Kim Jong-un Gelar Pertemuan dengan Pejabat Militer
A
A
A
SEOUL - Pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-un, mengadakan pertemuan dengan para pejabat militer guna membahas peningkatan kemampuan militer. Demikian laporan kantor berita Korut, KCNA, di tengah meningkatnya kekhawatiran Pyongyang mungkin akan kembali berkonfrontasi dengan Washington.
KCNA melaporkan Jong-un memimpin pertemuan dengan Komisi Militer Pusat Partai Buruh yang berkuasa. Pertemuan itu untuk membahas langkah-langkah guna meningkatkan angkatan bersenjata negara, secara militer dan politik.
"Juga dibahas adalah masalah-masalah penting untuk perbaikan yang menentukan seluruh pertahanan nasional dan hal-hal inti untuk pengembangan kemampuan militer yang berkelanjutan dan dipercepat untuk pertahanan diri," tulis KCNA yang dinukil Reuters, Minggu (22/12/2019).
KCNA tidak memberikan rincian kapan pertemuan itu diadakan atau apa yang diputuskan.
Untuk diketahui, Komisi Militer Pusat Partai Buruh adalah badan pembuat keputusan militer Korut. Jong-un memerintah negara itu sebagai komandan militer tertinggi dan merupakan ketua komisi.
Korut telah menetapkan batas waktu akhir tahun bagi Amerika Serikat (AS) untuk mengubah apa yang dikatakannya sebagai kebijakan permusuhan di tengah kebuntuan dalam upaya untuk membuat kemajuan dalam janji mereka untuk mengakhiri program nuklir Korut dan membangun perdamaian abadi.
Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump telah bertemu tiga kali sejak Juni 2018, tetapi belum ada kemajuan substansial dalam dialog sementara Korut menuntut sanksi internasional yang menghancurkan dicabut terlebih dahulu.
Pada hari Sabtu, KCNA mengatakan AS akan "membayar mahal" karena mengusik masalah dengan catatan hak asasi manusia Korut dan mengatakan "kata-kata jahat" Washington hanya akan memperburuk ketegangan di Semenanjung Korea. (Baca: Kritik Catatan HAM, Korut: AS Akan 'Membayar Mahal' )
Korut juga berulangkali menyerukan AS agar membatalkan "kebijakan bermusuhan" dan memperingatkan tentang "hadiah Natal" karena batas waktu akhir tahun yang ditetapkannya bagi Washington untuk mengubah posisinya yang nampaknya kurang jelas. (Baca: Korut: Terserah Amerika Serikat Mau Hadiah Natal Apa? )
Beberapa ahli mengatakan negara tertutup itu mungkin sedang mempersiapkan uji coba rudal balistik antarbenua yang dapat mengembalikannya ke jalur konfrontasi dengan AS.
Utusan AS untuk Korut, Stephen Biegun, telah mengunjungi Korea Selatan (Korsel) dan China dalam sepekan terakhir, mengeluarkan seruan publik dan langsung ke Korut untuk kembali ke meja perundingan, tetapi belum ada tanggapan. (Baca: Utusan Khusus AS Desak Korut Mulai Kembali Pembicaraan Denuklirisasi )
KCNA melaporkan Jong-un memimpin pertemuan dengan Komisi Militer Pusat Partai Buruh yang berkuasa. Pertemuan itu untuk membahas langkah-langkah guna meningkatkan angkatan bersenjata negara, secara militer dan politik.
"Juga dibahas adalah masalah-masalah penting untuk perbaikan yang menentukan seluruh pertahanan nasional dan hal-hal inti untuk pengembangan kemampuan militer yang berkelanjutan dan dipercepat untuk pertahanan diri," tulis KCNA yang dinukil Reuters, Minggu (22/12/2019).
KCNA tidak memberikan rincian kapan pertemuan itu diadakan atau apa yang diputuskan.
Untuk diketahui, Komisi Militer Pusat Partai Buruh adalah badan pembuat keputusan militer Korut. Jong-un memerintah negara itu sebagai komandan militer tertinggi dan merupakan ketua komisi.
Korut telah menetapkan batas waktu akhir tahun bagi Amerika Serikat (AS) untuk mengubah apa yang dikatakannya sebagai kebijakan permusuhan di tengah kebuntuan dalam upaya untuk membuat kemajuan dalam janji mereka untuk mengakhiri program nuklir Korut dan membangun perdamaian abadi.
Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump telah bertemu tiga kali sejak Juni 2018, tetapi belum ada kemajuan substansial dalam dialog sementara Korut menuntut sanksi internasional yang menghancurkan dicabut terlebih dahulu.
Pada hari Sabtu, KCNA mengatakan AS akan "membayar mahal" karena mengusik masalah dengan catatan hak asasi manusia Korut dan mengatakan "kata-kata jahat" Washington hanya akan memperburuk ketegangan di Semenanjung Korea. (Baca: Kritik Catatan HAM, Korut: AS Akan 'Membayar Mahal' )
Korut juga berulangkali menyerukan AS agar membatalkan "kebijakan bermusuhan" dan memperingatkan tentang "hadiah Natal" karena batas waktu akhir tahun yang ditetapkannya bagi Washington untuk mengubah posisinya yang nampaknya kurang jelas. (Baca: Korut: Terserah Amerika Serikat Mau Hadiah Natal Apa? )
Beberapa ahli mengatakan negara tertutup itu mungkin sedang mempersiapkan uji coba rudal balistik antarbenua yang dapat mengembalikannya ke jalur konfrontasi dengan AS.
Utusan AS untuk Korut, Stephen Biegun, telah mengunjungi Korea Selatan (Korsel) dan China dalam sepekan terakhir, mengeluarkan seruan publik dan langsung ke Korut untuk kembali ke meja perundingan, tetapi belum ada tanggapan. (Baca: Utusan Khusus AS Desak Korut Mulai Kembali Pembicaraan Denuklirisasi )
(ian)