China: Penggunaan Kekuatan Berlebih AS Perparah Situasi Timur Tengah
A
A
A
BEIJING - China mengkritik Amerika Serikat (AS) karena memperparah ketegangan di Timur Tengah melalui penggunaan kekuatannya, di tengah konflik Washington dan Teheran. Beijing lalu mendesak semua pihak untuk menahan diri untuk memastikan perdamaian dan stabilitas.
Hubungan AS dan Iran semakin memburuk setelah serangan udara Washington menewaskan komandan pasukan elit Teheran, Qassem Solemaini. Iran bersumpah untuk merespon dengan keras, yang kemudian kembali direspon oleh AS dengan mengatakan mereka akan menghancurkan ratusan target jika Teheran melakukan serangan terhadap aset mereka.
"Politik kekuasaan tidak populer dan tidak berkelanjutan. Perilaku militer berisiko AS dalam beberapa hari terakhir bertentangan dengan norma-norma dasar hubungan internasional," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang.
"AS untuk tidak menyalahgunakan pasukannya, dan menyerukan kepada pihak-pihak terkait untuk menahan diri untuk menghindari situasi yang memburuk. China sangat prihatin tentang kebuntuan antara Iran dan AS," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Senin (6/1/2020).
Geng juga mengkritik Washington karena mengancam untuk menjatuhkan sanksi terhadap Irak dalam menanggapi resolusi parlemen Irak yang menyerukan AS dan pasukan asing lainnya untuk meninggalkan negara itu.
"China secara konsisten menentang penggunaan secara tidak sengaja atau ancaman penggunaan sanksi. Kami berharap bahwa negara-negara yang relevan, terutama negara-negara besar di luar kawasan, dapat berbuat lebih banyak untuk mempromosikan perdamaian dan keamanan kawasan Timur Tengah, dan menghindari mengambil tindakan yang meningkatkan ketegangan regional," ujarnya.
Hubungan AS dan Iran semakin memburuk setelah serangan udara Washington menewaskan komandan pasukan elit Teheran, Qassem Solemaini. Iran bersumpah untuk merespon dengan keras, yang kemudian kembali direspon oleh AS dengan mengatakan mereka akan menghancurkan ratusan target jika Teheran melakukan serangan terhadap aset mereka.
"Politik kekuasaan tidak populer dan tidak berkelanjutan. Perilaku militer berisiko AS dalam beberapa hari terakhir bertentangan dengan norma-norma dasar hubungan internasional," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang.
"AS untuk tidak menyalahgunakan pasukannya, dan menyerukan kepada pihak-pihak terkait untuk menahan diri untuk menghindari situasi yang memburuk. China sangat prihatin tentang kebuntuan antara Iran dan AS," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Senin (6/1/2020).
Geng juga mengkritik Washington karena mengancam untuk menjatuhkan sanksi terhadap Irak dalam menanggapi resolusi parlemen Irak yang menyerukan AS dan pasukan asing lainnya untuk meninggalkan negara itu.
"China secara konsisten menentang penggunaan secara tidak sengaja atau ancaman penggunaan sanksi. Kami berharap bahwa negara-negara yang relevan, terutama negara-negara besar di luar kawasan, dapat berbuat lebih banyak untuk mempromosikan perdamaian dan keamanan kawasan Timur Tengah, dan menghindari mengambil tindakan yang meningkatkan ketegangan regional," ujarnya.
(esn)