Trump Mengaku Jadi Korban 'Kudeta'
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donadl Trump terus melancarkan kritik terhadap penyelidikan pemakzulan yang dilakukan Partai Demokrat. Terbaru, ia menyebut proses penyelidikan pemakzulan itu menyerupai kudeta.
"Ketika semakin saya belajar banyak setiap hari, saya sampai pada kesimpulan bahwa apa yang terjadi bukanlah pemakzulan, itu adalah COUP," tweet Trump.
"Penyelidikan atas dugaan penyalahgunaan kekuasaan tersebut dimaksudkan untuk mengambil kekuatan rakyat, pilihan mereka, kebebasan mereka, Amandemen Kedua, Agama, Militer, Dinding Perbatasan, dan hak-hak yang diberikan Tuhan sebagai Warga Negara Amerika Serikat!" imbuhnya seperti dikutip dari The Hill, Selasa (2/10/2019).
Partai Demokrat di DPR pekan lalu secara resmi meluncurkan penyelidikan pemakzulan terhadap Trump. Keputusan itu sebagian besar didorong oleh perilaku Trump saat melakukan pembicaraan via telepon dengan Presiden Ukraina. Saat itu Trump mendesak pemimpin asing untuk menyelidiki calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden. (Baca juga: Resmi, Partai Demokrat Luncurkan Penyelidikan untuk Makzulkan Trump )
Gedung Putih pekan lalu merilis transkrip kasar panggilan telepon pada 25 Juli antara Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Transkip itu menunjukkan Trump mendesak Zelensky untuk menghubungi pengacara pribadinya dan jaksa umum untuk menyelidiki kemungkinan kesalahan oleh Biden.
Keluhan whistleblower yang dipublikasikan Kamis lalu menjelaskan lebih lanjut tentang bagaimana Gedung Putih berusaha menyembunyikan isi dari pembicaraan telepon dengan membatasi mereka yang memiliki akses ke transkrip.
Kontroversi Ukraina merupakan ancaman bagi Trump, karena Demokrat telah mengindikasikan mereka siap untuk bergerak cepat melakukan pemakzulan. Trump menanggapi hal itu dengan menunjukkan sikap bermusuhan.
Awal pekan ini, Trump menyarankan agar Ketua Komite Intelijen DPR Adam Schiff harus ditangkap karena pengkhianatan. Schiff, yang berada di garis depan penyelidikan pemakzulan, dianggap berlebihan dalam mendeskripsikan pembicaraan telepon Trump dengan Zelensky.
Trump juga sangat kritis terhadap whistleblower, mengolok-olok mereka sebagai partisan dan mempertanyakan keloyalan mereka kepada negara.
Trump mengatakan Gedung Putih berusaha mencari tahu siapa whistleblower itu, dan mengklaim bahwa ia memiliki hak untuk mewawancarai individu tersebut, meskipun ada perlindungan untuk menjaga identitas orang tersebut tetap anonim.
Demokrat dan beberapa politisi Republik telah mengecam serangan Trump terhadap sang whistleblower. Mereka mengatakan setiap individu mengikuti protokol yang tepat dalam mengajukan keluhan mereka.
"Tidak seorang pun harus membuat penilaian atau pernyataan tanpa mendengar dari whistleblower pertama dan dengan hati-hati menindaklanjuti fakta," kata Senator Partai Republik Chuck Grassley dalam sebuah pernyataan.
"Spekulasi tanpa informasi yang dipegang politisi atau komentator media sebagai senjata partisan kontraproduktif dan tidak melayani negara," imbuhnya.
"Ketika semakin saya belajar banyak setiap hari, saya sampai pada kesimpulan bahwa apa yang terjadi bukanlah pemakzulan, itu adalah COUP," tweet Trump.
"Penyelidikan atas dugaan penyalahgunaan kekuasaan tersebut dimaksudkan untuk mengambil kekuatan rakyat, pilihan mereka, kebebasan mereka, Amandemen Kedua, Agama, Militer, Dinding Perbatasan, dan hak-hak yang diberikan Tuhan sebagai Warga Negara Amerika Serikat!" imbuhnya seperti dikutip dari The Hill, Selasa (2/10/2019).
Partai Demokrat di DPR pekan lalu secara resmi meluncurkan penyelidikan pemakzulan terhadap Trump. Keputusan itu sebagian besar didorong oleh perilaku Trump saat melakukan pembicaraan via telepon dengan Presiden Ukraina. Saat itu Trump mendesak pemimpin asing untuk menyelidiki calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden. (Baca juga: Resmi, Partai Demokrat Luncurkan Penyelidikan untuk Makzulkan Trump )
Gedung Putih pekan lalu merilis transkrip kasar panggilan telepon pada 25 Juli antara Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Transkip itu menunjukkan Trump mendesak Zelensky untuk menghubungi pengacara pribadinya dan jaksa umum untuk menyelidiki kemungkinan kesalahan oleh Biden.
Keluhan whistleblower yang dipublikasikan Kamis lalu menjelaskan lebih lanjut tentang bagaimana Gedung Putih berusaha menyembunyikan isi dari pembicaraan telepon dengan membatasi mereka yang memiliki akses ke transkrip.
Kontroversi Ukraina merupakan ancaman bagi Trump, karena Demokrat telah mengindikasikan mereka siap untuk bergerak cepat melakukan pemakzulan. Trump menanggapi hal itu dengan menunjukkan sikap bermusuhan.
Awal pekan ini, Trump menyarankan agar Ketua Komite Intelijen DPR Adam Schiff harus ditangkap karena pengkhianatan. Schiff, yang berada di garis depan penyelidikan pemakzulan, dianggap berlebihan dalam mendeskripsikan pembicaraan telepon Trump dengan Zelensky.
Trump juga sangat kritis terhadap whistleblower, mengolok-olok mereka sebagai partisan dan mempertanyakan keloyalan mereka kepada negara.
Trump mengatakan Gedung Putih berusaha mencari tahu siapa whistleblower itu, dan mengklaim bahwa ia memiliki hak untuk mewawancarai individu tersebut, meskipun ada perlindungan untuk menjaga identitas orang tersebut tetap anonim.
Demokrat dan beberapa politisi Republik telah mengecam serangan Trump terhadap sang whistleblower. Mereka mengatakan setiap individu mengikuti protokol yang tepat dalam mengajukan keluhan mereka.
"Tidak seorang pun harus membuat penilaian atau pernyataan tanpa mendengar dari whistleblower pertama dan dengan hati-hati menindaklanjuti fakta," kata Senator Partai Republik Chuck Grassley dalam sebuah pernyataan.
"Spekulasi tanpa informasi yang dipegang politisi atau komentator media sebagai senjata partisan kontraproduktif dan tidak melayani negara," imbuhnya.
(ian)