Lengser 2024, Putin Ogah Tiru Transisi Singapura Ala Lee Kuan Yew
A
A
A
SOCHI - Presiden Rusia Vladimir Putin akan lengser tahun 2024 mendatang. Dia menolak menjadikan transisi ala Lee Kuan Yew di Singapura sebagai model untuk suksesi kepemimpinan Moskow.
Mendiang Lee Kuan Yew adalah perdana menteri pertama Singapura yang juga dipandang sebagai Bapak Bangsa negara tetangga Indonesia tersebut. Di tangan Lee, negara kecil itu menjelma menjadi negara maju dengan kekuatan ekonomi yang diperhitungkan dunia. Perdana Menteri Singapura saat ini tak lain adalah putra Lee Kuan Yew, Lee Hsien Loong.
Putin mengatakan Rusia harus tetap menjadi republik presidensial yang kuat ketika ditanya tentang kemungkinan masa transisi begitu dia lengser tahun 2024 nanti. (Baca: Putin: Rusia Harus Jadi Republik Presidensial yang Kuat )
Pekan lalu Putin—yang di bawah konstitusi tidak dapat mencalonkan diri untuk masa jabatan presiden selanjutnya—mengusulkan amandemen konstitusi yang akan memberinya ruang untuk memperpanjang cengkeramannya pada kekuasaan setelah meninggalkan kursi kepresidenan.
Usulan amandemen itu termasuk mengurangi kekuasaan kepresidenan dan memperkuat orang-orang dari perdana menteri. Usulan itu memicu spekulasi bahwa Putin mengincar posisinya yang pernah dia pegang sejak 2008 hingga 2012.
"Negara kita, jelas, harus menjadi republik presidensial yang kuat. Itu hal pertama. Dan kemudian, kita memiliki begitu banyak kelompok etnik, kebangsaan, cara hidup, praktis mustahil untuk berintegrasi dalam kerangka republik parlementer," ujar Putin dalam komentar yang tampaknya bertentangan dengan pesannya pada pekan lalu.
Putin, yang kini berusia 67 tahun, berbicara pada pertemuan dengan palajar yang disiarkan televisi di resor Laut Hitam Sochi.
Ditanya oleh seorang siswa apakah Rusia harus mempertimbangkan untuk mendirikan semacam lembaga transisi seperti yang terjadi di Singapura, Putin mengatakan ini tidak sesuai untuk negaranya.
Sekadar diketahui, Lee Kuan Yew—pendiri Singapura modern diangkat—sebagai Menteri Mentor, posisi penasihat, setelah pensiun dari politik aktif, untuk membantu memberikan stabilitas di negara tersebut.
"Dia adalah pria yang luar biasa...Itu benar, dia, saya tidak tahu, sekitar 30 tahun berkuasa, dan dia mendirikan negara, itu benar...Anda ingin saya menjadi Menteri Mentor?" kata Putin menjawab pertanyaan pelajar tersebut, seperti dikutip Reuters, Kamis (23/1/2020).
"Apa yang Anda usulkan, akan merusak institusi kepresidenan. Saya pikir untuk negara seperti Rusia ini tidak berlaku," ujar Putin, yang telah mendominasi politik Rusia sebagai presiden maupun perdana menteri selama dua dekade.
Mendiang Lee Kuan Yew adalah perdana menteri pertama Singapura yang juga dipandang sebagai Bapak Bangsa negara tetangga Indonesia tersebut. Di tangan Lee, negara kecil itu menjelma menjadi negara maju dengan kekuatan ekonomi yang diperhitungkan dunia. Perdana Menteri Singapura saat ini tak lain adalah putra Lee Kuan Yew, Lee Hsien Loong.
Putin mengatakan Rusia harus tetap menjadi republik presidensial yang kuat ketika ditanya tentang kemungkinan masa transisi begitu dia lengser tahun 2024 nanti. (Baca: Putin: Rusia Harus Jadi Republik Presidensial yang Kuat )
Pekan lalu Putin—yang di bawah konstitusi tidak dapat mencalonkan diri untuk masa jabatan presiden selanjutnya—mengusulkan amandemen konstitusi yang akan memberinya ruang untuk memperpanjang cengkeramannya pada kekuasaan setelah meninggalkan kursi kepresidenan.
Usulan amandemen itu termasuk mengurangi kekuasaan kepresidenan dan memperkuat orang-orang dari perdana menteri. Usulan itu memicu spekulasi bahwa Putin mengincar posisinya yang pernah dia pegang sejak 2008 hingga 2012.
"Negara kita, jelas, harus menjadi republik presidensial yang kuat. Itu hal pertama. Dan kemudian, kita memiliki begitu banyak kelompok etnik, kebangsaan, cara hidup, praktis mustahil untuk berintegrasi dalam kerangka republik parlementer," ujar Putin dalam komentar yang tampaknya bertentangan dengan pesannya pada pekan lalu.
Putin, yang kini berusia 67 tahun, berbicara pada pertemuan dengan palajar yang disiarkan televisi di resor Laut Hitam Sochi.
Ditanya oleh seorang siswa apakah Rusia harus mempertimbangkan untuk mendirikan semacam lembaga transisi seperti yang terjadi di Singapura, Putin mengatakan ini tidak sesuai untuk negaranya.
Sekadar diketahui, Lee Kuan Yew—pendiri Singapura modern diangkat—sebagai Menteri Mentor, posisi penasihat, setelah pensiun dari politik aktif, untuk membantu memberikan stabilitas di negara tersebut.
"Dia adalah pria yang luar biasa...Itu benar, dia, saya tidak tahu, sekitar 30 tahun berkuasa, dan dia mendirikan negara, itu benar...Anda ingin saya menjadi Menteri Mentor?" kata Putin menjawab pertanyaan pelajar tersebut, seperti dikutip Reuters, Kamis (23/1/2020).
"Apa yang Anda usulkan, akan merusak institusi kepresidenan. Saya pikir untuk negara seperti Rusia ini tidak berlaku," ujar Putin, yang telah mendominasi politik Rusia sebagai presiden maupun perdana menteri selama dua dekade.
(mas)