Michael Bloomberg: AS Harus Perbaiki Hubungan dengan China
A
A
A
MADRID - Mantan Walikota New York Michael Bloomberg menyatakan pemerintah Amerika Serikat (AS) masa depan harus membangun kembali hubungan dengan China untuk menghidupkan lagi upaya memerangi perubahan iklim.
Bloomberg yang saat ini maju sebagai kandidat presiden dari Partai Demokrat itu memberikan pernyataan saat pidato dalam konferensi iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Madrid. Saat ini para menteri lingkungan dari berbagai negara harus mengatasi beragam masalah penting alam penerapan Kesepakatan Paris 2015 untuk menghindari bencana pemanasan global.
Miliarder AS itu telah mendanai delegasi negara bagian, kota dan perusahaan AS untuk mendukung kesepakatan Paris meski Presiden AS Donald Trump memulai langkah untuk keluar dari kesepakatan itu.
Hubungan diplomatik antara AS dan China sangat penting sebagai pondasi dalam kesepakatan Paris di era pemerintahan Barack Obama. Pasalnya, kedua negara merupakan emiter terbesar di dunia yang seharusnya berperan utama dalam mengatasi pemanasan global. Namun hubungan antara kedua negara memburuk dalam berbagai isu.
"Anda tidak akan pernah menyelesaikan masalah hingga Anda memiliki China dalam solusi itu," papar Bloomberg yang mundur sebagai utusan khusus PBB untuk perubahan iklim bulan lalu, dilansir Reuters.
Kepala negosiator China di Madrid, Zhao Yingmin menyatakan setiap negara dibutuhkan dalam mengatasi perubahan iklim. "Respon pada perubahan iklim itu upaya global bersama, tak satu pihak pun bisa absen," tutur Zhao, merespon pertanyaan tentang langkah AS meninggalkan kesepakatan Paris.
Anggota koalisi "Kami Masih Ada" yang terdiri atas kelompok negara bagian dan kota di AS yang masih dalam kesepakatan Paris, terus mengurangi emisi gas rumah kaca 37% di bawah level 2005 pada 2030, sesuai target pemerintahan era Obama.
Bloomberg yang saat ini maju sebagai kandidat presiden dari Partai Demokrat itu memberikan pernyataan saat pidato dalam konferensi iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Madrid. Saat ini para menteri lingkungan dari berbagai negara harus mengatasi beragam masalah penting alam penerapan Kesepakatan Paris 2015 untuk menghindari bencana pemanasan global.
Miliarder AS itu telah mendanai delegasi negara bagian, kota dan perusahaan AS untuk mendukung kesepakatan Paris meski Presiden AS Donald Trump memulai langkah untuk keluar dari kesepakatan itu.
Hubungan diplomatik antara AS dan China sangat penting sebagai pondasi dalam kesepakatan Paris di era pemerintahan Barack Obama. Pasalnya, kedua negara merupakan emiter terbesar di dunia yang seharusnya berperan utama dalam mengatasi pemanasan global. Namun hubungan antara kedua negara memburuk dalam berbagai isu.
"Anda tidak akan pernah menyelesaikan masalah hingga Anda memiliki China dalam solusi itu," papar Bloomberg yang mundur sebagai utusan khusus PBB untuk perubahan iklim bulan lalu, dilansir Reuters.
Kepala negosiator China di Madrid, Zhao Yingmin menyatakan setiap negara dibutuhkan dalam mengatasi perubahan iklim. "Respon pada perubahan iklim itu upaya global bersama, tak satu pihak pun bisa absen," tutur Zhao, merespon pertanyaan tentang langkah AS meninggalkan kesepakatan Paris.
Anggota koalisi "Kami Masih Ada" yang terdiri atas kelompok negara bagian dan kota di AS yang masih dalam kesepakatan Paris, terus mengurangi emisi gas rumah kaca 37% di bawah level 2005 pada 2030, sesuai target pemerintahan era Obama.
(sfn)