Erdogan Terus Mendesak Diungkapnya Kasus Pembunuhan Khashoggi
A
A
A
ISTANBUL - Presiden Turki Tayyip Erdogan, menyatakan akan terus mendorong terungkapnya kebenaran di balik pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di konsulat Arab Saudi di Istanbul. Pembunuhan itu terjadi satu tahun lalu.
Setahun setelah Khashoggi terbunuh oleh agen-agen Saudi yang dikirim dari Riyadh, Erdogan mengatakan, Turki masih ingin tahu di mana jenazahnya dan siapa yang memberi wewenang berlangsungnya operasi itu.
Dalam sebuah artikel untuk Post, Erdogan mengatakan, fakta bahwa para pembunuh melakukan perjalanan dengan paspor diplomatik dan "mengubah bangunan diplomatik menjadi tempat kejahatan" menjadi preseden yang berbahaya.
"Mungkin yang lebih berbahaya adalah impunitas yang tampaknya dinikmati oleh sebagian pembunuh di kerajaan," tulisnya, seperti dikutip dari Reuters, Senin (30/9). Ia juga menambahkan bahwa hampir tidak ada transparansi dalam proses pengadilan.
Erdogan mengatakan, Turki akan terus memandang Arab Saudi sebagai teman dan sekutu, tetapi itu tidak berarti Ankara akan tetap diam atas kasus pembunuhan Khashoggi.
"Skuad pembunuhan beranggotakan 15 orang yang membunuh Khashoggi di dalam konsulat Arab Saudi di Istanbul dan mencincang tubuhnya, menjadi bagian dari kepentingan negara bayangan di dalam pemerintahan kerajaan," kata Erdogan, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Sementara itu, Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CBS, bahwa dia "sama sekali tidak" memerintahkan pembunuhan Khashoggi, meskipun dia memikul tanggung jawab sebagai pemimpin negaranya.
Setahun setelah Khashoggi terbunuh oleh agen-agen Saudi yang dikirim dari Riyadh, Erdogan mengatakan, Turki masih ingin tahu di mana jenazahnya dan siapa yang memberi wewenang berlangsungnya operasi itu.
Dalam sebuah artikel untuk Post, Erdogan mengatakan, fakta bahwa para pembunuh melakukan perjalanan dengan paspor diplomatik dan "mengubah bangunan diplomatik menjadi tempat kejahatan" menjadi preseden yang berbahaya.
"Mungkin yang lebih berbahaya adalah impunitas yang tampaknya dinikmati oleh sebagian pembunuh di kerajaan," tulisnya, seperti dikutip dari Reuters, Senin (30/9). Ia juga menambahkan bahwa hampir tidak ada transparansi dalam proses pengadilan.
Erdogan mengatakan, Turki akan terus memandang Arab Saudi sebagai teman dan sekutu, tetapi itu tidak berarti Ankara akan tetap diam atas kasus pembunuhan Khashoggi.
"Skuad pembunuhan beranggotakan 15 orang yang membunuh Khashoggi di dalam konsulat Arab Saudi di Istanbul dan mencincang tubuhnya, menjadi bagian dari kepentingan negara bayangan di dalam pemerintahan kerajaan," kata Erdogan, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Sementara itu, Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CBS, bahwa dia "sama sekali tidak" memerintahkan pembunuhan Khashoggi, meskipun dia memikul tanggung jawab sebagai pemimpin negaranya.
(esn)