Gajah Kelaparan yang Diarak di Festival Buddha Kini Hampir Mati
A
A
A
KOLOMBO - Tikiiri, gajah kelaparan dan sangat kurus yang dipaksa meramaikan sebuah festival Buddha di Sri Lanka kini kondisinya hampir mati. Gajah berumur 70 tahun ini terbaring di tanah dikelilingi oleh orang-orang yang tidak mau, atau tidak mampu, untuk menolongnya.
Satwa ini telah dipaksa berjalan bermil-mil dengan kaki dibelenggu selama Festival Perahera yang akan berlangsung selama sepuluh hari. Sebelum foto kondisinya yang sangat kurus dipublikasikan kelompok Save Elephant Foundation hari Senin lalu, orang-orang tak menyadarinya karena tubuh gajah itu ditutupi kostum festival oleh pemiliknya.
Presenter televisi dan radio Nicky Campbell, 58, telah bergabung dengan seruan publik yang menyerukan agar Tikiiri dirawat dengan baik. (Baca: Gajah Kelaparan Ini Diarak untuk Festival Buddha di Sri Lanka )
"Sangat memalukan bahwa kekejaman seperti itu dapat ditimbulkan pada satwa betina tua yang cantik, hidup, sensitif, atas nama agama," kata Campbell, 58, yang mengampanyekan hak-hak satwa.
"Setelah semua yang dia lalui, dia harus dikeluarkan dari kesengsaraannya, diberi kesempatan untuk menjalani sisa hari-harinya dengan benar," ujarnya.
“Sepanjang hidupnya dia akan memikirkan induk dan keluarganya dan mengapa dia berakhir di neraka ini. Dia membutuhkan bantuan kita, sekarang," lanjut Campbell.
Di tengah protes yang bermunculan, Menteri Pariwisata Sri Lanka John Amaratunga mengaku telah menginstruksikan dokter hewan untuk segera mengunjungi Tikiiri.
"Saya telah diberi tahu bahwa gajah itu telah roboh. Saya sungguh berharap gajah akan segera pulih," ujarnya.
"Mempertimbangkan apa yang telah terjadi, saya telah memerintahkan para pejabat untuk melakukan penyelidikan tentang masalah ini untuk memastikan bagaimana dan mengapa seekor gajah yang kesehatannya buruk digunakan dalam (Festival) Perahera dan agar mengambil tindakan yang diperlukan terhadap mereka yang bertanggung jawab," imbuh menteri tersebut, dikutip Mirror, Kamis (15/8/2019) malam.
Menteri Amaratunga juga menunjuk tim dokter hewan untuk memeriksa kesehatan semua gajah di penangkaran satwa di Sri Lanka.
Mirror yang mendatangi Komisi Tinggi Sri Lanka di London diberitahu bahwa Tikiiri sehat dan satwa itu diklaim hanya pingsan. Menurut komisi tersebut, Tikiiri berjuang untuk berdiri setelah tidur siang.
"Dia telah tidur malam sebelumnya dan dari tidur dia tidak bisa berdiri," kata komisi tersebut melalui seorang juru bicara.
"Secara umum, gajah tua tidak tidur berbaring karena kadang-kadang mereka tidak bisa berdiri setelah itu. Saya bukan ahli gajah tetapi saya percaya, seperti latihan, mereka tidur sambil berdiri," lanjut juru bicara tersebut.
"Pemerintah sangat berkomitmen untuk kesejahteraan satwa," imbuh dia.
Foto/Save Elephant Foundation/Facebook
Sementara itu, pemerintah Sri Lanka memutuskan akan menyelidiki kasus tersebut dan akan merilis pembaruan lebih lanjut. "Gajah berpartisipasi dalam kontes hanya sekali," kata pemerintah dalam sebuah pernyataan.
Ketika penjaga kuil Vishnu Devale melihat Tikiiri "tidak sehat", mereka telah mengambil tindakan segera untuk mengeluarkannya dari festival dengan berkonsultasi dengan pemiliknya.
"Gajah itu diberikan perawatan hewan dan kondisi dan kesejahteraannya terlihat," lanjut pernyataan pemerintah.
"Menurut tradisi budaya Sri Lanka, gajah dianggap sebagai hewan yang mulia, dan ada hubungan simbiotik yang sudah berlangsung lama antara gajah dan manusia di Sri Lanka, di mana gajah dan kesejahteraannya dihormati oleh masyarakat," imbuh pemerintah Sri Lanka.
Menurut petugas medis yang merawat Tikiiri, gajah itu hidup sekitar 40 km dari Kandy, tempat parade Festival Perahera diadakan, dan bekerja di safari umum sebelum dia dibawa ke festival.
Petugas medis juga mengonfirmasi bahwa kondisi Tikiiri itu kemungkinan turun karena usia tua. Satwa itu sekarang membutuhkan kunjungan mingguan dari dokter hewan untuk memberikan perawatan.
"Dengan bantuan Yayasan Milenium Gajah, saya menghubungi pemilik dan memberi tahu mereka bahwa saya siap membantu dalam memberikan bantuan medis dan memberi nasihat tentang manajemen Tikiiri dan ingin dia memikirkannya dan membuat permintaan," kata dokter hewan setempat Profesor Dangolla.
Satwa ini telah dipaksa berjalan bermil-mil dengan kaki dibelenggu selama Festival Perahera yang akan berlangsung selama sepuluh hari. Sebelum foto kondisinya yang sangat kurus dipublikasikan kelompok Save Elephant Foundation hari Senin lalu, orang-orang tak menyadarinya karena tubuh gajah itu ditutupi kostum festival oleh pemiliknya.
Presenter televisi dan radio Nicky Campbell, 58, telah bergabung dengan seruan publik yang menyerukan agar Tikiiri dirawat dengan baik. (Baca: Gajah Kelaparan Ini Diarak untuk Festival Buddha di Sri Lanka )
"Sangat memalukan bahwa kekejaman seperti itu dapat ditimbulkan pada satwa betina tua yang cantik, hidup, sensitif, atas nama agama," kata Campbell, 58, yang mengampanyekan hak-hak satwa.
"Setelah semua yang dia lalui, dia harus dikeluarkan dari kesengsaraannya, diberi kesempatan untuk menjalani sisa hari-harinya dengan benar," ujarnya.
“Sepanjang hidupnya dia akan memikirkan induk dan keluarganya dan mengapa dia berakhir di neraka ini. Dia membutuhkan bantuan kita, sekarang," lanjut Campbell.
Di tengah protes yang bermunculan, Menteri Pariwisata Sri Lanka John Amaratunga mengaku telah menginstruksikan dokter hewan untuk segera mengunjungi Tikiiri.
"Saya telah diberi tahu bahwa gajah itu telah roboh. Saya sungguh berharap gajah akan segera pulih," ujarnya.
"Mempertimbangkan apa yang telah terjadi, saya telah memerintahkan para pejabat untuk melakukan penyelidikan tentang masalah ini untuk memastikan bagaimana dan mengapa seekor gajah yang kesehatannya buruk digunakan dalam (Festival) Perahera dan agar mengambil tindakan yang diperlukan terhadap mereka yang bertanggung jawab," imbuh menteri tersebut, dikutip Mirror, Kamis (15/8/2019) malam.
Menteri Amaratunga juga menunjuk tim dokter hewan untuk memeriksa kesehatan semua gajah di penangkaran satwa di Sri Lanka.
Mirror yang mendatangi Komisi Tinggi Sri Lanka di London diberitahu bahwa Tikiiri sehat dan satwa itu diklaim hanya pingsan. Menurut komisi tersebut, Tikiiri berjuang untuk berdiri setelah tidur siang.
"Dia telah tidur malam sebelumnya dan dari tidur dia tidak bisa berdiri," kata komisi tersebut melalui seorang juru bicara.
"Secara umum, gajah tua tidak tidur berbaring karena kadang-kadang mereka tidak bisa berdiri setelah itu. Saya bukan ahli gajah tetapi saya percaya, seperti latihan, mereka tidur sambil berdiri," lanjut juru bicara tersebut.
"Pemerintah sangat berkomitmen untuk kesejahteraan satwa," imbuh dia.
Foto/Save Elephant Foundation/Facebook
Sementara itu, pemerintah Sri Lanka memutuskan akan menyelidiki kasus tersebut dan akan merilis pembaruan lebih lanjut. "Gajah berpartisipasi dalam kontes hanya sekali," kata pemerintah dalam sebuah pernyataan.
Ketika penjaga kuil Vishnu Devale melihat Tikiiri "tidak sehat", mereka telah mengambil tindakan segera untuk mengeluarkannya dari festival dengan berkonsultasi dengan pemiliknya.
"Gajah itu diberikan perawatan hewan dan kondisi dan kesejahteraannya terlihat," lanjut pernyataan pemerintah.
"Menurut tradisi budaya Sri Lanka, gajah dianggap sebagai hewan yang mulia, dan ada hubungan simbiotik yang sudah berlangsung lama antara gajah dan manusia di Sri Lanka, di mana gajah dan kesejahteraannya dihormati oleh masyarakat," imbuh pemerintah Sri Lanka.
Menurut petugas medis yang merawat Tikiiri, gajah itu hidup sekitar 40 km dari Kandy, tempat parade Festival Perahera diadakan, dan bekerja di safari umum sebelum dia dibawa ke festival.
Petugas medis juga mengonfirmasi bahwa kondisi Tikiiri itu kemungkinan turun karena usia tua. Satwa itu sekarang membutuhkan kunjungan mingguan dari dokter hewan untuk memberikan perawatan.
"Dengan bantuan Yayasan Milenium Gajah, saya menghubungi pemilik dan memberi tahu mereka bahwa saya siap membantu dalam memberikan bantuan medis dan memberi nasihat tentang manajemen Tikiiri dan ingin dia memikirkannya dan membuat permintaan," kata dokter hewan setempat Profesor Dangolla.
(mas)