AS Berhenti Kirim Anjing Pelacak Bom ke Yordania dan Mesir
A
A
A
WASHINGTON - Departemen Luar Negeri (Deplu) Amerika Serikat (AS) berhenti mengirim anjing-anjing pelacak bom ke Yordania dan Mesir karena khawatir anjing-anjing itu mati akibat suhu panas dan keracunan.
Keputusan itu muncul setelah Kantor Inspektur Jenderal Deplu AS mengidentifikasi kematian dua anjing yang dikirim ke Yordania pada September lalu. Yordania menjadi negara terbanyak yang menerima anjing-anjing tersebut. Laporan kedua yang dirilis pekan lalu menyatakan total tujuh anjing mati.
Sekitar 135 anjing termasuk dalam Program Bantuan Antiterorisme yang membantu delapan negara untuk keamanan perbatasan dan penerbangan. "Anjing-anjing yang telah bekerja di Yordania dan Mesir akan tetap di sana dan otoritas AS meminta langkah untuk memperbaiki kondisi binatang-binatang itu," papar pejabat Deplu AS, dilansir Reuters.
Dipicu oleh komplain setelah laporan September, Inspektur Jenderal menemukan dua anjing yang dikirim ke Yordania mati, satu anjing mati akibat stroke panas dan lainnya keracunan akibat insektisida yang disemprot di dalam atau dekat kandang.
"Tiga dari 10 anjing yang dikirim ke Mesir dalam program itu juga mati: satu karena kanker paru-paru, satu akibat kantong empedu pecah dan satu akibat stroke panas," papar laporan itu.
Laporan September menyatakan, Zoe, anjing Belgian Malinois berumur 2 tahun itu mati pada 2017 akibat stroke panas saat bekerja di perbatasan Suriah. Mencey, anjing Belgian Malinois berumur 3 tahun disuntik mati di AS pada 2018 setelah kembali dari Yordania untuk perawatan karena penyakit yang ditularkan melalui kutu.
"Seorang dokter hewan menjelaskan bahwa stroke panas merupakan kasus kelalaian dan perawatan yang tidak baik serta tidak kebetulan. Anjing yang mati akibat stroke panas menderita kematian mengenaskan," papar laporan September.
Keputusan itu muncul setelah Kantor Inspektur Jenderal Deplu AS mengidentifikasi kematian dua anjing yang dikirim ke Yordania pada September lalu. Yordania menjadi negara terbanyak yang menerima anjing-anjing tersebut. Laporan kedua yang dirilis pekan lalu menyatakan total tujuh anjing mati.
Sekitar 135 anjing termasuk dalam Program Bantuan Antiterorisme yang membantu delapan negara untuk keamanan perbatasan dan penerbangan. "Anjing-anjing yang telah bekerja di Yordania dan Mesir akan tetap di sana dan otoritas AS meminta langkah untuk memperbaiki kondisi binatang-binatang itu," papar pejabat Deplu AS, dilansir Reuters.
Dipicu oleh komplain setelah laporan September, Inspektur Jenderal menemukan dua anjing yang dikirim ke Yordania mati, satu anjing mati akibat stroke panas dan lainnya keracunan akibat insektisida yang disemprot di dalam atau dekat kandang.
"Tiga dari 10 anjing yang dikirim ke Mesir dalam program itu juga mati: satu karena kanker paru-paru, satu akibat kantong empedu pecah dan satu akibat stroke panas," papar laporan itu.
Laporan September menyatakan, Zoe, anjing Belgian Malinois berumur 2 tahun itu mati pada 2017 akibat stroke panas saat bekerja di perbatasan Suriah. Mencey, anjing Belgian Malinois berumur 3 tahun disuntik mati di AS pada 2018 setelah kembali dari Yordania untuk perawatan karena penyakit yang ditularkan melalui kutu.
"Seorang dokter hewan menjelaskan bahwa stroke panas merupakan kasus kelalaian dan perawatan yang tidak baik serta tidak kebetulan. Anjing yang mati akibat stroke panas menderita kematian mengenaskan," papar laporan September.
(sfn)