Pasukan Rusia Meningkat Tiga Kali Lipat di Crimea, Bersiap Invasi Ukraina?
A
A
A
TALLIN - Rusia telah meningkatkan tiga kali lipat kehadiran militernya di Crimea sejak mencaplok semenanjung itu pada 2014 untuk kemungkinan operasi ofensif terhadap Ukraina. Begitu bunyi laporan intelijen yang dikeluarkan Badan Intelijen Asing Estonia.
Menurut laporan itu pasukan Rusia telah meningkat secara dramatis dengan sejumlah besar personil, kendaraan lapis baja, artileri, pesawat dan kapal dipindahkan ke republik yang sebelumnya otonom di selatan Ukraina itu.
"Tujuan memperkuat pasukan adalah menempatkan unit-unit dan peralatan Rusia untuk kemungkinan operasi ofensif jauh ke dalam Ukraina jika terjadi konfrontasi yang lebih luas, dan secara efektif mencegah kedatangan bantuan internasional ke negara itu," kata laporan itu seperti dilansir dari Washington Examiner, Kamis (8/8/2019).
Laporan itu mengatakan Rusia meningkatkan jumlah pasukannya di Crimea dari 12.500 menjadi 31.500 antara 2014 dan 2018. Jumlah itu mengutip statistik dari situs intelijen InformNapalm.
Sementara kendaraan lapis baja meningkat dari 92 menjadi 583, sementara sistem artileri naik dari 24 menjadi 162. Jumlah pesawat juga meningkat hampir enam kali lipat, dari 22 menjadi 122.
Selan itu Angkatan Laut Rusia juga secara signifikan meningkatkan kehadirannya di sana, dengan jumlah meningkat dari 27 menjadi 78. Rusia telah lama mempertahankan pelabuhan di Crimea, yang dianggap penting untuk kepentingan keamanannya di Laut Hitam.
Estonia, anggota NATO yang berlokasi di kawasan Baltik Eropa, berada di garis depan melawan agresi Rusia. Pejabat Estonia telah mengeluh selama bertahun-tahun tentang Rusia yang menargetkan negara mereka dengan serangan informasi yang salah dan propaganda.
Meskipun relatif kecil, Estonia sangat fokus pada agresi Rusia sejak menjadi korban serangan siber besar-besaran pada 2007. Serangan itu melumpuhkan bank, media dan lembaga pemerintah untuk sementara. Estonia menyalahkan Rusia atas serangan itu, meskipun keterlibatan langsung Kremlin belum terbukti.
Amerika Serikat telah memberi Ukraina dukungan militer senilai USD1,5 miliar sejak pencaplokan Crimea pada 2014, dan Pentagon berencana kembali memberikan dana senilai USD250 juta untuk membeli berbagai senjata dan perlatan. Sementara itu Rusia terus mendukung separatis di Ukraina timur.
Pengamat internasional menyaksikan seluruhpasukan Rusia memasuki Ukraina timur yang diduduki tahun lalu dan menemukan sistem perang elektronik Rusia di sana awal tahun ini.
Pertempuran antara pasukan Ukraina dan separatis yang didukung Rusia telah berlangsung selama bertahun-tahun walaupun gencatan senjata telah diumumkan pada 2015. Meskipun begitu pengawas internasional telah melaporkan penurunan kekerasan sejak 21 Juli.
Menurut laporan itu pasukan Rusia telah meningkat secara dramatis dengan sejumlah besar personil, kendaraan lapis baja, artileri, pesawat dan kapal dipindahkan ke republik yang sebelumnya otonom di selatan Ukraina itu.
"Tujuan memperkuat pasukan adalah menempatkan unit-unit dan peralatan Rusia untuk kemungkinan operasi ofensif jauh ke dalam Ukraina jika terjadi konfrontasi yang lebih luas, dan secara efektif mencegah kedatangan bantuan internasional ke negara itu," kata laporan itu seperti dilansir dari Washington Examiner, Kamis (8/8/2019).
Laporan itu mengatakan Rusia meningkatkan jumlah pasukannya di Crimea dari 12.500 menjadi 31.500 antara 2014 dan 2018. Jumlah itu mengutip statistik dari situs intelijen InformNapalm.
Sementara kendaraan lapis baja meningkat dari 92 menjadi 583, sementara sistem artileri naik dari 24 menjadi 162. Jumlah pesawat juga meningkat hampir enam kali lipat, dari 22 menjadi 122.
Selan itu Angkatan Laut Rusia juga secara signifikan meningkatkan kehadirannya di sana, dengan jumlah meningkat dari 27 menjadi 78. Rusia telah lama mempertahankan pelabuhan di Crimea, yang dianggap penting untuk kepentingan keamanannya di Laut Hitam.
Estonia, anggota NATO yang berlokasi di kawasan Baltik Eropa, berada di garis depan melawan agresi Rusia. Pejabat Estonia telah mengeluh selama bertahun-tahun tentang Rusia yang menargetkan negara mereka dengan serangan informasi yang salah dan propaganda.
Meskipun relatif kecil, Estonia sangat fokus pada agresi Rusia sejak menjadi korban serangan siber besar-besaran pada 2007. Serangan itu melumpuhkan bank, media dan lembaga pemerintah untuk sementara. Estonia menyalahkan Rusia atas serangan itu, meskipun keterlibatan langsung Kremlin belum terbukti.
Amerika Serikat telah memberi Ukraina dukungan militer senilai USD1,5 miliar sejak pencaplokan Crimea pada 2014, dan Pentagon berencana kembali memberikan dana senilai USD250 juta untuk membeli berbagai senjata dan perlatan. Sementara itu Rusia terus mendukung separatis di Ukraina timur.
Pengamat internasional menyaksikan seluruhpasukan Rusia memasuki Ukraina timur yang diduduki tahun lalu dan menemukan sistem perang elektronik Rusia di sana awal tahun ini.
Pertempuran antara pasukan Ukraina dan separatis yang didukung Rusia telah berlangsung selama bertahun-tahun walaupun gencatan senjata telah diumumkan pada 2015. Meskipun begitu pengawas internasional telah melaporkan penurunan kekerasan sejak 21 Juli.
(ian)