Demi Korut, AS-Korsel Tunda Latihan Militer Gabungan
A
A
A
BANGKOK -
Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) dilaporkan memutuskan untuk menunda latihan militer gabungan, yang rutin dilakukan setiap tahun. Hal ini dilakukan untuk mendukung upaya diplomasi dengan Korea Utara (Korut).
Latihan, yang dikenal sebagai Combined Flying Training Event, mensimulasikan skenario pertempuran udara dan melibatkan pesawat tempur dari AS dan Korsel. Korut menyebut latihan ini sebagai persiapan untuk menyerang mereka.
Menteri Pertahanan AS, Mike Esper mengatakan militer AS dan Korsel akan tetap berada dalam kondisi siaga tinggi, terlepas dari langkah itu, dan membantah bahwa keputusan untuk menunda latihan adalah konsesi bagi Korut.
"Saya tidak melihat ini sebagai konsesi. Saya melihat ini sebagai upaya itikad baik untuk memungkinkan perdamaian," kata Esper dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Minggu (17/11/2019).
Terkait dengan pembicaraan denuklirisasi, Kementerian Luar Negeri Korut sebelumnya menyerukan dialog langsung dengan AS. Pyongyang mengatakan siap melakukan dialog itu di mana saja dan kapan saja, sebagai tanggapan terhadap proposal AS yang baru.
Pejabat Kementerian Luar Negeri Korut, Kim Myong Gil, mengatakan, dia tidak dapat memahami mengapa Kementerian Luar Negeri AS mengirim Pyongyang pesan yang mengatakan pihaknya berharap untuk bertemu dengan pejabat Korut pada bulan Desember melalui pihak ketiga.
"Jika pihak AS menemukan solusi yang akan diberikan kepada kami, itu hanya dapat menjelaskannya kepada kami secara langsung. Jika solusi masalah yang dinegosiasikan dimungkinkan, kami siap bertemu dengan pejabat AS di mana saja dan kapan saja," ucapnya.
Dia lalu memperingatkan bahwa jika Washington gagal mengajukan solusi dasar untuk mengakhiri kebijakan anti-Korut, tidak akan ada kemungkinan untuk penyelesaian untuk isu-isu denuklirisasi di Semenanjung Korea.
Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) dilaporkan memutuskan untuk menunda latihan militer gabungan, yang rutin dilakukan setiap tahun. Hal ini dilakukan untuk mendukung upaya diplomasi dengan Korea Utara (Korut).
Latihan, yang dikenal sebagai Combined Flying Training Event, mensimulasikan skenario pertempuran udara dan melibatkan pesawat tempur dari AS dan Korsel. Korut menyebut latihan ini sebagai persiapan untuk menyerang mereka.
Menteri Pertahanan AS, Mike Esper mengatakan militer AS dan Korsel akan tetap berada dalam kondisi siaga tinggi, terlepas dari langkah itu, dan membantah bahwa keputusan untuk menunda latihan adalah konsesi bagi Korut.
"Saya tidak melihat ini sebagai konsesi. Saya melihat ini sebagai upaya itikad baik untuk memungkinkan perdamaian," kata Esper dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Minggu (17/11/2019).
Terkait dengan pembicaraan denuklirisasi, Kementerian Luar Negeri Korut sebelumnya menyerukan dialog langsung dengan AS. Pyongyang mengatakan siap melakukan dialog itu di mana saja dan kapan saja, sebagai tanggapan terhadap proposal AS yang baru.
Pejabat Kementerian Luar Negeri Korut, Kim Myong Gil, mengatakan, dia tidak dapat memahami mengapa Kementerian Luar Negeri AS mengirim Pyongyang pesan yang mengatakan pihaknya berharap untuk bertemu dengan pejabat Korut pada bulan Desember melalui pihak ketiga.
"Jika pihak AS menemukan solusi yang akan diberikan kepada kami, itu hanya dapat menjelaskannya kepada kami secara langsung. Jika solusi masalah yang dinegosiasikan dimungkinkan, kami siap bertemu dengan pejabat AS di mana saja dan kapan saja," ucapnya.
Dia lalu memperingatkan bahwa jika Washington gagal mengajukan solusi dasar untuk mengakhiri kebijakan anti-Korut, tidak akan ada kemungkinan untuk penyelesaian untuk isu-isu denuklirisasi di Semenanjung Korea.
(esn)