Tak Sempat ke Toilet, Perawat Pasien Virus Corona Pakai Popok
A
A
A
WUHAN - Para staf rumah sakit di Wuhan, China, mengenakan popok dewasa karena tidak punya waktu untuk menggunakan toilet. Mereka kewalahan menangani para pasien virus Corona jenis baru, 2019-nCoV .
Kota Wuhan yang berpenduduk sekitar 11 juta penduduk diisolasi sejak Kamis pekan lalu setelah Coronavirus jenis baru mewabah. Isolasi itu menyebabkan rumah sakit setempat kewalahan dengan banyaknya pasien yang mencari perawatan.
Foto dan video yang beredar di media sosial menunjukkan orang-orang masuk ke lorong-lorong kecil dan dokter merawat pasien yang duduk di lantai. Tragisnya, mayat-mayat korban virus juga tidak terawat. (Baca: Dicengkeram Virus Corona, Wuhan dan Bandara Beijing bak Kota Hantu )
Mengutip The Washington Post, Senin (27/1/2020), para staf medis mengenakan popok dewas sehingga mereka tidak perlu melepas jas hazmat-nya jika harus merobeknya untuk ke toilet. Alasan lainnya adalah mereka tidak bisa mendapatkan jas hazmat yang baru karena kurangnya persediaan.
Seiring dengan krisis jas hazmat, rumah sakit juga mengalami kekurangan pasokan alat pelindung lainnya, seperti masker bedah dan kacamata pelindung. Krisis peralatan itu dilaporkan situs berita China, ThePaper.com.
"Kami tahu bahwa pakaian pelindung yang kami kenakan bisa menjadi yang terakhir yang kami miliki, dan kami tidak bisa membuang apa pun," tulis seorang dokter Rumah Sakit Union Wuhan di media sosial Weibo.
Banyaknya pasien dan pekerjaan yang melelahkan telah merenggut staf medis di kota itu. Para dokter juga khawatir tertular penyakit tersebut. (Baca juga: Bak Zombie, Para Korban Virus Wuhan di China Ambruk di Jalan-jalan )
Seorang terapis yang berbasis di Beijing, Candice Qin, mengatakan kepada The Washington Post bahwa dia telah berbicara dengan seorang dokter yang terinfeksi oleh seorang pasien. Menurutnya, perasaan dokter itu “hancur.” Qin menambahkan bahwa dokter tersebut mengisolasi dirinya sendiri di apartemennya tanpa memberi tahu orang tuanya. "Dia merasakan rasa ketidakberdayaan dan kesepian," kata Qin yang merahasiakan identitas dokter tersebut.
"Saya pikir ini merupakan tekanan bagi setiap dokter dan setiap perawat di Wuhan, baik secara fisik maupun mental," kata Qin kepada The Washington Post. "Kita tahu bahwa pasien khawatir, tetapi kita harus ingat bahwa dokter juga manusia."
Data terbaru dari Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan bahwa mereka telah menerima total 2.744 kasus virus Corona baru yang dikonfirmasi, 30 kasus kasus parah, 80 kasus kematian, dan 51 kasus pasien sembuh yang dipulangkan dari 30 provinsi (mencakup daerah otonom dan kota). Ada juga 5.794 kasus yang diduga terkait 2019-nCoV.
Menurut komisi itu, saat ini total ada 32.799 kontak dekat pasien virus yang telah dilacak, 583 orang telah dibebaskan dari pantauan medis, dan 30.453 orang mendapat pantauan medis.
Kota Wuhan yang berpenduduk sekitar 11 juta penduduk diisolasi sejak Kamis pekan lalu setelah Coronavirus jenis baru mewabah. Isolasi itu menyebabkan rumah sakit setempat kewalahan dengan banyaknya pasien yang mencari perawatan.
Foto dan video yang beredar di media sosial menunjukkan orang-orang masuk ke lorong-lorong kecil dan dokter merawat pasien yang duduk di lantai. Tragisnya, mayat-mayat korban virus juga tidak terawat. (Baca: Dicengkeram Virus Corona, Wuhan dan Bandara Beijing bak Kota Hantu )
Mengutip The Washington Post, Senin (27/1/2020), para staf medis mengenakan popok dewas sehingga mereka tidak perlu melepas jas hazmat-nya jika harus merobeknya untuk ke toilet. Alasan lainnya adalah mereka tidak bisa mendapatkan jas hazmat yang baru karena kurangnya persediaan.
Seiring dengan krisis jas hazmat, rumah sakit juga mengalami kekurangan pasokan alat pelindung lainnya, seperti masker bedah dan kacamata pelindung. Krisis peralatan itu dilaporkan situs berita China, ThePaper.com.
"Kami tahu bahwa pakaian pelindung yang kami kenakan bisa menjadi yang terakhir yang kami miliki, dan kami tidak bisa membuang apa pun," tulis seorang dokter Rumah Sakit Union Wuhan di media sosial Weibo.
Banyaknya pasien dan pekerjaan yang melelahkan telah merenggut staf medis di kota itu. Para dokter juga khawatir tertular penyakit tersebut. (Baca juga: Bak Zombie, Para Korban Virus Wuhan di China Ambruk di Jalan-jalan )
Seorang terapis yang berbasis di Beijing, Candice Qin, mengatakan kepada The Washington Post bahwa dia telah berbicara dengan seorang dokter yang terinfeksi oleh seorang pasien. Menurutnya, perasaan dokter itu “hancur.” Qin menambahkan bahwa dokter tersebut mengisolasi dirinya sendiri di apartemennya tanpa memberi tahu orang tuanya. "Dia merasakan rasa ketidakberdayaan dan kesepian," kata Qin yang merahasiakan identitas dokter tersebut.
"Saya pikir ini merupakan tekanan bagi setiap dokter dan setiap perawat di Wuhan, baik secara fisik maupun mental," kata Qin kepada The Washington Post. "Kita tahu bahwa pasien khawatir, tetapi kita harus ingat bahwa dokter juga manusia."
Data terbaru dari Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan bahwa mereka telah menerima total 2.744 kasus virus Corona baru yang dikonfirmasi, 30 kasus kasus parah, 80 kasus kematian, dan 51 kasus pasien sembuh yang dipulangkan dari 30 provinsi (mencakup daerah otonom dan kota). Ada juga 5.794 kasus yang diduga terkait 2019-nCoV.
Menurut komisi itu, saat ini total ada 32.799 kontak dekat pasien virus yang telah dilacak, 583 orang telah dibebaskan dari pantauan medis, dan 30.453 orang mendapat pantauan medis.
(mas)