Rouhani Umumkan 'Langkah Ketiga' Pengurangan Komitmen Perjanjian Nuklir

Kamis, 05 September 2019 - 08:17 WIB
Rouhani Umumkan Langkah Ketiga Pengurangan Komitmen Perjanjian Nuklir
Rouhani Umumkan 'Langkah Ketiga' Pengurangan Komitmen Perjanjian Nuklir
A A A
TEHERAN - Presiden Iran Hassan Rouhani mengumumkan bahwa negaranya akan mengambil "langkah ketiga" dalam mengurangi komitmen perjanjian nuklir 2015. Langkah ketiga yang dimaksud adalah mengembangkan sentrifugal untuk mempercepat pengayaan uranium.

"Mulai Jumat, kita akan menyaksikan penelitian dan pengembangan berbagai jenis sentrifugal dan sentrifugal baru dan juga apa pun yang diperlukan untuk memperkaya uranium dengan cara yang dipercepat," kata Rouhani.

"Semua batasan pada penelitian dan pengembangan kami akan diangkat pada hari Jumat," imbuhnya seperti dilansir dari Fox News, Kamis (5/9/2019).

Di bawah perjanjian nuklir 2015, Iran diizinkan untuk menjaga dalam jumlah terbatas sentrifugal generasi pertama di dua pabrik nuklirnya. Iran menyatakan negara itu memperkaya uranium hanya untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga nuklir. Namun pengembangan sentrifugal yang lebih maju akan memungkinkan negara itu untuk mengembangkan bom nuklir lebih cepat.

Awal pekan ini seorang juru bicara pemerintah Iran mengatakan bahwa Teheran akan mengambil langkah kuat terhadap kesepakatan nuklir 2015 jika Eropa tidak dapat menawarkan persyaratan baru pada akhir minggu ini.

Sementara pada Rabu lalu, Rouhani mengatakan Iran akan mundur dari setiap komitmen yang dibuat dalam perjanjian nuklir untuk melindungi hak dan kepentingannya.

Perjanjian nuklir yang ditandatangani oleh Iran, Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, China dan Rusia - dan Jerman - telah mencabut sanksi ekonomi terhadap Teheran pada tahun 2016 dengan imbalan menghentikan kegiatan nuklirnya. Iran mengisyaratkan negara itu ingin Eropa menawarkan cara untuk menjual minyak mentahnya di pasar global di tengah himpitan sanksi yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump.

Presiden Trump menarik AS dari kesepakatan lebih dari setahun yang lalu, menghentikan penjualan minyak dan mengancam akan memberikan sanksi bagi negara yang membeli minyak Iran.

"Jantung kesepakatan nuklir Iran adalah fiksi raksasa, bahwa rezim pembunuh hanya menginginkan program energi nuklir yang damai," kata Trump tahun lalu setelah memenuhi janji kampanyenya untuk menarik AS.

"Hari ini, kami memiliki bukti pasti bahwa janji Iran ini itu bohong," tegasnya kala itu.

Sebelumnya, Rouhani telah menyatakan minatnya untuk merundingkan jalan keluar dari krisis dengan AS. Trump mengatakan pekan lalu ada "peluang yang sangat bagus" ia akan bertemu empat mata dengan pemimpin Iran itu mengenai kebuntuan krisis nuklir mereka.

Namun pada Selasa, Rouhani mundur dan mengatakan dia akan menolak untuk bertemu dengan presiden sampai AS mencabut sanksi. "Jika seseorang hanya berniat menjadikannya sebagai foto seremonial dengan Rouhani, itu tidak mungkin," katanya. (Baca juga: Rouhani kepada AS: Tidak Ada Pembicaraan Sampai Sanksi Dicabut)

Ketegangan kedua negara meningkat awal tahun ini setelah AS mengirim armada tempur kapal induknya bersama skuadron pembom dan menambah pasukan serta menyebar rudal Patriot di Teluk. AS beralasan hal itu dilakukan untuk mencegah serangan Iran terhadap obyek-obyek miliknya dan sekutu.

Situsi semakin panas setelah terjadi penyerangan terhadap kapal tanker di Selat Hormuz. AS menuding Iran berada di balik serangan itu, yang dibantah dengan tegas Teheran.

Setelah itu, Iran menembak jatuh sebuah pesawat tak berawak AS. Trump memerintahkan serangan militer pada rezim Iran pada Juni lalu, namun kemudian membatalkannya di menit terakhir ketika dia mendengar jumlah korban yang akan jatuh.

Dalam sebuah wawancara dengan majalah Time, Trump mengatakan dia tidak akan berperang atas serangan kapal tanker itu. Ia menyebut hal itu "sangat kecil", tetapi ia "pasti akan" berperang melawan senjata nuklir.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6058 seconds (0.1#10.140)