ayah yang sah tidak selalu cerminan dari ayah biologis, tetapi bahwa raja telah memutuskan untuk tidak mengangkat mereka dan mengakhiri prosedur yang sulit ini dalam kehormatan dan martabat," kata pengacara Raja Albert seperti dilansir dari The New York Times, Rabu (29/1/2020).

Salah satu pengacara raja, Alain Berenboom mengatakan, Pengadilan Banding di Brussels akan mengadili kasus ini untuk yang terakhir kalinya pada bulan Juni mendatang dan proses hukum akan ditutup tidak lama sesudahnya.

Marc Uyttendaele, pengacara Boel, mengatakan kliennya merasa lega setelah dianggap sebagai anak yang sah karena itu akan mengakhiri dirinya dari sasaran pengucilan sosial dan akan mencegah anak-anaknya dari keharusan untuk menanggung beban.

Tetapi Uyttendaele menambahkan bahwa Boel telah terluka oleh dinginnya pernyataan raja.

Dalam pernyataannya, pengacara Raja Albert mengatakan bahwa ia tidak pernah terlibat dengan keluarga, keputusan sosial atau pendidikan apa pun mengenai terkait Boel dan bahwa itu adalah Boel, 40 tahun kemudian, telah memutuskan untuk mengubah keluarga melalui gugatan panjang dan menyakitkan.

"Sikap yang diambil oleh Albert II kemarin tidak menubuatkan pembukaan dialog antara putrinya dan dia (Boel)," kata Uyttendaele.

"Pada bagiannya, dia terbuka untuk dialog ini, tetapi tanpa banyak berharap," imbuhnya.

Raja Albert II adalah putra kedua dan, dengan demikian, tidak diharapkan untuk naik takhta. Sebaliknya, ia menikmati gaya hidup mewah dan ketika Boel lahir pada tahun 1968, sang pangeran secara pribadi mengenalinya sebagai putrinya dan merawatnya.

Tetapi kakak laki-laki Albert, Raja Baudouin, meninggal tiba-tiba karena gagal jantung pada tahun 1993, tanpa meninggalkan anak-anak. Albert pun secara otomatis menjadi raja. Menurut Ibu Boel, saat itulah Albert, yang berusaha menghindari skandal, memutuskan semua ikatan.

Boel tidak akan masuk dalam garis suksesi kerajaan, tetapi ia ada dalam daftar untuk mewarisi beberapa bagian dari kekayaan pribadi raja. Namun pengacaranya menekankan bahwa dia mengajukan gugatan karena alasan emosional, bukan alasan keuangan. Ia pun mencatat bahwa Jacques Boel, yang mengangkat Boel sebagai putri satu-satunya, adalah seorang pria kaya.

"Karena itu motifnya sama sekali tidak mencari untung - justru sebaliknya," tegas Uyttendaele.

Boel (51) adalah seniman visual Belgia yang telah mengklaim selama bertahun-tahun bahwa ia dikandung oleh ibunya Baroness Sybille de Selys Longchamps. Baroness Sybille de Selys Longchamps melakukan perselingkuhan dengan Raja Albert, yang saat itu seorang pangeran dan telah menikah dengan Paola Ruffo di Calabria, seorang putri asal Italia. Pangeran Albert dan istrinya sendiri sudah memiliki tiga anak.

Rumor tentang seorang anak tidak sah Raja Albert II ini pertama kali disinggung dalam buku 1999 tentang Ratu Paola oleh seorang jurnalis, Mario Danneels. Boel membuat pengakuan publik pertama kali bahwa Raja Albert adalah ayahnya dalam wawancara pada tahun 2005.

Sementara Raja Albert tidak pernah secara eksplisit membantah klaim Boel, ia menolak untuk mengakuinya. Boel pun mengajukan gugatan yang meminta pengakuan sebagai anak kandungnya pada tahun 2013. Raja Albert menyerahkan tahta kepada putra sulungnya tahun itu, mengakhiri kekebalannya dari penuntutan.

Belgia adalah negara monarki konstitusional, di mana sebagian besar kekuasaan pemerintahan berada di tangan Parlemen, seperti halnya sistem di negara-negara Eropa lainnya seperti Inggris, Spanyol atau Belanda.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6214 seconds (0.1#10.140)