Mattis: Bom Nuklirnya Tumbuh Cepat, Pakistan Negara Paling Berbahaya

Kamis, 05 September 2019 - 00:23 WIB
Mattis: Bom Nuklirnya...
Mattis: Bom Nuklirnya Tumbuh Cepat, Pakistan Negara Paling Berbahaya
A A A
WASHINGTON - Mantan menteri pertahanan Amerika Serikat (AS) James Norman Mattis menggambarkan Pakistan sebagai negara paling berbahaya di dunia pada saat ini. Alasannya karena radikalisasi masyarakatnya dan persenjataan nuklirnya tumbuh dengan cepat.

Mattis menjabat sebagai bos Pentagon di pemerintah Donald Trump dari Januari 2017 hingga Januari 2019. Sebelum jadi menteri pertahanan, dia telah menghabiskan beberapa dekade di militer Amerika.

Mattis yang dijuluki media dengan sebutan "Mad Dog" membuat pernyataan yang mengkhawatirkan tentang Pakistan dalam buku barunya "Call Sign Chaos".

Dalam bukunya, ia mengklaim bahwa pemerintah Pakistan memandang semua geopolitik melalui prisma permusuhannya terhadap India ke titik di mana Islamabad membantu memasang pemerintahan yang ramah di Kabul semata-mata untuk melawan pengaruh regional India.

Mattis terkenal di kalangan militer Amerika karena pernah menjabat sebagai komandan Korps Marinir AS di Afghanistan dan kemudian menjadi kepala Komando Sentral AS.

"Dari semua negara yang pernah saya tangani, saya menganggap Pakistan sebagai yang paling berbahaya, karena radikalisasi masyarakatnya dan ketersediaan senjata nuklir," tulis Mattis dalam bukunya, dikutip Russia Today, Rabu (4/9/2019) malam.

"Kita tidak dapat memiliki persenjataan nuklir yang tumbuh paling cepat di dunia, jatuh ke tangan teroris yang berkembang biak di tengah-tengah mereka. Hasilnya akan menjadi bencana," ujar Mattis yang diduga merujuk pada kelompok-kelompok militan seperti Tehrik-e-Taliban Pakistan, kelompok mirip ISIS yang berharap bisa menggulingkan pemerintah Pakistan dan mendirikan kekhalifahan sendiri.

Lebih lanjut, Mattis percaya bahwa warga negara Pakistan tidak memiliki pemimpin yang peduli dengan masa depan mereka, yang pada akhirnya menimbulkan ancaman bagi AS dan sekutunya di wilayah tersebut.

Mantan penasihat Trump itu menggambarkan hubungan antara AS dan Pakistan "sangat bengkok" dalam hal itu, di mana administrasi Trump dan para pendahulunya telah lama mengandalkan Pakistan untuk menengahi pembicaraan dengan Taliban di Afghanistan, tapi Washington menarik bantuan ratusan juta dolar untuk militer Pakistan.

"Kami dapat mengelola masalah kami dengan Pakistan, tetapi divisi kami terlalu dalam, dan kepercayaan terlalu dangkal, untuk menyelesaikannya," kata Mattis, dengan alasan bahwa inilah tepatnya mengapa mantan presiden Barack Obama tidak memperingatkan pihak berwenang Pakistan tentang serangan SEAL Team Six ke Abbottabad untuk membunuh pendiri al-Qaeda Osama bin Laden pada 2011.

Menurut perkiraan Mattis, apa yang dunia perlu fokuskan pada saat ini adalah upaya pengendalian senjata dan non-proliferasi.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1145 seconds (0.1#10.140)