Diplomat Saudi: UEA Mengkhianati Kami di Yaman
A
A
A
RIYADH - Presiden Komite Urusan Hubungan Masyarakat Saudi-Amerika (SAPRAC), Salman al-Ansari, menyerang Uni Emirat Arab (UEA). Salman menyebut UEA telah "membodohi" Riyadh dengan dalih anggota Ikhwanul Muslimin untuk ambisi ekspansionis wilayah.
"Permusuhan terbuka kami kepada kelompok ekstremis Ikhwanul Muslimin tidak berarti dengan cara apa pun kami menjadi tertipu oleh upaya untuk melampaui tujuan strategis yang telah disepakati sesuai dengan hukum internasional, dengan melewati proyek-proyek yang absurd dan memecah belah," tulis al-Ansari di Twitter .
"Pemikiran yang sempit adalah masalah menggambarkan apa yang dilakukan UEA di Yaman sebagai pengkhianatan," imbuhnya seperti dikutip dari Middle East Monitor, Kamis (5/9/2019).
Meskipun al-Ansari tidak secara eksplisit menyebutkan UEA, namun pernyataannya tampaknya berkisar kebijakan Abu Dhabi di Yaman. UEA telah berupaya untuk memperluas kendali pasukan separatis di wilayah selatan negara itu untuk membaginya.
Pernyataan al-Ansai ini secara eksplisit ditujunkan kepada tokoh-tokoh UEA yang dekat dengan otoritas seperti Abdulkhaleq Abdulla, Penasihat Pangeran Mahkota Mohammed bin Zayed.
Pernyataan al-Ansari juga bertepatan dengan pengiriman pasukan Arab Saudi ke kota Shabwah, pada hari Senin lalu, yang telah menjadi sanksi bentrokan dalam beberapa hari terakhir antara pasukan pemerintah yang didukung Koalisi dan milisi separatis yang didukung UEA.
UEA-Saudi terlibat perselisihan mengenai Yaman dalam beberapa bulan terakhir, tak lama setelah penarikan sebagian Abu Dhabi dari Koalisi pimpinan Riyadh yang mendukung pemerintah Yaman yang sah.
Ketegangan antara kedua belah pihak meningkat setelah gerakan separatis selatan, yang mengendalikan wilayah Aden dan Abyan, dengan dukungan UEA menyerang posisi tentara Yaman. Sekitar 300 orang menjadi korban, termasuk yang tewas dan cedera, menurut pernyataan Menteri Pertahanan Yaman.
Pemboman terjadi beberapa jam setelah pemerintah Yaman mengumumkan pembersihan Aden dari milisi separatis pro-Emirat setelah mereka mengambil alih Aden, karena mereka telah diusir dari kota itu setelah intervensi Saudi.
"Permusuhan terbuka kami kepada kelompok ekstremis Ikhwanul Muslimin tidak berarti dengan cara apa pun kami menjadi tertipu oleh upaya untuk melampaui tujuan strategis yang telah disepakati sesuai dengan hukum internasional, dengan melewati proyek-proyek yang absurd dan memecah belah," tulis al-Ansari di Twitter .
"Pemikiran yang sempit adalah masalah menggambarkan apa yang dilakukan UEA di Yaman sebagai pengkhianatan," imbuhnya seperti dikutip dari Middle East Monitor, Kamis (5/9/2019).
Meskipun al-Ansari tidak secara eksplisit menyebutkan UEA, namun pernyataannya tampaknya berkisar kebijakan Abu Dhabi di Yaman. UEA telah berupaya untuk memperluas kendali pasukan separatis di wilayah selatan negara itu untuk membaginya.
Pernyataan al-Ansai ini secara eksplisit ditujunkan kepada tokoh-tokoh UEA yang dekat dengan otoritas seperti Abdulkhaleq Abdulla, Penasihat Pangeran Mahkota Mohammed bin Zayed.
Pernyataan al-Ansari juga bertepatan dengan pengiriman pasukan Arab Saudi ke kota Shabwah, pada hari Senin lalu, yang telah menjadi sanksi bentrokan dalam beberapa hari terakhir antara pasukan pemerintah yang didukung Koalisi dan milisi separatis yang didukung UEA.
UEA-Saudi terlibat perselisihan mengenai Yaman dalam beberapa bulan terakhir, tak lama setelah penarikan sebagian Abu Dhabi dari Koalisi pimpinan Riyadh yang mendukung pemerintah Yaman yang sah.
Ketegangan antara kedua belah pihak meningkat setelah gerakan separatis selatan, yang mengendalikan wilayah Aden dan Abyan, dengan dukungan UEA menyerang posisi tentara Yaman. Sekitar 300 orang menjadi korban, termasuk yang tewas dan cedera, menurut pernyataan Menteri Pertahanan Yaman.
Pemboman terjadi beberapa jam setelah pemerintah Yaman mengumumkan pembersihan Aden dari milisi separatis pro-Emirat setelah mereka mengambil alih Aden, karena mereka telah diusir dari kota itu setelah intervensi Saudi.
(ian)