Otoritas India Kembali Batasi Pergerakan Warga Kashmir
A
A
A
SRINAGAR - Otoritas India kembali menerapkan pembatasan pergerakan warga di sebagian besar wilayah Kota Srinagar, Kashmir, kemarin. Langkah ini dilakukan setelah bentrok antara warga dan personel kepolisian yang mengakibatkan puluhan orang terluka.
India juga mencabut kembali izin penggunaan telepon seluler dan jaringan internet di wilayah Jammu. Dalam 24 jam terakhir telah terjadi sejumlah unjuk rasa menentang keputusan India mencabut otonomi Jammu dan Kashmir. Pemerintah India menyatakan pihaknya tidak menerapkan jam malam dalam dua pekan terakhir, tapi kemarin beberapa orang kembali melihat penghalang jalan di Srinagar.
Pasukan keamanan di beberapa bagian penghalang jalan menyatakan pada warga bahwa jam malam kembali diterapkan. Dua sumber senior Pemerintah India menyatakan ada sekitar dua puluh orang yang dibawa ke rumah sakit dengan luka akibat peluru karet setelah bentrok terjadi di Kota Tua pada Sabtu (17/8) malam.
Anggota parlemen Jammu dan Kashmir yang tinggal di Srinagar dan pemerintah federal di New Delhi belum dapat memberikan komentar terkait kondisi terbaru di Kashmir. Seorang sumber pejabat India menyatakan, sejumlah orang melempari petugas dengan batu di dua puluh lokasi di penjuru Srinagar.
Menurut dia, pelemparan batu kepada para petugas keamanan itu meningkat dalam beberapa hari terakhir. Bentrok terparah terjadi di Rainawari, Nowhetta, dan Gojwara, kawasan Kota Tua tempat pasukan India menembakkan gas air mata, granat cabai, dan peluru karet untuk membubarkan para pengunjuk rasa. Granat cabai berisi cabai yang sangat pedas dan mengakibatkan iritasi mata dan kulit yang sangat parah.
Granat itu juga memiliki bau yang menyengat saat hendak dibersihkan. Para sumber pejabat menolak disebut namanya karena mereka tidak berhak bicara pada media. Mereka menyatakan bentrok juga terjadi di wilayah lain termasuk Soura, basis unjuk rasa dalam dua pekan terakhir. Sumber pejabat pemerintah dan otoritas rumah sakit di Srinagar menjelaskan, sebanyak 17 orang datang dengan luka akibat peluru karet.
Mereka menyatakan 12 orang telah keluar dari rumah sakit dan lima orang dirawat inap karena luka lebih parah. Petugas rumah sakit dan personel kepolisian mengatakan pada Reuters bahwa pria berumur 65 tahun, Mohammad Ayub dari Braripora, datang ke rumah sakit setelah mengalami kesulitan bernafas saat terkena gas air mata dan granat cabai yang ditembakkan di kawasan Kota Tua pada Sabtu (17/8) siang.
Dia meninggal dunia pada Sabtu (17/8) malam dan telah dimakamkan. Javed Ahmad, 35, dari wilayah Rajbagh, Srinagar, dilarang pergi ke Kota Tua kemarin pagi oleh polisi paramiliter yang memblokade jalan di dekat pusat kota.
“Saya ingin mengunjungi orang tua saya di sana. Tentara menghalangi jalan dengan kawat berduri. Mereka meminta saya kembali karena ada jam malam di wilayah itu,” tuturnya. Jaringan telepon kabel kembali pulih di beberapa bagian kota pada Sabtu (17/8) setelah 12 hari putus dan tetap beroperasi kemarin.
Pemerintah menyatakan sebagian besar jaringan telepon kabel di kawasan itu akan mulai beroperasi pada Minggu (18/8) malam. Internet dan telepon seluler masih diblokir di Kashmir. Lebih dari 500 tokoh politik dan aktivis masih ditahan. Beberapa orang dibawa ke penjara di luar wilayah itu.
India juga mencabut kembali izin penggunaan telepon seluler dan jaringan internet di wilayah Jammu. Dalam 24 jam terakhir telah terjadi sejumlah unjuk rasa menentang keputusan India mencabut otonomi Jammu dan Kashmir. Pemerintah India menyatakan pihaknya tidak menerapkan jam malam dalam dua pekan terakhir, tapi kemarin beberapa orang kembali melihat penghalang jalan di Srinagar.
Pasukan keamanan di beberapa bagian penghalang jalan menyatakan pada warga bahwa jam malam kembali diterapkan. Dua sumber senior Pemerintah India menyatakan ada sekitar dua puluh orang yang dibawa ke rumah sakit dengan luka akibat peluru karet setelah bentrok terjadi di Kota Tua pada Sabtu (17/8) malam.
Anggota parlemen Jammu dan Kashmir yang tinggal di Srinagar dan pemerintah federal di New Delhi belum dapat memberikan komentar terkait kondisi terbaru di Kashmir. Seorang sumber pejabat India menyatakan, sejumlah orang melempari petugas dengan batu di dua puluh lokasi di penjuru Srinagar.
Menurut dia, pelemparan batu kepada para petugas keamanan itu meningkat dalam beberapa hari terakhir. Bentrok terparah terjadi di Rainawari, Nowhetta, dan Gojwara, kawasan Kota Tua tempat pasukan India menembakkan gas air mata, granat cabai, dan peluru karet untuk membubarkan para pengunjuk rasa. Granat cabai berisi cabai yang sangat pedas dan mengakibatkan iritasi mata dan kulit yang sangat parah.
Granat itu juga memiliki bau yang menyengat saat hendak dibersihkan. Para sumber pejabat menolak disebut namanya karena mereka tidak berhak bicara pada media. Mereka menyatakan bentrok juga terjadi di wilayah lain termasuk Soura, basis unjuk rasa dalam dua pekan terakhir. Sumber pejabat pemerintah dan otoritas rumah sakit di Srinagar menjelaskan, sebanyak 17 orang datang dengan luka akibat peluru karet.
Mereka menyatakan 12 orang telah keluar dari rumah sakit dan lima orang dirawat inap karena luka lebih parah. Petugas rumah sakit dan personel kepolisian mengatakan pada Reuters bahwa pria berumur 65 tahun, Mohammad Ayub dari Braripora, datang ke rumah sakit setelah mengalami kesulitan bernafas saat terkena gas air mata dan granat cabai yang ditembakkan di kawasan Kota Tua pada Sabtu (17/8) siang.
Dia meninggal dunia pada Sabtu (17/8) malam dan telah dimakamkan. Javed Ahmad, 35, dari wilayah Rajbagh, Srinagar, dilarang pergi ke Kota Tua kemarin pagi oleh polisi paramiliter yang memblokade jalan di dekat pusat kota.
“Saya ingin mengunjungi orang tua saya di sana. Tentara menghalangi jalan dengan kawat berduri. Mereka meminta saya kembali karena ada jam malam di wilayah itu,” tuturnya. Jaringan telepon kabel kembali pulih di beberapa bagian kota pada Sabtu (17/8) setelah 12 hari putus dan tetap beroperasi kemarin.
Pemerintah menyatakan sebagian besar jaringan telepon kabel di kawasan itu akan mulai beroperasi pada Minggu (18/8) malam. Internet dan telepon seluler masih diblokir di Kashmir. Lebih dari 500 tokoh politik dan aktivis masih ditahan. Beberapa orang dibawa ke penjara di luar wilayah itu.
(don)