Gletser Berkurang, Islandia Pasang Plakat Peringatan
A
A
A
COPENHAGEN - Islandia memasang plakat di betting es Okjokull untuk mengenang gletser pertama yang mencair akibat perubahan iklim. Negara itu memiliki ratusan gletser yang masih bertahan namun terancam mencair akibat pemanasan global. Para pakar menyatakan berkurangnya gletser itu sebagai salah satu tanda peringatan bahwa iklim di bumi menuju titik kritis yang berbahaya.
Upacara untuk memasang plakat pada Minggu (18/8) itu dihadiri para pakar dan warga lokal di gletser yang berada di bagian tengah-barat Islandia. Gletser itu sejak 2014 dinyatakan tak bisa lagi memenuhi kriteria untuk disebut sebagai gletser setelah meleleh sepanjang abad 20.
“Ok (Okjokull) adalah gletser Islandia pertama yang kehilangan statusnya sebagai gletser. Dalam 200 tahun mendatang semua gletser kita diperkirakan mengalami kondisi yang sama,” ungkap tulisan dalam plakat yang ditulis oleh penulis asal Islandia Andri Snaer Magnason dilansir kantor berita Reuters.
Tulisan itu juga menjelaskan, “Kita tahu apa yang sedang terjadi dan apa yang perlu dilakukan. Hanya Anda tahu apakah kita telah melakukannya.” Plakat itu sengaja ditulis untuk generasi mendatang yang datang untuk membacanya. Menurut citra satelit dari NASA Earth Observatory, gletser itu pada 1986 terlihat sebagai bagian berwarna putih padat.
Namun, dalam citra satelit 1 pada Agustus tahun ini, hanya sebagian kecil es warna putih di kawasan tersebut. Perdana Menteri (PM) Islandia Katrin Jakobsdottir, Menteri Lingkungan Gudmundur Ingi Gudbrandsson, dan mantan Presiden Irlandia Mary Robinson menghadiri upacara pemasangan plakat itu. Setelah pidato pembukaan oleh Jakobsdottir, semua peserta upacara itu berjalan naik ke gunung berapi di Reykjavik untuk memasang plakat dengan tulisan untuk generasi mendatang.
Plakat itu juga diberi tanggal upacara tersebut digelar dan konsentrasi karbon dioksida di udara global sebesar 415 bagian per juta (ppm). “Anda pikirkan dalam skala waktu berbeda saat Anda menulis di tembaga dibandingkan di kertas. Anda mulai berpikir bahwa seseorang akan datang ke sana dalam 300 tahun membacanya,” ungkap Magnason yang menulis plakat itu.
“Ini momen sangat simbolis. Perubahan iklim tidak dimulai atau berakhir, dan saya pikir filosofi di balik plakat ini adalah menjadikan ini tanda peringatan untuk mengingatkan diri kita sendiri bahwa kejadian historis sedang terjadi dan kita seharusnya tidak menganggapnya normal. Kita harus meletakkan kaki kita ke bawah dan mengatakan, oke, ini sudah pergi, ini penting,” tutur dia.
Warga Islandia menyebut negara mereka sebagai “Tanah Api dan Es” karena wilayah itu memiliki banyak gunung berapi dan gletser. Kondisi itu pun banyak digambarkan dalam berbagai karya sastra. Namun, gletser itu kini meleleh dan para peneliti menyatakan naiknya suhu global sebagai penyebabnya.
“Tak diragukan lagi bahwa iklim di Arktik berubah cepat dan drastis,” ungkap Minik Rosing, profesor di Universitas Copenhagen. Dia menambahkan, “Semua negara-negara Nordik di wilayah Arktik adalah tempat perubahan iklim telah bergerak dari prediksi teoritis masa depan menjadi realitas setiap hari.”
Hilangnya gletser Okjokull menjadi pukulan besar bagi warga setempat dan dunia. Gletser itu berusia sekitar 700 tahun dan dinyatakan mati pada 2014. Oddur Sigurdsson merupakan pakar gletser di Kantor Meteorologi Islandia yang mengumumkan kematian Okjokull pada 2014. Dia telah memotret gletser-gletser di negara itu selama 50 tahun terakhir dan menyatakan pada 2003 bahwa salju meleleh sebelum dapat berkumpul di Okjokull.
“Meski saya pikir ini sangat rendah hingga saya ingin datang ke sana dan memeriksa sendiri. Saya lakukan itu pada 2014. Gletser itu tidak bergerak. Gletser itu tidak cukup tebat untuk tetap hidup. Kami menyebutnya es mati,” kata Sigurdsson. Para pakar gletser menjelaskan, saat ada cukup es yang terbentuk, tekanan membuat seluruh bagian es itu bergerak.
“Itulah tempat batas antara gletser dan bukan gletser. Dibutuhkan 40 hingga 50 meter ketebalan untuk mencapai batas tekanan,” ujar dia. Saat Sigurdsson mengumumkan kematian gletser Okjokull pada 2014, tidak banyak pihak memberi perhatian. “Saya sedikit terkejut karena gletser ini terlihat dari wilayah berpenduduk padat dan bagian bagus dari jalan lingkar Islandia.
Ini juga dikenal oleh sebagian besar anak karena namanya yang aneh dan tempatnya di peta,” tutur dia. Dua profesor dari Universitas Rice di Texas, Cymene Howe dan Dominic Boyer, membuat dokumenter tentang hilangnya gletser itu dengan judul Not Ok pada 2018 dan muncul dengan ide plakat itu saat pembuatan film.
“Di sini ada cerita sangat penting tentang gletser ini yang menjelaskan pada kita sesuatu tentang perubahan yang kita lihat di semua gletser di mana pun di planet dan kisah itu belum banyak diketahui. Jadi alasan kami ingin membuat film itu adalah agar banyak pihak yang mengetahui fenomena itu. Plakat ini mengikuti jejak langkah tersebut,” kata Dr Howe.
Dr Boyer menjelaskan, “Orang merasa ini kehilangan nyata dan itu layak dikenang. Plakat ini mengakui hal-hal yang telah dilakukan manusia, pencapaian, kejadian besar. Hilangnya satu gletser juga satu pencapaian manusia, karena ini perubahan iklim antropogenik yang memicu gletser ini meleleh.”
Upacara untuk memasang plakat pada Minggu (18/8) itu dihadiri para pakar dan warga lokal di gletser yang berada di bagian tengah-barat Islandia. Gletser itu sejak 2014 dinyatakan tak bisa lagi memenuhi kriteria untuk disebut sebagai gletser setelah meleleh sepanjang abad 20.
“Ok (Okjokull) adalah gletser Islandia pertama yang kehilangan statusnya sebagai gletser. Dalam 200 tahun mendatang semua gletser kita diperkirakan mengalami kondisi yang sama,” ungkap tulisan dalam plakat yang ditulis oleh penulis asal Islandia Andri Snaer Magnason dilansir kantor berita Reuters.
Tulisan itu juga menjelaskan, “Kita tahu apa yang sedang terjadi dan apa yang perlu dilakukan. Hanya Anda tahu apakah kita telah melakukannya.” Plakat itu sengaja ditulis untuk generasi mendatang yang datang untuk membacanya. Menurut citra satelit dari NASA Earth Observatory, gletser itu pada 1986 terlihat sebagai bagian berwarna putih padat.
Namun, dalam citra satelit 1 pada Agustus tahun ini, hanya sebagian kecil es warna putih di kawasan tersebut. Perdana Menteri (PM) Islandia Katrin Jakobsdottir, Menteri Lingkungan Gudmundur Ingi Gudbrandsson, dan mantan Presiden Irlandia Mary Robinson menghadiri upacara pemasangan plakat itu. Setelah pidato pembukaan oleh Jakobsdottir, semua peserta upacara itu berjalan naik ke gunung berapi di Reykjavik untuk memasang plakat dengan tulisan untuk generasi mendatang.
Plakat itu juga diberi tanggal upacara tersebut digelar dan konsentrasi karbon dioksida di udara global sebesar 415 bagian per juta (ppm). “Anda pikirkan dalam skala waktu berbeda saat Anda menulis di tembaga dibandingkan di kertas. Anda mulai berpikir bahwa seseorang akan datang ke sana dalam 300 tahun membacanya,” ungkap Magnason yang menulis plakat itu.
“Ini momen sangat simbolis. Perubahan iklim tidak dimulai atau berakhir, dan saya pikir filosofi di balik plakat ini adalah menjadikan ini tanda peringatan untuk mengingatkan diri kita sendiri bahwa kejadian historis sedang terjadi dan kita seharusnya tidak menganggapnya normal. Kita harus meletakkan kaki kita ke bawah dan mengatakan, oke, ini sudah pergi, ini penting,” tutur dia.
Warga Islandia menyebut negara mereka sebagai “Tanah Api dan Es” karena wilayah itu memiliki banyak gunung berapi dan gletser. Kondisi itu pun banyak digambarkan dalam berbagai karya sastra. Namun, gletser itu kini meleleh dan para peneliti menyatakan naiknya suhu global sebagai penyebabnya.
“Tak diragukan lagi bahwa iklim di Arktik berubah cepat dan drastis,” ungkap Minik Rosing, profesor di Universitas Copenhagen. Dia menambahkan, “Semua negara-negara Nordik di wilayah Arktik adalah tempat perubahan iklim telah bergerak dari prediksi teoritis masa depan menjadi realitas setiap hari.”
Hilangnya gletser Okjokull menjadi pukulan besar bagi warga setempat dan dunia. Gletser itu berusia sekitar 700 tahun dan dinyatakan mati pada 2014. Oddur Sigurdsson merupakan pakar gletser di Kantor Meteorologi Islandia yang mengumumkan kematian Okjokull pada 2014. Dia telah memotret gletser-gletser di negara itu selama 50 tahun terakhir dan menyatakan pada 2003 bahwa salju meleleh sebelum dapat berkumpul di Okjokull.
“Meski saya pikir ini sangat rendah hingga saya ingin datang ke sana dan memeriksa sendiri. Saya lakukan itu pada 2014. Gletser itu tidak bergerak. Gletser itu tidak cukup tebat untuk tetap hidup. Kami menyebutnya es mati,” kata Sigurdsson. Para pakar gletser menjelaskan, saat ada cukup es yang terbentuk, tekanan membuat seluruh bagian es itu bergerak.
“Itulah tempat batas antara gletser dan bukan gletser. Dibutuhkan 40 hingga 50 meter ketebalan untuk mencapai batas tekanan,” ujar dia. Saat Sigurdsson mengumumkan kematian gletser Okjokull pada 2014, tidak banyak pihak memberi perhatian. “Saya sedikit terkejut karena gletser ini terlihat dari wilayah berpenduduk padat dan bagian bagus dari jalan lingkar Islandia.
Ini juga dikenal oleh sebagian besar anak karena namanya yang aneh dan tempatnya di peta,” tutur dia. Dua profesor dari Universitas Rice di Texas, Cymene Howe dan Dominic Boyer, membuat dokumenter tentang hilangnya gletser itu dengan judul Not Ok pada 2018 dan muncul dengan ide plakat itu saat pembuatan film.
“Di sini ada cerita sangat penting tentang gletser ini yang menjelaskan pada kita sesuatu tentang perubahan yang kita lihat di semua gletser di mana pun di planet dan kisah itu belum banyak diketahui. Jadi alasan kami ingin membuat film itu adalah agar banyak pihak yang mengetahui fenomena itu. Plakat ini mengikuti jejak langkah tersebut,” kata Dr Howe.
Dr Boyer menjelaskan, “Orang merasa ini kehilangan nyata dan itu layak dikenang. Plakat ini mengakui hal-hal yang telah dilakukan manusia, pencapaian, kejadian besar. Hilangnya satu gletser juga satu pencapaian manusia, karena ini perubahan iklim antropogenik yang memicu gletser ini meleleh.”
(don)