Arab Saudi Kutuk Serangan Iran terhadap Pangkalan AS di Irak
A
A
A
RIYADH - Pemerintah Kerajaan Arab Saudi mengutuk apa yang mereka sebut sebagai "pelanggaran kedaulatan Irak oleh Iran" setelah Teheran membombardir dua pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Irak. Serangan Teheran itu sebagai awal dari balas dendam atas pembunuhan jenderal top Iran, Qassem Soleimani, oleh serangan udara Amerika di Baghdad sepekan lalu.
"Kerajaan mencela dan mengutuk pelanggaran Iran terhadap kedaulatan Irak," bunyi pernyataan pemerintah Arab Saudi yang diterbitkan kantor berita negara Saudi, SPA, yang dikutip Jumat (10/1/2020).
Serangan balas dendam Iran melibatkan sekitar 15 rudal. Televisi pemerintah Iran mengklaim sebanyak 80 orang Amerika terbunuh. Namun, Pentagon dan Presiden Donald Trump mengonfirmasi bahwa serangan itu tidak menewaskan satu orang pun. (Baca: Jenderal Soleimani Dibunuh, AS dan Iran di Ambang Perang Besar-besaran )
Kecaman Arab Saudi adalah yang pertama yang keluar dari tetangga Irak. Riyadh yang menjadi sekutu Washington telah lama bermusuhan dengan Teheran.
Pada hari Rabu lalu, rudal-rudal Iran menargetkan dua pangkalan Ain al-Asad dan Erbil yang digunakan militer AS dan tentara asing lainnya yang tergabung dalam koalisi internasional anti-ISIS pimpinan Amerika.
Serangan Teheran dikecam oleh perdana menteri, kementerian luar negeri dan Presiden Irak Barham Saleh sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan negara.
Saleh juga mengatakan bahwa dia menolak upaya untuk mengubah Irak menjadi "medan perang bagi pihak yang bertikai." (Baca: Balas Dendam Iran Dimulai, Pangkalan AS di Irak Dibombardir )
Dalam sepucuk surat kepada PBB setelah serangan rudal itu, Iran mengatakan sepenuhnya menghormati kedaulatan tetangganya, Irak.
Pada hari Kamis Arab Saudi meminta semua pihak untuk menahan diri dan menghindari eskalasi untuk menjaga stabilitas Irak dan kawasan.
Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan pada hari Senin memperingatkan bahwa tingkat eskalasi sudah sangat berbahaya setelah pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani oleh serangan pesawat tak berawak AS di Baghdad. (Baca juga: Trump Peringatkan Iran: Rudal AS Besar, Kuat, Akurat dan Mematikan )
Para pakar telah memperingatkan bahwa Arab Saudi dan Uni Emirat Arab rentan terhadap serangan balas dendam Iran.
Saudi sendiri pernah jadi korban serangan pada 14 September 2019 lalu, di mana instalasi minyak terbesarnya diserangan serentetan rudal jelajah dan pesawat nirawak bersenjata. Washington menuduh Iran sebagai pelakunya, namun Teheran membantah terlibat.
"Kerajaan mencela dan mengutuk pelanggaran Iran terhadap kedaulatan Irak," bunyi pernyataan pemerintah Arab Saudi yang diterbitkan kantor berita negara Saudi, SPA, yang dikutip Jumat (10/1/2020).
Serangan balas dendam Iran melibatkan sekitar 15 rudal. Televisi pemerintah Iran mengklaim sebanyak 80 orang Amerika terbunuh. Namun, Pentagon dan Presiden Donald Trump mengonfirmasi bahwa serangan itu tidak menewaskan satu orang pun. (Baca: Jenderal Soleimani Dibunuh, AS dan Iran di Ambang Perang Besar-besaran )
Kecaman Arab Saudi adalah yang pertama yang keluar dari tetangga Irak. Riyadh yang menjadi sekutu Washington telah lama bermusuhan dengan Teheran.
Pada hari Rabu lalu, rudal-rudal Iran menargetkan dua pangkalan Ain al-Asad dan Erbil yang digunakan militer AS dan tentara asing lainnya yang tergabung dalam koalisi internasional anti-ISIS pimpinan Amerika.
Serangan Teheran dikecam oleh perdana menteri, kementerian luar negeri dan Presiden Irak Barham Saleh sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan negara.
Saleh juga mengatakan bahwa dia menolak upaya untuk mengubah Irak menjadi "medan perang bagi pihak yang bertikai." (Baca: Balas Dendam Iran Dimulai, Pangkalan AS di Irak Dibombardir )
Dalam sepucuk surat kepada PBB setelah serangan rudal itu, Iran mengatakan sepenuhnya menghormati kedaulatan tetangganya, Irak.
Pada hari Kamis Arab Saudi meminta semua pihak untuk menahan diri dan menghindari eskalasi untuk menjaga stabilitas Irak dan kawasan.
Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan pada hari Senin memperingatkan bahwa tingkat eskalasi sudah sangat berbahaya setelah pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani oleh serangan pesawat tak berawak AS di Baghdad. (Baca juga: Trump Peringatkan Iran: Rudal AS Besar, Kuat, Akurat dan Mematikan )
Para pakar telah memperingatkan bahwa Arab Saudi dan Uni Emirat Arab rentan terhadap serangan balas dendam Iran.
Saudi sendiri pernah jadi korban serangan pada 14 September 2019 lalu, di mana instalasi minyak terbesarnya diserangan serentetan rudal jelajah dan pesawat nirawak bersenjata. Washington menuduh Iran sebagai pelakunya, namun Teheran membantah terlibat.
(mas)