Bocoran Kabel intelijen Ungkap Kekuasaan Iran di Irak

Selasa, 19 November 2019 - 11:10 WIB
Bocoran Kabel intelijen Ungkap Kekuasaan Iran di Irak
Bocoran Kabel intelijen Ungkap Kekuasaan Iran di Irak
A A A
WASHINGTON - Ratusan dokumen laporan intelijen Iran yang bocor telah mengungkapkan pengaruh Teheran di pemerintahan Irak.

The Intercept dan The New York Times melaporkan pada hari Senin (18/11/2019) bahwa kebocoran yang belum pernah terjadi sebelumnya menunjukkan bukti upaya Iran untuk memasukkan dirinya ke dalam politik dan urusan Irak.

Dua publikasi itu mengatakan pelaporan mereka didasarkan pada 700 halaman laporan terverifikasi yang ditulis terutama pada tahun 2014 dan 2015 oleh Kementerian Intelijen dan Keamanan Iran, dan dikirim kepada The Intercept secara anonim. The Intercept kemudian berbagi dokumen dengan New York Times.

Vanessa Gezari dari The Intercept mengatakan publikasinya menerima limpahan dokumen dari sumber yang tidak diketahui. "Kami masih tidak tahu dari siapa ini berasal," katanya.

Bocoran dokumen penting itu mengindikasikan ada friksi di internal intelijen Iran. "Kami ingin memberi tahu dunia apa yang dilakukan Iran di negara saya Irak," kata sumber itu sebagaimana dilaporkan The Intercept.

Meski berusia lebih dari empat tahun, dokumen-dokumen itu menawarkan potret terperinci tentang seberapa agresif Iran telah bekerja untuk menanamkan dirinya ke dalam urusan Irak, termasuk peran unik Jenderal Soleimani.

Soleimani adalah komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran. Menurut AFP yang mengutip sumber anonim pada hari Senin, Soleimani dalam beberapa pekan terakhir memimpin pertemuan di ibu kota Irak, Baghdad, dan kota Najaf di selatan negara itu dalam upaya untuk membujuk partai-partai politik untuk menutup "peringkat" di sekitar Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi.

Abdul Mahdi berada di bawah tekanan kuat di tengah-tengah protes anti-pemerintah yang mematikan yang pecah sejak awal Oktober 2019. Protes itu sebagai akibat dari kemarahan yang meluas atas korupsi, pengangguran massal dan kegagalan layanan publik.

Sentimen anti-Iran telah menjadi fitur dari beberapa aksi unjuk rasa, dengan banyak demonstran menganggap para pemimpin Irak tunduk pada Teheran atau pun Washington—dua kekuatan yang mereka yakini lebih mementingkan pengaruh regional daripada kebutuhan rakyat Irak.

Dalam salah satu bocoran laporan intelijen, Abdul Mahdi digambarkan memiliki "hubungan khusus" dengan Teheran ketika dia menjadi menteri perminyakan Irak pada 2014.

Laporan itu juga menyebut mantan perdana menteri Haider al-Abadi dan Ibrahim al-Jafari serta mantan ketua parlemen Salim al-Jabouri sebagai politisi yang memiliki hubungan dekat dengan Iran.

Menurut New York Times, Teheran dapat memperoleh lebih banyak akses setelah penarikan pasukan Amerika Serikat dari Irak pada 2011, yang membuat "aset-aset" Irak dari Badan Intelijen Pusat (CIA) Amerika "menganggur dan melarat".

Mereka kemudian beralih ke Iran, menawarkan informasi tentang operasi CIA di Irak dengan imbalan uang.

Tidak ada komentar langsung dari kantor perdana menteri, atau pejabat Irak lainnya mengenai kebocoran dokumen intelijen tersebut.

Otoritas Iran, yang juga berjuang untuk menahan protes yang dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar minyak, juga belum mengomentari bocoran laporan intelijen itu.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4923 seconds (0.1#10.140)