Raja Arab Saudi Pecat Menteri Energi dan Tunjuk Putranya sebagai Pengganti
A
A
A
RIYADH - Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud, memecat Menteri Energi Khalid al-Falih dan menunjuk salah satu putranya sebagai pengganti. Putra Raja Salman yang ditunjuk jadi menteri itu adalah Pangeran Abdulaziz bin Salman.
Pangeran Abdulaziz adalah saudara tiri yang usianya lebih tua dari Putra Mahkota Mohammed bin Salman, penguasa de facto kerajaan Arab Saudi.
Penunjukan Pangeran Abdulaziz sebagai Menteri Energi diumumkan hari Minggu (8/9/2019) oleh kantor berita negara Saudi, SPA, yang mengutip dekrit kerajaan.
Penggantian menteri itu terjadi pada saat harga minyak tetap keras di bawah apa yang dibutuhkan untuk mengimbangi pengeluaran pemerintah, di mana perdagangan minyak mentah Brent di bawah USD 60 per barel, jauh di bawah kisaran USD80-USD85 yang menurut para analis diperlukan untuk menyeimbangkan anggaran Saudi.
Penunjukan Pangeran Abdulaziz juga merupakan yang pertama kalinya seorang pangeran Saudi dari keluarga al-Saud memimpin Kementerian Energi.
Pangeran Abdulaziz memiliki pengalaman seumur hidup di bidang energi. Di usia 20-an tahun, ia menjadi penasihat menteri energi pada 1985 sebelum diangkat sebagai wakil menteri minyak pada 1995. Posisi wakil menteri itu diduduki selama hampir satu dekade.
Dia kemudian menjabat sebagai asisten menteri minyak hingga 2017 ketika dia ditunjuk sebagai menteri negara untuk urusan energi. Dia memegang gelar dari Universitas King Fahd di bidang Perminyakan dan Mineral.
Sebagai seorang veteran pembuat kebijakan di Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), Pangeran Abdulaziz tidak diharapkan untuk mengubah kebijakan minyak kerajaan. Menurut para analis, ia diharapkan membantu menegosiasikan perjanjian saat ini antara negara-negara OPEC dan non-OPEC untuk mengurangi pasokan minyak mentah global guna mendukung harga dan menyeimbangkan pasar.
Menteri yang dipecat, Khalid al-Falih, juga disingkirkan sebagai ketua dewan raksasa minyak milik negara, Aramco, beberapa hari lalu. Pemecatan terjadi saat perusahaan itu mempersiapkan penawaran umum perdana (IPO) yang dipuji banyak kalangan.
Portofolio al-Falih juga dipandang kurang mumpuni. Perannya yang semakin berkurang telah menyebabkan laporan bahwa dia tidak disukai oleh Putra Mahkota, yang berusaha untuk mendiversifikasi ekonomi Saudi dari ketergantungan pada pendapatan minyak untuk bertahan hidup.
Pangeran Abdulaziz adalah saudara tiri yang usianya lebih tua dari Putra Mahkota Mohammed bin Salman, penguasa de facto kerajaan Arab Saudi.
Penunjukan Pangeran Abdulaziz sebagai Menteri Energi diumumkan hari Minggu (8/9/2019) oleh kantor berita negara Saudi, SPA, yang mengutip dekrit kerajaan.
Penggantian menteri itu terjadi pada saat harga minyak tetap keras di bawah apa yang dibutuhkan untuk mengimbangi pengeluaran pemerintah, di mana perdagangan minyak mentah Brent di bawah USD 60 per barel, jauh di bawah kisaran USD80-USD85 yang menurut para analis diperlukan untuk menyeimbangkan anggaran Saudi.
Penunjukan Pangeran Abdulaziz juga merupakan yang pertama kalinya seorang pangeran Saudi dari keluarga al-Saud memimpin Kementerian Energi.
Pangeran Abdulaziz memiliki pengalaman seumur hidup di bidang energi. Di usia 20-an tahun, ia menjadi penasihat menteri energi pada 1985 sebelum diangkat sebagai wakil menteri minyak pada 1995. Posisi wakil menteri itu diduduki selama hampir satu dekade.
Dia kemudian menjabat sebagai asisten menteri minyak hingga 2017 ketika dia ditunjuk sebagai menteri negara untuk urusan energi. Dia memegang gelar dari Universitas King Fahd di bidang Perminyakan dan Mineral.
Sebagai seorang veteran pembuat kebijakan di Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), Pangeran Abdulaziz tidak diharapkan untuk mengubah kebijakan minyak kerajaan. Menurut para analis, ia diharapkan membantu menegosiasikan perjanjian saat ini antara negara-negara OPEC dan non-OPEC untuk mengurangi pasokan minyak mentah global guna mendukung harga dan menyeimbangkan pasar.
Menteri yang dipecat, Khalid al-Falih, juga disingkirkan sebagai ketua dewan raksasa minyak milik negara, Aramco, beberapa hari lalu. Pemecatan terjadi saat perusahaan itu mempersiapkan penawaran umum perdana (IPO) yang dipuji banyak kalangan.
Portofolio al-Falih juga dipandang kurang mumpuni. Perannya yang semakin berkurang telah menyebabkan laporan bahwa dia tidak disukai oleh Putra Mahkota, yang berusaha untuk mendiversifikasi ekonomi Saudi dari ketergantungan pada pendapatan minyak untuk bertahan hidup.
(mas)