Sumber Keamanan: Pesawat Ukraina Jatuh Karena Kerusakan Teknis
A
A
A
KIEV - Lima sumber keamanan asing dari Amerika Serikat (AS), Eropa dan Kanada menyatakan penilaian awal badan intelijen Barat menyatakan pesawat Ukraina yang jatuh di Teheran mengalami kerusakan teknis dan tidak ditembak rudal.
Pesawat Ukraina itu jatuh ke tanah dalam keadaan terbakar beberapa saat setelah lepas landas dari Teheran pada Rabu (8/1) hingga menewaskan 176 orang. Kecelakaan terjadi beberapa jam setelah Iran menembakkan rudal ke dua pangkalan yang menampung pasukan AS di Irak hingga memicu spekulasi pesawat itu mungkin terkena rudal Iran.
Namun keterangan dari lima sumber keamanan asing pada Reuters menyebutkan penyebab kecelakaan diduga karena masalah teknis. Lima sumber itu tiga orang dari AS, satu orang dari Eropa dan satu orang dari Kanada. Kelima orang itu memberi keterangan secara anonim pada Reuters.
"Ada bukti salah satu mesin jet terlalu panas," ungkap sumber dari Kanada. Pesawat Ukraina itu berjenis Boeing 737-800 dan merupakan salah satu model paling banyak digunakan di dunia dengan catatan keamanan bagus.
Penyelidikan dilakukan setelah Boeing Co menghentikan operasional armada 737 MAX setelah dua kecelakaan pada 2018 dan 2019. Boeing 737-800 tidak memiliki fitur software yang terkait dengan insiden 737 MAX.
"Kami berkomunikasi dengan konsumen maskapai kami dan bersama mereka dalam masa sulit ini. Kami siap membantu dengan cara apapun yang dibutuhkan," papar pernyataan Boeing yang menolak berkomentar lebih lanjut atas musibah itu. Saham Boeing turun 1,1% pada Rabu (8/1) akibat insiden itu.
Di Paris, pembuat mesin pesawat, perusahaan Prancis-AS, CFM, menjelaskan spekulasi terkait penyebab kecelakaan itu masih terlalu dini. CFM dimiliki oleh General Electric Co dan Safran asal Prancis.
Sisa bangkai pesawat dan barang-barang penumpang tersebar di lokasi baratdaya Teheran. Tim penyelamat menggunakan masker wajah saat membawa kantung-kantung mayat.
"Para korban tewas adalah 82 warga Iran, 63 warga Kanada dan 11 warga Ukraina," ungkap otoritas Ukraina.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menyatakan 138 penumpang akan transit untuk terbang ke Kanada.
Pesawat Ukraina itu jatuh ke tanah dalam keadaan terbakar beberapa saat setelah lepas landas dari Teheran pada Rabu (8/1) hingga menewaskan 176 orang. Kecelakaan terjadi beberapa jam setelah Iran menembakkan rudal ke dua pangkalan yang menampung pasukan AS di Irak hingga memicu spekulasi pesawat itu mungkin terkena rudal Iran.
Namun keterangan dari lima sumber keamanan asing pada Reuters menyebutkan penyebab kecelakaan diduga karena masalah teknis. Lima sumber itu tiga orang dari AS, satu orang dari Eropa dan satu orang dari Kanada. Kelima orang itu memberi keterangan secara anonim pada Reuters.
"Ada bukti salah satu mesin jet terlalu panas," ungkap sumber dari Kanada. Pesawat Ukraina itu berjenis Boeing 737-800 dan merupakan salah satu model paling banyak digunakan di dunia dengan catatan keamanan bagus.
Penyelidikan dilakukan setelah Boeing Co menghentikan operasional armada 737 MAX setelah dua kecelakaan pada 2018 dan 2019. Boeing 737-800 tidak memiliki fitur software yang terkait dengan insiden 737 MAX.
"Kami berkomunikasi dengan konsumen maskapai kami dan bersama mereka dalam masa sulit ini. Kami siap membantu dengan cara apapun yang dibutuhkan," papar pernyataan Boeing yang menolak berkomentar lebih lanjut atas musibah itu. Saham Boeing turun 1,1% pada Rabu (8/1) akibat insiden itu.
Di Paris, pembuat mesin pesawat, perusahaan Prancis-AS, CFM, menjelaskan spekulasi terkait penyebab kecelakaan itu masih terlalu dini. CFM dimiliki oleh General Electric Co dan Safran asal Prancis.
Sisa bangkai pesawat dan barang-barang penumpang tersebar di lokasi baratdaya Teheran. Tim penyelamat menggunakan masker wajah saat membawa kantung-kantung mayat.
"Para korban tewas adalah 82 warga Iran, 63 warga Kanada dan 11 warga Ukraina," ungkap otoritas Ukraina.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menyatakan 138 penumpang akan transit untuk terbang ke Kanada.
(sfn)