Mogok Makan, Warga Australia yang Ditahan Iran Dilarikan ke Klinik
A
A
A
TEHERAN - Warga negara asal Australia, Kylie Moore-Gilbert, dilarikan ke klinik setelah 48 jam melakukan mogok makan. Ia mengancam akan melanjutkan aksi mogok makan jika tidak dikeluarkan dari sel isolasi pada Malam Tahun Baru.
Ancaman Kylie itu disampaikan oleh Nazanin Zaghari-Ratcliff, seorang warga negara ganda Inggris-Iran yang juga dipenjara di Iran, melalui panggilan telepon dengan suaminya Richard Ratcliff.
Dalam tweet yang diposting pada tanggal 26 Desember di Free Nazanin, akun Twitter yang didedikasikan untuk berita tentang istrinya yang dipenjara, Richard Ratcliff mengatakan ia telah berbicara singkat dengan Kylie di klinik penjara sebelum penjaga memisahkan mereka.
Kylie yang diperiksa setelah 48 jam melakukan mogok makan mengatakan kepada Nazanin bahwa dia akan melakukan mogok makan lagi jika tidak keluar dari sel isolasi pada malam Tahun Baru.
Menurut Nazanin, sejumlah wanita di bangsal ikut mogok makan dalam bentuk solidaritas dengan Kylie pada Malam Natal.
Kylie Moore-Gilbert melakukan mogok makan di Penjara Evin yang terkenal di Teheran sejak 24 Desember. Ia ditangkap otoritas Iran pada Oktober 2016 setelah check-in dalam penerbangannya kembali ke Australia. Ia didakwa melakukan aksi spionase dan dihukum 10 tahun penjara. Pekan lalu, Herald Sun dari Australia mengkonfirmasi bahwa pihak berwenang Iran telah menolak bandingnya.
Pada 26 Desember, Pusat Hak Asasi Manusia di Iran menerbitkan surat dari Kylie kepada PM Australia Scott Morrison yang ditulis pada bulan Juni dengan catatan tambahan pada bulan Desember. Surat itu telah diselundupkan keluar dari penjara.
Dalam suratnya, Kylie mengatakan selama 9 bulan terakhir ia telah sepenuhnya dilarang melakukan kontak dengan keluarganya, dengan pengecualian menelepon selama tiga menit ke ayahnya yang hanya diberikan setelah ia mengambil tindakan nekat yang berisiko terhadap hidupnya.
"Saya telah melakukan 5 kali mogok makan sebagai satu-satunya cara saya untuk mengangkat suara, tetapi tidak berhasil. Seperti yang diperkirakan, saya sekarang telah menerima hukuman 10 tahun penjara, dan pengadilan banding saya gagal," tulisnya seperti dikutip dari Radio Farda, Jumat (27/12/2019).
Kylie Moore-Gilbert, seorang sarjana dari Timur Tengah dan seorang dosen di Universitas Melbourne, berada di Iran untuk mengambil bagian dalam program universitas tentang Islam untuk akademisi asing. Pada saat itu ia sedang memeriksa hubungan Iran dengan Syiah Bahrain setelah Arab Spring di bawah hibah dari University of Melbourne.
Selama tinggal di Iran, dia juga melakukan beberapa wawancara. Dalam suratnya dia mengatakan salah satu rekan akademisnya di program ini yang juga ia wawancarai menandainya sebagai sosok "mencurigakan" kepada Garda Revolusi.
"Sebagai hasilnya, saya telah dilempar ke unit keamanan tinggi penjara pribadi Garda Revolusi di Evin dan telah mengalami pelanggaran berat terhadap hukum dan hak asasi manusia saya, termasuk penyiksaan psikologis dan menghabiskan waktu yang lama dalam kurungan isolasi," tulisnya dalam surat yang ditujukan kepada Perdana Menteri Australia.
Akademisi Australia itu juga mengatakan bahwa Garda Revolusi berusaha menggunakannyaa sebagai sandera dalam rencana jahat untuk memikat suaminya, seorang penduduk tetap Australia, agar pergi ke Iran. Identitas suaminya hingga kini belum terungkap.
Keluarga Kylie Moore-Gilbert diam tentang penahanannya di Iran selama lebih dari satu tahun berharap pembebasannya dapat diamankan melalui saluran diplomatik. Namanya diumumkan secara terbuka pada bulan September lalu, beberapa hari sebelum Pengadilan Iran secara resmi mengumumkan bahwa ia telah dituduh dan didakwa dengan dakwaan "mata-mata" pada 17 September.
Universitas-universitas Australia yang bertindak atas saran dari pemerintah telah memperingatkan para akademisi untuk tidak melakukan perjalanan ke Iran setelah tiga warga Australia ditahan oleh Teheran dalam beberapa bulan terakhir.
Pada bulan Oktober, pemerintah Australia membebaskan seorang warga Iran yang dicurigai melanggar sanksi dalam transfer teknologi ke Iran untuk membebaskan dua pelancong Australia dari Iran. Blogger Jolie King dan pacarnya Mark Firkin dibebaskan setelah sepuluh minggu ditahan.
Ancaman Kylie itu disampaikan oleh Nazanin Zaghari-Ratcliff, seorang warga negara ganda Inggris-Iran yang juga dipenjara di Iran, melalui panggilan telepon dengan suaminya Richard Ratcliff.
Dalam tweet yang diposting pada tanggal 26 Desember di Free Nazanin, akun Twitter yang didedikasikan untuk berita tentang istrinya yang dipenjara, Richard Ratcliff mengatakan ia telah berbicara singkat dengan Kylie di klinik penjara sebelum penjaga memisahkan mereka.
Kylie yang diperiksa setelah 48 jam melakukan mogok makan mengatakan kepada Nazanin bahwa dia akan melakukan mogok makan lagi jika tidak keluar dari sel isolasi pada malam Tahun Baru.
Menurut Nazanin, sejumlah wanita di bangsal ikut mogok makan dalam bentuk solidaritas dengan Kylie pada Malam Natal.
Kylie Moore-Gilbert melakukan mogok makan di Penjara Evin yang terkenal di Teheran sejak 24 Desember. Ia ditangkap otoritas Iran pada Oktober 2016 setelah check-in dalam penerbangannya kembali ke Australia. Ia didakwa melakukan aksi spionase dan dihukum 10 tahun penjara. Pekan lalu, Herald Sun dari Australia mengkonfirmasi bahwa pihak berwenang Iran telah menolak bandingnya.
Pada 26 Desember, Pusat Hak Asasi Manusia di Iran menerbitkan surat dari Kylie kepada PM Australia Scott Morrison yang ditulis pada bulan Juni dengan catatan tambahan pada bulan Desember. Surat itu telah diselundupkan keluar dari penjara.
Dalam suratnya, Kylie mengatakan selama 9 bulan terakhir ia telah sepenuhnya dilarang melakukan kontak dengan keluarganya, dengan pengecualian menelepon selama tiga menit ke ayahnya yang hanya diberikan setelah ia mengambil tindakan nekat yang berisiko terhadap hidupnya.
"Saya telah melakukan 5 kali mogok makan sebagai satu-satunya cara saya untuk mengangkat suara, tetapi tidak berhasil. Seperti yang diperkirakan, saya sekarang telah menerima hukuman 10 tahun penjara, dan pengadilan banding saya gagal," tulisnya seperti dikutip dari Radio Farda, Jumat (27/12/2019).
Kylie Moore-Gilbert, seorang sarjana dari Timur Tengah dan seorang dosen di Universitas Melbourne, berada di Iran untuk mengambil bagian dalam program universitas tentang Islam untuk akademisi asing. Pada saat itu ia sedang memeriksa hubungan Iran dengan Syiah Bahrain setelah Arab Spring di bawah hibah dari University of Melbourne.
Selama tinggal di Iran, dia juga melakukan beberapa wawancara. Dalam suratnya dia mengatakan salah satu rekan akademisnya di program ini yang juga ia wawancarai menandainya sebagai sosok "mencurigakan" kepada Garda Revolusi.
"Sebagai hasilnya, saya telah dilempar ke unit keamanan tinggi penjara pribadi Garda Revolusi di Evin dan telah mengalami pelanggaran berat terhadap hukum dan hak asasi manusia saya, termasuk penyiksaan psikologis dan menghabiskan waktu yang lama dalam kurungan isolasi," tulisnya dalam surat yang ditujukan kepada Perdana Menteri Australia.
Akademisi Australia itu juga mengatakan bahwa Garda Revolusi berusaha menggunakannyaa sebagai sandera dalam rencana jahat untuk memikat suaminya, seorang penduduk tetap Australia, agar pergi ke Iran. Identitas suaminya hingga kini belum terungkap.
Keluarga Kylie Moore-Gilbert diam tentang penahanannya di Iran selama lebih dari satu tahun berharap pembebasannya dapat diamankan melalui saluran diplomatik. Namanya diumumkan secara terbuka pada bulan September lalu, beberapa hari sebelum Pengadilan Iran secara resmi mengumumkan bahwa ia telah dituduh dan didakwa dengan dakwaan "mata-mata" pada 17 September.
Universitas-universitas Australia yang bertindak atas saran dari pemerintah telah memperingatkan para akademisi untuk tidak melakukan perjalanan ke Iran setelah tiga warga Australia ditahan oleh Teheran dalam beberapa bulan terakhir.
Pada bulan Oktober, pemerintah Australia membebaskan seorang warga Iran yang dicurigai melanggar sanksi dalam transfer teknologi ke Iran untuk membebaskan dua pelancong Australia dari Iran. Blogger Jolie King dan pacarnya Mark Firkin dibebaskan setelah sepuluh minggu ditahan.
(ian)