Amerika Serikat Alami Kemunduran Atasi Perubahan Iklim

Selasa, 24 Desember 2019 - 10:09 WIB
Amerika Serikat Alami...
Amerika Serikat Alami Kemunduran Atasi Perubahan Iklim
A A A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) menjadi negara kedua terbesar di dunia setelah China yang menyumbangkan emisi karbondioksida (CO2) pada 2018. Namun, di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, AS mengalami kemunduran dalam menangani perubahan iklim, terutama di bidang lingkungan.

Seperti dilansir Science, langkah yang diambil Pemerintah AS bahkan menyebabkan dunia semakin kesulitan mengurangi emisi gas rumah kaca, termasuk warga AS sendiri. Berdasarkan survey Pew Research Center, sekitar 57% warga AS meyakini perubahan iklim adalah ancaman besar yang perlu diperhatikan.

“Kami semua memerlukan aksi yang nyata dari tingkat pemerintah untuk dapat mencapai tujuan dalam melawan perubahan iklim,” ujar Rachel Cleetus dari Union of Concerned Scientist. Universitas Harvard menemukan sekitar 66 peraturan yang berkaitan dengan lingkungan telah dihapus atau diperlonggar sejak 2017.

Hasil serupa juga ditemukan Universitas Columbia. Sekitar 132 peraturan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim yang tertera di tubuh Kongres dihapus atau diperlonggar. Selain itu, AS menjadi satu-satunya negara dari 200 negara yang secara resmi mengundurkan diri dari Kesepakatan Paris pada 4 November lalu.

Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) AS mengajukan pelonggaran dalam peraturan pengendalian metana, salah satu gas rumah kaca yang dapat menyebabkan pemanasan global, pada Agustus silam. Mereka berharap teknologi yang dapat mengawasi kebocoran metana di berbagai fasilitas tidak lagi diperlukan.

Atas kebijakan itu, tim peneliti yang dipimpin Universitas Michigan secara mengejutkan menemukan adanya peningkatan metana sebanyak dua kali lipat di lima kota di sepanjang Pantai Timur AS. Program era Presiden Barack Obama seperti penggunaan energi terbarukan dibandingkan batu bara juga diputus pemerintah.

Sekelompok ilmuwan yang terdiri dari 11.000 ilmuwan dari 150 negara telah mendeklarasikan darurat perubahan iklim pada 5 November. Mereka khawatir dampak yang ditimbulkan akan semakin besar pada masa mendatang. Kecemasan serupa juga diungkapkan Kepala Pengawas Perubahan Iklim dari AS Deke Arndt.

Peraturan baru EPA juga membuat seluruh perusahaan AS bebas memilih dan menentukan waktu pemangkasan emisi gas rumah kaca. Menurut para ahli, emisi CO2 akan meningkat di atas atmosfir dan dapat menyebabkan peningkatan penderita asma. Peraturan itu disebut amat merugikan kesehatan dan lingkungan.(Muh Shamil)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6691 seconds (0.1#10.140)