25 Tentara Niger Tewas Dibantai Kelompok Militan
A
A
A
NIAMEY - Kelompok militan menyerang sebuah pos militer di Niger barat dekat perbatasan dengan Mali pada Kamis waktu setempat. Setidaknya 25 tentara tewas dan enam lainnya luka-luka akibat serangan tersebut.
Belum diketahui dengan pasti siapa yang bertanggung jawab atas serangan terhadap pos militer di Chinagodrar, sekitar 209 km sebelah utara Ibu Kota Niamey, di mana 63 pelaku penyerangan juga tewas seperti dikutip dari Reuters, Jumat (10/1/2020).
Namun, serangan itu bertepatan dengan kampanye kelompok-kelompok yang terkait dengan al-Qaeda dan Negara Islam (IS dahulu ISIS) untuk memaksa tentara Niger kembali dari perbatasan baratnya dengan Mali di mana kendali pemerintah atas pusat pedesaan dan utara semuanya menguap karena bangkitnya jihadis.
Menurut data dari Proyek Data Lokasi & Peristiwa Konflik Bersenjata, sebuah organisasi penelitian nirlaba, meskipun ada upaya oleh pasukan internasional untuk menghentikan aksi kelompok militan, serangan telah meningkat empat kali lipat tahun ini di Niger, menewaskan hampir 400 orang.
Ini termasuk serangan bulan lalu yang menewaskan 71 tentara di pos militer lain sekitar 150 km di sebelah barat Chinagodrar. Angka ini menjadi yang terbesar bagi militer Niger.
Keamanan telah memburuk tahun ini di Sahel, sebidang tanah semi-kering di bawah Sahara, di tengah serangan militan dan pembalasan etnis mematikan antara komunitas pertanian dan penggembala yang saling bersaing.
Wilayah ini telah berada dalam krisis sejak 2012 ketika pemberontak etnis Tuareg dan kelompok militan yang tidak terkait merebut dua pertiga wilayah utara Mali. Kondisi ini memaksa Prancis untuk campur tangan pada tahun berikutnya dan memukul mundur mereka. Para milisi sejak itu berkumpul kembali dan memperluas jangkauan pengaruhnya.
Belum diketahui dengan pasti siapa yang bertanggung jawab atas serangan terhadap pos militer di Chinagodrar, sekitar 209 km sebelah utara Ibu Kota Niamey, di mana 63 pelaku penyerangan juga tewas seperti dikutip dari Reuters, Jumat (10/1/2020).
Namun, serangan itu bertepatan dengan kampanye kelompok-kelompok yang terkait dengan al-Qaeda dan Negara Islam (IS dahulu ISIS) untuk memaksa tentara Niger kembali dari perbatasan baratnya dengan Mali di mana kendali pemerintah atas pusat pedesaan dan utara semuanya menguap karena bangkitnya jihadis.
Menurut data dari Proyek Data Lokasi & Peristiwa Konflik Bersenjata, sebuah organisasi penelitian nirlaba, meskipun ada upaya oleh pasukan internasional untuk menghentikan aksi kelompok militan, serangan telah meningkat empat kali lipat tahun ini di Niger, menewaskan hampir 400 orang.
Ini termasuk serangan bulan lalu yang menewaskan 71 tentara di pos militer lain sekitar 150 km di sebelah barat Chinagodrar. Angka ini menjadi yang terbesar bagi militer Niger.
Keamanan telah memburuk tahun ini di Sahel, sebidang tanah semi-kering di bawah Sahara, di tengah serangan militan dan pembalasan etnis mematikan antara komunitas pertanian dan penggembala yang saling bersaing.
Wilayah ini telah berada dalam krisis sejak 2012 ketika pemberontak etnis Tuareg dan kelompok militan yang tidak terkait merebut dua pertiga wilayah utara Mali. Kondisi ini memaksa Prancis untuk campur tangan pada tahun berikutnya dan memukul mundur mereka. Para milisi sejak itu berkumpul kembali dan memperluas jangkauan pengaruhnya.
(ian)