Mencari Pemimpin, Konsolidasi untuk Tebar Teror

Jum'at, 01 November 2019 - 08:50 WIB
Mencari Pemimpin, Konsolidasi...
Mencari Pemimpin, Konsolidasi untuk Tebar Teror
A A A
DAMASKUS - Kematian pemimpin ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) Abu Bakar al-Baghdadi memang mengejutkan bagi pengikutnya. Namun, itu tidak mengejutkan. Mereka sudah menyiapkan jauh hari sebelum kabar duka tersebut.

Legasi Baghdadi tidak akan mudah dilupakan dalam waktu cepat. Kenapa? Para gerilyawan ISIS mengklaim mereka berjuang untuk ISIS, bukan untuk pemimpin ISIS. Apalagi, pemimpin ISIS selama ini hanya menjadi simbol semata, karena tidak ada komunikasi intensif antara dia dengan para pendukungnya. Komunikasi yang disampaikan hanya melalui audio yang disebarkan secara umum.

"Jika mereka (pasukan khusus) berhasil menangkapnya (Baghdadi), itu kesepakatan besar. Baghdadi merupakan simbol penting bagi ISIS," kata mantan direktur Badan Intelijen Nasional Amerika Serikat (AS), James Clapper, dilansir Telegraph. "Tapi, ISIS kini semakin terdesentralisasi dan para pemimpinnya terus berkembang," paparnya.

Laporan yang beredar pada awal tahun ini menunjukkan ISIS telah memiliki pengganti Baghdadi. Dia adalah Abdullah Qardash, mantan pejabat militer pada masa pemerintahan Saddam Hussein. Dia termasuk petinggi yang merangkak naik dengan cepat di ISIS. Dia pertama kali bertemu dengan Baghdadi saat dipenjara bersama di Kamp Bucca di Basra karena terkait dengan al-Qaeda pada 2003. Memang ada informasi bahwa ada kedekatan Baghdadi dengan Qardash. Mereka juga kerap berdiskusi dengan visi mereka khalifah.

Qardash, yang lahir dan belajar di Mosul, Irak, biasa dipanggil "Profesor" dan "Destroyer". Itu menunjukkan pemimpin yang otoriter dan cerdas di ISIS. Pergantian kepemimpinan ISIS itulah yang tidak terlalu diperhatikan oleh AS. Presiden Donald Trump hanya mendeklarasikan kematian Baghdadi sebagai "hari baik" bagi AS.

Pandangan berbeda justru muncul dari Edmund Fitton-Brown, koordinator tim monitoring Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang ISIS. Dia menilai, posisi Baghdadi termasuk sangat dominan dalam kepemimpinan ISIS. "Kematian Baghdadi membuat tekanan sulit dan menghancurkan keterikatan dan kemampuan masa depan ISIS," katanya dilansir CNN.

Fitton-Brown juga mengungkapkan, kematian satu orang pemimpin akan berdampak besar terhadap kemampuan ISIS. Kematian tersebut juga menurunkan dan menghancurkan moral ISIS serta menurunkan kualitas strategi. "ISIS masih diidentikkan dengan kepemimpinan Baghdadi," jelasnya.

Analis terorisme CNN Paul Cruickshank mengungkapkan tidak mudah memilih pengganti ISIS. Sebagai khalifaf harus memiliki kemampuan dan kredit tertentu. Salah satu syaratnya adalah keturun dari Suku Quraish. "Persyaratan lainnya adalah pemahaman agama yang mendalam. Syarat itu seperti Baghdadi dan tidak mudah mencari orang yang seperti dia," ujarnya.

Reaksi kematian Baghdadi juga beragam di Timur Tengah. Banyak korban ISIS yang terus menderita setelah kekuasaan ISIS di Irak dan Suriah. Bagi mereka, kematian Baghdadi bukan menuju era baru yang lebih aman. AS hanya membunuh manusia, bukan ideologi ISIS.

Tidak ada kesimpulan kalau ancaman ISIS akan memudar. Kematian Baghdadi justru dikhawatir akan meningkat sentiment balas dendam dari pengikut ISIS di berbagai negara. Meskipun misi Baghdadi sudah selesai, mandat kepemimpinan dan legasinya akan tetap dipertahankan bagi para pendukungnya.

Meskipun pemimpin ISIS sudah tiada, tetapi ISIS masih jauh dari kehancuran. Mereka masih memiliki jaringan kuat di Afrika Barat, Libya, Semenanjung Sinai Mesir, Afghanistan, hingga Filipina. Mereka juga memiliki pengikut yang tersebar di Eropa dan di banyak negara. 18.000 gerilyawan ISIS juga masih bertahan di Suriah dan Irak.

Di Irak, setelah kekalahan dari pasukan Irak yang didukung AS, gerilyawan ISIS bergerak dengan taktik gerilya. Pasukan keamanan Irak masih terus melancarkan operasi terhadap ISIS setelah dua tahun kekalahan mereka. (Andika H Mustaqim)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2558 seconds (0.1#10.140)