36 Tewas Akibat Tanah Longsor di Kenya
A
A
A
NAIROBI - Setidaknya 36 orang tewas dalam bencana tanah longsor yang disebabkan oleh hujan lebat yang luar biasa. Hal itu dikatakan oleh para pejabat setempat.
Hujan yang turun sepanjang malam sejak Jumat di bagian barat laut negara itu, yang berbatasan dengan Uganda, menyebabkan banjir yang menghanyutkan empat jembatan dan membuat beberapa desa tidak bisa diakses melalui jalan darat.
Korban tewas naik menjadi 36 dari sebelumnya yang mencapai 29 pada hari itu, dengan setidaknya tujuh anak-anak berada di antara yang tewas sejauh ini.
"Pikiran dan doa saya, dan orang-orang dari seluruh bangsa kita bersama keluarga, teman dan kerabat mereka yang kehilangan orang yang mereka cintai dalam insiden yang tidak menguntungkan ini," Presiden Uhuru Kenyatta mengatakan dalam sebuah pernyataan resmi.
"Terimalah belasungkawa tulus saya," imbuhnya seperti disitir dari UPI, Minggu (24/11/2019).
Palang Merah Kenya mentweet pada hari Sabtu bahwa mereka akan terus mendukung keluarga yang terkena dampak dalam pencarian, penyelamatan dan pemulihan. Organisasi sosial itu juga akan memberikan dukungan psikososial, distribusi barang-barang rumah tangga dan layanan pelacakan untuk membantu menghubungkan keluarga dengan mereka yang dilaporkan hilang selain penilaian daerah lain yang berisiko terkena tanah longsor.
Afrika Timur telah dilanda hujan dan banjir yang merusak selama beberapa minggu terakhir. Hujan lebat melanda Somalia dan Sudan Selatan serta menyebabkan banjir dan tanah longsor yang menewaskan puluhan orang di Ethiopia dan Tanzania. Sementara banjir melanda wilayah Afrika secara teratur, para ilmuwan mengatakan efeknya telah diperburuk oleh fenomena iklim yang disebut Dipole Samudera Hindia, yang ditentukan oleh perbedaan suhu antara wilayah barat dan timur samudera.
100 orang terbunuh dan ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal akibat tanah longsor di Kenya pada bulan April 2018 lalu.
Hujan yang turun sepanjang malam sejak Jumat di bagian barat laut negara itu, yang berbatasan dengan Uganda, menyebabkan banjir yang menghanyutkan empat jembatan dan membuat beberapa desa tidak bisa diakses melalui jalan darat.
Korban tewas naik menjadi 36 dari sebelumnya yang mencapai 29 pada hari itu, dengan setidaknya tujuh anak-anak berada di antara yang tewas sejauh ini.
"Pikiran dan doa saya, dan orang-orang dari seluruh bangsa kita bersama keluarga, teman dan kerabat mereka yang kehilangan orang yang mereka cintai dalam insiden yang tidak menguntungkan ini," Presiden Uhuru Kenyatta mengatakan dalam sebuah pernyataan resmi.
"Terimalah belasungkawa tulus saya," imbuhnya seperti disitir dari UPI, Minggu (24/11/2019).
Palang Merah Kenya mentweet pada hari Sabtu bahwa mereka akan terus mendukung keluarga yang terkena dampak dalam pencarian, penyelamatan dan pemulihan. Organisasi sosial itu juga akan memberikan dukungan psikososial, distribusi barang-barang rumah tangga dan layanan pelacakan untuk membantu menghubungkan keluarga dengan mereka yang dilaporkan hilang selain penilaian daerah lain yang berisiko terkena tanah longsor.
Afrika Timur telah dilanda hujan dan banjir yang merusak selama beberapa minggu terakhir. Hujan lebat melanda Somalia dan Sudan Selatan serta menyebabkan banjir dan tanah longsor yang menewaskan puluhan orang di Ethiopia dan Tanzania. Sementara banjir melanda wilayah Afrika secara teratur, para ilmuwan mengatakan efeknya telah diperburuk oleh fenomena iklim yang disebut Dipole Samudera Hindia, yang ditentukan oleh perbedaan suhu antara wilayah barat dan timur samudera.
100 orang terbunuh dan ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal akibat tanah longsor di Kenya pada bulan April 2018 lalu.
(ian)