Korban Tewas Ledakan Bom di Mogadishu Bertambah Jadi 61 Jiwa
A
A
A
MOGADISHU - Sebanyak 61 orang tewas dan puluhan orang terluka dalam ledakan di pos pemeriksaan di Mogadishu, Somalia, pada Sabtu (28/12). Jumlah tersebut bertambah dari laporan sebelumnya yang menyebutkan sebanyak 20 orang tewas.
Tim penyelamat membawa jasad-jasad korban di antara bangkai satu mobil dan satu minibus taksi yang bersimbah darah. “Sejauh ini kami membawa 61 jasad dan 51 orang lainnya terluka. Ada lebih banyak korban dan korban tewas dapat bertambah,” ujar pendiri ambulans Aamin, Abdikadir Abdirahman Haji Aden pada Reuters.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan itu. Setelah ledakan di pos pemeriksaan Ex Control, warga yang tinggal di dekat lokasi itu, Sabdow Ali menyatakan, ia keluar dari rumahnya dan menghitung ada 13 orang tewas.
“Puluhan orang yang terluka berteriak minta tolong, tapi polisi segera melepas tembakan dan saya bergegas kembali ke rumah saya,” ujar Ali.
Tiga saksi mata lainnya menyatakan, tim kecil teknisi Turki berada di lokasi saat ledakan terjadi. Mereka membangun jalan dari pos pemeriksaan ke kota. Saksi mata menyatakan, satu mobil milik teknisi itu hancur di tempat ledakan. Belum jelas apakah para teknisi itu selamat.
Turki menjadi pendonor utama ke Somalia sejak kelaparan pada 2011. Turki dan Qatar mendanai sejumlah infrastruktur dan proyek medis di Somalia.
Kelompok al Shabaab yang terkait Al Qaeda secara rutin melancarkan serangan untuk merusak kepercayaan publik pada pemerintah. Serangan paling mematikan yang dilakukan oleh kelompok itu terjadi pada Oktober 2017, saat truk berisi bom meledak dekat truk bahan bakar di Mogadishu sehingga mengakibatkan badai api yang menewaskan hampir 600 orang.
Meski al Shabaab sering melakukan serangan, korban tewas biasanya lebih sedikit dibandingkan saat ledakan Sabtu (28/12). Kelompok itu kadang tak mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang memicu kecaman publik seperti bom bunuh diri 2009 saat upacara wisuda untuk para mahasiswa kedokteran.
Tim penyelamat membawa jasad-jasad korban di antara bangkai satu mobil dan satu minibus taksi yang bersimbah darah. “Sejauh ini kami membawa 61 jasad dan 51 orang lainnya terluka. Ada lebih banyak korban dan korban tewas dapat bertambah,” ujar pendiri ambulans Aamin, Abdikadir Abdirahman Haji Aden pada Reuters.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan itu. Setelah ledakan di pos pemeriksaan Ex Control, warga yang tinggal di dekat lokasi itu, Sabdow Ali menyatakan, ia keluar dari rumahnya dan menghitung ada 13 orang tewas.
“Puluhan orang yang terluka berteriak minta tolong, tapi polisi segera melepas tembakan dan saya bergegas kembali ke rumah saya,” ujar Ali.
Tiga saksi mata lainnya menyatakan, tim kecil teknisi Turki berada di lokasi saat ledakan terjadi. Mereka membangun jalan dari pos pemeriksaan ke kota. Saksi mata menyatakan, satu mobil milik teknisi itu hancur di tempat ledakan. Belum jelas apakah para teknisi itu selamat.
Turki menjadi pendonor utama ke Somalia sejak kelaparan pada 2011. Turki dan Qatar mendanai sejumlah infrastruktur dan proyek medis di Somalia.
Kelompok al Shabaab yang terkait Al Qaeda secara rutin melancarkan serangan untuk merusak kepercayaan publik pada pemerintah. Serangan paling mematikan yang dilakukan oleh kelompok itu terjadi pada Oktober 2017, saat truk berisi bom meledak dekat truk bahan bakar di Mogadishu sehingga mengakibatkan badai api yang menewaskan hampir 600 orang.
Meski al Shabaab sering melakukan serangan, korban tewas biasanya lebih sedikit dibandingkan saat ledakan Sabtu (28/12). Kelompok itu kadang tak mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang memicu kecaman publik seperti bom bunuh diri 2009 saat upacara wisuda untuk para mahasiswa kedokteran.
(esn)