Arab Saudi Hapus Nama Jalan Sultan Ottoman di Riyadh
loading...
A
A
A
RIYADH - Pemerintah daerah Riyadh melepas nama jalan Sultan Ottoman, Suleiman yang Agung, dari salah satu jalan di Riyadh.
Otoritas Riyadh tidak memberi alasan langkah tersebut namun para pengguna media sosial yakin tindakan itu karena memanasnya hubungan antara Arab Saudi dan Turki.
Selama beberapa tahun terakhir, hubungan antara Saudi dan Turki memburuk akibat masalah diplomatik dan keterlibatan dalam perang sipil Suriah, serta dukungan Turki pada Qatar setelah blokade diterapkan Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain dan Mesir pada 2017.
Hubungan kedua negara mencapai level terburuk dengan pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada Oktober tahun lalu.
Setelah beberapa bulan investigasi pembunuhan itu dan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyimpulkan bahwa agen-agen Saudi membunuh Khashoggi atas komando langsung Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, Turki berulang kali mendesak pihak yang bertanggung jawab dibawa ke pengadilan.
Saudi pun mendorong warganya memboikot Turki dengan berbagai cara, termasuk dalam pembelian produk, konsumsi makanan, penjualan properti, berurusan dengan perusahaan Turki, dan terutama pariwisata ke negara itu.
Kampanye itu mendapat dukungan tokoh kerajaan dan lainnya. Gubernur Riyadh, Faisal bin Bandar menolak menawarkan kopi Turki, sehingga memicu boikot produk-produk Turki. (Lihat Video: Pesawat Tempur TNI AU Jatuh dan Terbakar di Riau)
Pada Agustus tahun lalu, Kementerian Pendidikan Saudi membuat beberapa perubahan pada buku sejarahnya, mengubah warisan Kekhalifahan Ottoman dan menyebutnya sebagai “pendudukan”. (Lihat Video: Toko Sepeda di Solo Dibanjiri Pembeli Setelah Menjadi Tren Baru di Tengah Pandemi)
Otoritas Riyadh tidak memberi alasan langkah tersebut namun para pengguna media sosial yakin tindakan itu karena memanasnya hubungan antara Arab Saudi dan Turki.
Selama beberapa tahun terakhir, hubungan antara Saudi dan Turki memburuk akibat masalah diplomatik dan keterlibatan dalam perang sipil Suriah, serta dukungan Turki pada Qatar setelah blokade diterapkan Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain dan Mesir pada 2017.
Hubungan kedua negara mencapai level terburuk dengan pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada Oktober tahun lalu.
Setelah beberapa bulan investigasi pembunuhan itu dan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyimpulkan bahwa agen-agen Saudi membunuh Khashoggi atas komando langsung Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, Turki berulang kali mendesak pihak yang bertanggung jawab dibawa ke pengadilan.
Saudi pun mendorong warganya memboikot Turki dengan berbagai cara, termasuk dalam pembelian produk, konsumsi makanan, penjualan properti, berurusan dengan perusahaan Turki, dan terutama pariwisata ke negara itu.
Kampanye itu mendapat dukungan tokoh kerajaan dan lainnya. Gubernur Riyadh, Faisal bin Bandar menolak menawarkan kopi Turki, sehingga memicu boikot produk-produk Turki. (Lihat Video: Pesawat Tempur TNI AU Jatuh dan Terbakar di Riau)
Pada Agustus tahun lalu, Kementerian Pendidikan Saudi membuat beberapa perubahan pada buku sejarahnya, mengubah warisan Kekhalifahan Ottoman dan menyebutnya sebagai “pendudukan”. (Lihat Video: Toko Sepeda di Solo Dibanjiri Pembeli Setelah Menjadi Tren Baru di Tengah Pandemi)
(sya)