Korea Utara Tembakkan Rudal dari Kapal Selam

Kamis, 03 Oktober 2019 - 10:19 WIB
Korea Utara Tembakkan...
Korea Utara Tembakkan Rudal dari Kapal Selam
A A A
SEOUL - Korea Utara (Korut) tembakan rudal yang diduga dari kapal selam di pantai timur, kemarin. Penembakan itu dilakukan sehari setelah Pyongyang mengumumkan kembali berunding dengan Amerika Serikat (AS) untuk mengakhiri program nuklirnya.

Jika dikonfirmasi, maka itu menjadi tes paling provokatif oleh Korut sejak memulai perundingan dengan AS pada 2018. Pengamat menyatakan tes itu tampaknya untuk mengingatkan dunia tentang kemampuan persenjataan Korut yang terus dikembangkan seiring perundingan baru.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri (Deplu) AS mendesak Korut untuk menahan diri dari berbagai provokasi dan berkomitmen pada negosiasi nuklir. Militer Korsel menyatakan pihaknya telah mendeteksi peluncuran satu rudal yang terbang sejauh 450 km dan mencapai ketinggian 910 km. Rudal itu diduga persenjataan kelas Pukguksong merupakan rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam dan sedang dikembangkan Korut.

Menteri Pertahanan (Menhan) Korsel Jeong Kyeong-doo menjelaskan pada komite parlemen bahwa Pukguksong atau Bintang Kutub dalam bahasa Korea. Rudal itu memiliki jangkauan sekitar 1.300 km dan lintasan rudal dinaikkan untuk mengurangi jarak yang mampu ditempuhnya.

CNN menyebut sumber pejabat AS yang menjelaskan, rudal itu diluncurkan dari bawah laut seperti yang pernah dilakukan Korut pada tahap awal program rudal tersebut pada 2015. Korsel mengungkapkan kekhawatiran dan Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe mengecam peluncuran itu.

Abe menganggap peluncuran itu melanggar resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Korut menolak resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang Pyongyang menggunakan teknologi rudal balistik. Menurut Korut, resolusi itu melanggar haknya untuk membela diri.

Perundingan untuk melucuti program rudal dan nuklir Korut terhenti sejak konferensi tingkat tinggi (KTT) kedua antara Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korut Kim Jong-un di Vietnam pada Februari berakhir tanpa kesepakatan. Kedua pemimpin kemudian bertemu di perbatasan Zona Demiliterisasi antara dua Korea pada Juni dan berjanji membuka lagi perundingan level kerja dalam beberapa pekan.

Militer Korsel menjelaskan, rudal itu diluncurkan ke arah timur dari Laut Wonsan, lokasi salah satu pangkalan militer Korut di pantai timur. Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga menyatakan satu rudal diluncurkan dan kemudian memecah menjadi dua lalu jatuh ke laut.

Pemerintah Jepang sebelumnya menduga Korut meluncurkan dua rudal, termasuk satu yang jatuh di dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Jepang. Menhan Korsel Jeong saat ditanya tentang perkiraan awal mengenai dua rudal itu menjelaskan rudal tersebut mungkin memiliki dua tahap yang melakukan pemisahan dalam penerbangan.

Korut telah mengembangkan teknologi rudal yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM) sebelum menghentikan tes rudal jarak jauh dan tes nuklir serta memulai perundingan dengan AS hingga KTT pertama Trump dan Kim di Singapura pada Juni 2018.

Kantor berita KCNA merilis sejumlah foto dan laporan Pemimpin Korut Kim Jong-un pada Juli, memeriksa kapal selam berukuran besar dan baru dibangun. Foto itu tampaknya sebanyak tanda bahwa Korut melanjutkan pengembangan SLBM. Korut telah sembilan kali meluncurkan rudal jarak dekat berbasis darat sejak Trump dan Kim bertemu pada Juni.

Pakar rudal dari Union of Concerned Scientists, David Wright, memperkirakan jangkauan rudal yang baru diluncurkan kemarin sejauh 1.900 km pada lintasan standar. Beberapa jam sebelum peluncuran kemarin, Wakil Menteri Luar Negeri (Menlu) Korut Choe Son-hui menyatakan, perundingan level kerja dengan AS akan digelar pada Sabtu (5/10). Perkembangan ini bisa menghentikan kebuntuan perundingan yang terjadi selama beberapa bulan terakhir.

Peluncuran rudal sebelumnya oleh Korut dilakukan pada 10 September, juga beberapa jam setelah Choe mengungkapkan keinginan Pyongyang berunding dengan AS. Profesor Leif-Eric Easley dari Universitas Ewha di Seoul menjelaskan, “Korut ingin meningkatkan taruhan sebelum berbagai negosiasi dalam upaya mendapatkan konsesi yang belum diperoleh.”

Trump berupaya menganggap remeh berbagai peluncuran rudal jarak dekat oleh Korut. Trump menyatakan pada September lalu bahwa AS dan Korut tidak memiliki kesepakatan tentang rudal jarak dekat. “Banyak negara juga menguji senjata semacam itu,” katanya.

Vipin Narang, pakar nuklir di Massachusetts Institute of Technology (MIT), menyatakan waktu peluncuran terbaru itu meningkatkan daya tawar Korut dan juga tanda Pyongyang siap berunding jangka panjang dengan Washington. “Risikonya adalah tes sistem semacam itu bisa membuat AS menjauh sebelum akhir pekan ini, tapi Kim mungkin bertaruh bahwa AS sangat menginginkan perundingan terjadi dan mengalami kemajuan sehingga AS tidak akan meninggalkan perundingan,” kata Narang.

Uni Eropa (UE) mengecam keputusan Korut menembakkan rudal terbaru sebagai aksi provokasi. UE menyerukan perundingan baru antara Washington dan Pyongyang. “Kami ingin perundingan level kerja kembali digelar antara AS dan Korut serta siap mendukung semua upaya internasional menemukan solusi diplomatik menuju perdamaian dan keamanan jangka panjang di Semenanjung Korea,” kata pernyataan UE.

AS mendesak Korut menahan diri dari provokasi dan tetap berkomitmen pada negosiasi nuklir. “Kami menyeru Korut menahan diri dari provokasi, mengabaikan kewajiban mereka sesuai Resolusi Dewan Keamanan PBB dan tetap melakukan negosiasi berkelanjutan untuk melakukan bagian mereka menjamin perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea dan mencapai denuklirisasi,” kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri (Deplu) AS di Roma, kemarin, saat Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengunjungi Italia.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6173 seconds (0.1#10.140)