Maksud BJ Habibie Juluki Singapura 'Red Dot' yang Jadi Sejarah

Kamis, 12 September 2019 - 09:36 WIB
Maksud BJ Habibie Juluki...
Maksud BJ Habibie Juluki Singapura 'Red Dot' yang Jadi Sejarah
A A A
JAKARTA - Mantan Presiden Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie wafat di usia 83 tahun pada hari Rabu (11/9/2019). Publik Singapura mengenang sang pembuat pesawat terbang yang genius ini lantaran menjuluki negara kecil itu dengan sebutan "red dot" atau "titik merah".

Awalnya, publik Singapura marah karena salah memahami julukan tersebut. Mereka mengira julukan seperti itu seperti kritikan negatif terhadap negara. Habibie saat itu membantah anggapan tersebut dan menjelaskan maksud dari komentarnya.

Dari yang awalnya marah, julukan itu justru diadopsi para politisi Singapura dan warga pada umumnya sebagai kebanggaan. Julukan "red dot" itu sebenarnya istilah ini untuk menunjukkan keberhasilan bangsa meskipun ada keterbatasan, yakni wilayah Singapura yang sangat kecil. (Baca: Mengenang Habibie: Pembuat Pesawat Jerman, Pernah Sebut Singapura 'Titik Merah' )

Komentar insinyur genius berpendidikan di Indonesia, Belanda dan Jerman itu dibuat pada tahun 1998. Publik Singapura sampai sekarang masih mengenang julukan tersebut. Media-media di negara tetangga itu juga mengulas julukan "red dot" dari mantan pemimpin yang terkenal saleh tersebut.

"Ini OK dengan saya, tetapi ada 211 juta orang (di Indonesia). Semua (area) hijau adalah Indonesia. Dan titik merah itu adalah Singapura," kata Habibie kala itu yang menjadi komentar bersejarah di Singapura, seperti dikutip dari The Independent Singapore, Kamis (12/9/2019).

Putra Habibie, Thareq Kemal Habibie, mengatakan presiden ketiga Indonesia itu wafat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto di Jakarta, tempat ia menjalani perawatan untuk masalah jantung sejak 1 September.

Di era penerus Presiden Soeharto ini, Indonesia mengalami reformasi demokratis. Pemerintahannya juga mengizinkan referendum kemerdekaan untuk Timor Timur atau Timor Leste.

Masa kepresidenannya tercatat yang terpendek dalam sejarah Indonesia modern, tetapi transformatif.

Habibie dikenal sebagai seorang insinyur yang berpendidikan di Indonesia, Belanda dan Jerman. Dia menghabiskan hampir dua dekade bekerja untuk perusahaan pembuat pesawat Jerman Messerschmitt-Boelkow-Blohm, sebelum kembali ke Indonesia pada tahun 1974 untuk membantu memimpin Soeharto untuk mewujudkan industrialisasi ekonomi.

Sebagai presiden, Habibie pernah meminta maaf atas pelanggaran HAM di masa lalu dan menguraikan program reformasi delapan poin untuk membangun masyarakat yang adil, terbuka dan demokratis.

Dia memerintahkan pembebasan tahanan politik, menghapus pembatasan pers dan mereformasi politik untuk memungkinkan pemilihan umum yang bebas.

Habibie lahir 25 Juni 1936, di kota Parepare Sulawesi Selatan. Dia adalah anak keempat dari delapan bersaudara.

Ayahnya adalah pria keturunan asli Sulawesi dan ibunya seorang bangsawan Jawa dari kesultanan Yogyakarta. Istri Habibie, Hasri Ainun Habibie, seorang dokter, meninggal pada tahun 2010.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1327 seconds (0.1#10.140)