China Marah Lantaran Media Beijing Ungkap Rudal Super Rahasia

Kamis, 21 November 2019 - 00:10 WIB
China Marah Lantaran...
China Marah Lantaran Media Beijing Ungkap Rudal Super Rahasia
A A A
BEIJING - Sebuah majalah Beijing memicu kemarahan pemerintah China lantaran mengekspos gambar pertama dari apa yang diduga sebagai sistem rudal rahasia. Ekspresi kemarahan ini muncul dalam laporan media corong Partai Komunis, Global Times.

Majalah Modern Ships mencetak grafik centrefold yang menunjukkan pesawat pembom strategis H-6N baru China dengan memuat rudal misterius dalam edisi terbarunya. Publikasi majalah yang juga dikelola negara ini mempertaruhkan tuduhan spionase.

Majalah tersebut menunjukkan pesawat pembom jarak jauh H-6N—yang dimodelkan pada pembom Tu-16 Uni Soviet yang sudah tidak berfungsi.

Lain dari publikasi majalah Modern Ships, tabloid Global Times menyatakan gambar yang dipublikasikan itu sebagai karya seniman belaka. "Gambar-gambar tersebut dihasilkan komputer, hanya konseptual dan tidak memiliki latar belakang resmi," tulis Global Times yang mengutip pejabat yang dinyatakan sebagai "sumber orang dalam".

Tetapi para analis pertahanan percaya senjata yang dibawa pesawat pembom itu merupakan penamapakan pertama dari rudal balistik yang diluncurkan udara (ALBM) yang sedang dikerjakan China.

Malcolm Davis, analis senior di Institut Kebijakan Strategis Australia, mengatakan; "Ini kemungkinan Air Launched Ballistic Missile (ALBM) CH-AS-X-13, yang jelas merupakan varian rudal balistik jarak menengah DF-21."

"Kombinasi rentang sistem itu—sekitar 1.700 km ditambah jangkauan H-6N—akan memberikan China kemampuan lebih besar untuk menyerang target darat sejauh Guam, atau berpotensi—jika dilengkapi dengan mode antikapal—(menyerang) target maritim pada kisaran yang sama," ujar Davis, seperti dikutip Daily Telegraph, Rabu (20/11/2019).

“Itu berarti, antara IRBM (Intermediate-Range Ballistic Missile) DF-26 dan DF-21D berbasis darat, China sedang membangun A2AD (anti-access area denial) yang jauh lebih canggih di mana rudal konvensional presisi memainkan peran utama," paparnya.

Publikasi itu itu muncul setelah Beijing memperingatkan Presiden Donald Trump bahwa Amerika Serikat harus berhenti "melenturkan otot-ototnya" di Laut China Selatan, ketika kedua negara adidaya itu terus unjuk kekuatan di perairan yang disengketakan.

Peringatan itu datang setelah Menteri Pertahanan AS Mark Esper dan Menteri Pertahanan China Wei Fenghe bertemu hari Senin di Bangkok.

Kedua menteri tersebut menghadiri pertemuan para pejabat pertahanan dari Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan negara-negara lain.

Di antara topik yang dibahas adalah krisis politik yang sedang berlangsung di Hong Kong dan status Laut China Selatan.

China bersikeras bahwa seluruh jalur perairan hingga pantai Filipina, Malaysia, dan Taiwan adalah miliknya.

Namun, negara-negara tetangga bersama dengan sebagian besar komunitas internasional memandang klaim maritim China sebagai hal yang berlebihan dan melanggar hukum internasional.

AS bertekad untuk memastikan bahwa perairan yang disengketakan itu tetap terbuka untuk semua kapal, dalam upaya melindungi "kebebasan navigasi".

Ini sangat penting, karena lalu lintas kapal komersial yang menghasilkan miliaran dolar melewati perairan tersebut setiap tahunnya.

Sebagai tindakannya, AS secara teratur mengirimkan kapal perang ke wilayah tersebut dan dalam beberapa pekan terakhir telah melakukan serangkaian latihan militer Angkatan Laut dengan India dan Jepang dalam suatu pertunjukan kekuatan yang nyata.

Namun sebagai tanda bahwa China tidak akan lagi secara pasif menyetujui kehadiran kapal perang AS, Beijing mengumumkan bahwa pihaknya mengirim kapal induk baru ke wilayah tersebut untuk misi latihan dan penelitian.

Beijing mengklaim bahwa penyebaran kapal induk itu tidak terkait dengan peristiwa baru-baru ini. "Pelatihan kapal induk buatan sendiri adalah pengaturan normal dalam proses pembangunan kapal induk, tidak ditujukan pada target tertentu dan tidak ada hubungannya dengan situasi saat ini," kata juru bicara Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), Cheng Dewei, dalam sebuah pernyataan.

Global Times mengatakan uji coba kapal induk itu akan memungkinkan para awaknya menjadi akrab dengan wilayah laut di mana kapal itu akan sering berlayar di masa depan.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1672 seconds (0.1#10.140)