Pentagon Bersiap Hadapi Ancaman Iran di Timur Tengah
A
A
A
WASHINGTON - Sebuah data intelijen baru menunjukkan potensi ancaman Iran terhadap pasukan dan kepentingan Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah. Hal itu diungkapkan beberapa pejabat pertahanan dan pemerintah AS.
"Ada (data) intelijen yang konsisten dalam beberapa minggu terakhir," kata seorang pejabat pemerinta kepada CNN, Rabu (4/12/2019).
Menurut pejabat lainnya, data tersebut telah dikumpulkan sepanjang bulan November. Informasi tersebut dikumpulkan oleh badan-badan militer dan intelijen.
Para pejabat itu tidak mengatakan dalam format apa data intelijen itu. Namun dalam beberapa minggu terakhir telah terjadi pergerakan pasukan dan senjata Iran yang dikhawatirkan AS dapat diterapkan untuk serangan potensial, jika diperintahkan oleh rezim Iran, kata para pejabat. Tidak jelas apakah ancaman potensial akan datang dari pemerintah pusat atau Korps Garda Revolusi Islam Iran.
Terkait hal ini juru bicara Pentagon, Rebecca Rebarich, enggan berkomentar banyak.
"Kami terus memantau dengan cermat kegiatan rezim di Iran, militernya dan proksinya, dan kami memiliki posisi yang baik untuk mempertahankan pasukan dan kepentingan AS sesuai kebutuhan," ujarnya.
Sebelumnya kepala operasi militer AS di Timur Tengah baru-baru ini mengisyaratkan AS mengharapkan semacam tindakan Iran dalam menanggapi sanksi AS dan kampanye tekanan yang berusaha membuat rezim meninggalkan program nuklirnya.
"Saya berharap bahwa jika kita melihat tiga atau empat bulan terakhir, ada kemungkinan mereka akan melakukan sesuatu yang tidak bertanggung jawab. Mungkin saja mereka akan menyerang tetangga mereka," Jenderal Kenneth McKenzie, kepala Komando Pusat AS, kepada audiensi di Bahrain pada saat itu.
"Itu tidak akan menjadi produktif bagi mereka dalam jangka panjang untuk memilih untuk bertindak dalam domain militer. Itulah pesan yang kami coba sampaikan," imbuhnya. (Baca: Komandan AS Wanti-wanti Serangan Iran di Timur Tengah )
Beberapa minggu lalu, Menteri Pertahanan Mark Esper mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintah senang melihat "downtick" dalam tindakan nyata Iran di kawasan itu dan bahwa pemerintah ingin mengirim sinyal "bahwa jalan ke depan adalah melalui diplomasi," tetapi militer "Bersiap untuk bertindak sesuai kebutuhan."
"Ada (data) intelijen yang konsisten dalam beberapa minggu terakhir," kata seorang pejabat pemerinta kepada CNN, Rabu (4/12/2019).
Menurut pejabat lainnya, data tersebut telah dikumpulkan sepanjang bulan November. Informasi tersebut dikumpulkan oleh badan-badan militer dan intelijen.
Para pejabat itu tidak mengatakan dalam format apa data intelijen itu. Namun dalam beberapa minggu terakhir telah terjadi pergerakan pasukan dan senjata Iran yang dikhawatirkan AS dapat diterapkan untuk serangan potensial, jika diperintahkan oleh rezim Iran, kata para pejabat. Tidak jelas apakah ancaman potensial akan datang dari pemerintah pusat atau Korps Garda Revolusi Islam Iran.
Terkait hal ini juru bicara Pentagon, Rebecca Rebarich, enggan berkomentar banyak.
"Kami terus memantau dengan cermat kegiatan rezim di Iran, militernya dan proksinya, dan kami memiliki posisi yang baik untuk mempertahankan pasukan dan kepentingan AS sesuai kebutuhan," ujarnya.
Sebelumnya kepala operasi militer AS di Timur Tengah baru-baru ini mengisyaratkan AS mengharapkan semacam tindakan Iran dalam menanggapi sanksi AS dan kampanye tekanan yang berusaha membuat rezim meninggalkan program nuklirnya.
"Saya berharap bahwa jika kita melihat tiga atau empat bulan terakhir, ada kemungkinan mereka akan melakukan sesuatu yang tidak bertanggung jawab. Mungkin saja mereka akan menyerang tetangga mereka," Jenderal Kenneth McKenzie, kepala Komando Pusat AS, kepada audiensi di Bahrain pada saat itu.
"Itu tidak akan menjadi produktif bagi mereka dalam jangka panjang untuk memilih untuk bertindak dalam domain militer. Itulah pesan yang kami coba sampaikan," imbuhnya. (Baca: Komandan AS Wanti-wanti Serangan Iran di Timur Tengah )
Beberapa minggu lalu, Menteri Pertahanan Mark Esper mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintah senang melihat "downtick" dalam tindakan nyata Iran di kawasan itu dan bahwa pemerintah ingin mengirim sinyal "bahwa jalan ke depan adalah melalui diplomasi," tetapi militer "Bersiap untuk bertindak sesuai kebutuhan."
(shf)