Pendukung Penjahat Perang Sabet Hadih Nobel Sastra

Kamis, 10 Oktober 2019 - 23:46 WIB
Pendukung Penjahat Perang...
Pendukung Penjahat Perang Sabet Hadih Nobel Sastra
A A A
STOCKHOLM - Penulis novel asal Austria Peter Handke dan penulis asal Polandia Olga Tokarczuk memenangkan Hadiah Nobel di bidang Sastra. Handke memenangkan Hadiah Nobel Sastra 2019, sedangkan Tokarczuk memenangkan Hadiah Nobel Sastra 2018 yang tertunda.

Akademi Swedia, yang mengatur penghargaan bergengsi itu, menangguhkannya pada 2018 setelah skandal penyerangan seksual. Sejak itu, lembaga itu menunjuk anggota baru dan mereformasi beberapa aturan yang lebih misterius setelah intervensi langka oleh pelindung kerajaannya, raja Swedia.

"Peter Handke diakui untuk sebuah karya sebuah karya berpengaruh yang dengan kecerdikan linguistik telah mengeksplorasi batas dan kekhususan pengalaman manusia," kata Akademi Swedia dalam pernyataannya seperti dikutip dari BBC, Kamis (10/10/2019).

Namun dramawan, novelis dan penyair Austria berusia 76 itu sempat menjadi sosok yang kontroversial atas dukungannya kepada Serbia selama perang Yugoslavia pada tahun 1990-an. Ia juga sempat berpidato pada pemakaman mantan pemimpin Serbia Slobodan Milosevic, yang didakwa melakukan genosida dan kejahatan perang lainnya, pada 2006 lalu.

Pada tahun 2014, Handke bahkan menyerukan agar Hadiah Nobel untuk Sastra dihapuskan. Ia mengatakan penghargaan itu membawa pemenangnya pada "kanonisasi palsu" bersama dengan sebuah momen perhatian dan enam halaman di surat kabar.

Sementara itu untuk Tokarczuk, yang juga memenangkan Man Booker International Prize tahun lalu, dianugerahi Hadiah Nobel 2018.

"Hadiah Nobel 2018 jatuh ke Tokarczuk untuk sebuah imajinasi naratif yang dengan hasrat ensiklopedis mewakili penyeberangan batas sebagai bentuk kehidupan," kata Akademi Swedia dalam pernyataannya seperti dikutip dari Reuters.

Tokarczuk (57) terlatih sebagai psikolog sebelum menerbitkan novel pertamanya pada tahun 1993. Sejak itu, ia telah menghasilkan aliran karya yang mantap dan bervariasi. Novelnya yang berjudul "Flight" memenangkannya Man Booker International Prize tahun lalu. Dia adalah penulis Polandia pertama yang mendapatkan penghargaan itu.

Dia telah menimbulkan kontroversi di negara asalnya, Polandia, dengan menyentuh bidang-bidang gelap di masa lalu negara itu yang kontras dengan versi sejarah yang dipromosikan oleh partai nasionalis yang berkuasa di Polandia, Hukum dan Keadilan (PiS).

Hadiah Nobel Sastra 2018 terpaksa ditunda setahun setelah skandal di Akademi Swedia yang dipicu oleh tuduhan terhadap Jean-Claude Arnault, suami anggota Akademi Katarina Frostenson. Dia dijatuhi hukuman dua tahun penjara pada Oktober setelah dinyatakan bersalah melakukan pemerkosaan.

Frostenson kemudian mengundurkan diri, dan hal itu memantik dugaan konflik kepentingan terhadap pemberian penghargaan bergengsi itu serta bocornya nama-nama pemenang Hadiah Nobel. Kondisi itu semua menghasilkan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap Akademi Swedia.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2923 seconds (0.1#10.140)