Menebak Rudal Baru Kim Jong-un, Momok bagi F-35 Korsel
A
A
A
SEOUL - Rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Korea Utara ( Korut ) dini hari tadi (2/8/2019) menembakkan dua rudal jarak pendek. Pyongyang pernah mengancam akan mengembangkan senjata baru untuk menargetkan pesawat jet tempur siluman F-35 Korea Selatan (Korsel).
Penembakan dua misil Pyongyang hari ini merupakan uji tembak yang ketiga dalam sepekan ini. Dari tiga kali uji tembak tersebut, salah satu misil yang ditembakkan adalah KN-23. Misil yang dilesatkan pada 31 Juli ini mirip rudal SS-26/Iskander Rusia.
Sebelum menembakkan KN-23, Korut telah mengecam pengerahan jet tempur F-35A Seoul dan memperingatkan bahwa militernya akan merespons dengan mengembangkan dan menguji senjata baru yang khusus untuk menghancurkan pesawat buatan Amerika.
"Pembelian jet-jet AS di Seoul dimaksudkan untuk menyenangkan Amerika Serikat, tuannya," kata seorang direktur penelitian yang tidak dikenal yang berafiliasi dengan Kementerian Luar Negeri Korea Utara kepada KCNA.
"Korea Utara tidak punya pilihan lain selain mengembangkan dan menguji persenjataan khusus untuk benar-benar menghancurkan senjata mematikan yang diperkuat di Korea Selatan."
Para analis senjata percaya bahwa rudal dan roket baru dikembangkan Korea Utara untuk menargetkan pangkalan F-35A Korea Selatan. Korea Utara pernah menyebut jet tempur generasi kelima buatan Lockheed Martin Amerika Serikat (AS) itu "sangat berbahaya."
"Foto-foto buram yang diungkapkan oleh (Korea) Utara menunjukkan sistem roket multi-peluncuran adalah kaliber yang lebih besar daripada 300mm MLRS yang ada, dan itu menyerupai 400mm buatan China, WS-2 MLRS yang dipandu," kata Kim Dong-yub, analis pada Institut Studi Timur Jauh di Universitas Kyungnam, Seoul, yang menebak sistem roket itu sebagai senjata baru rezim Kim Jong-un.
"Jika roket baru memiliki fitur pedoman homing pasif seperti WS-2, jangkauan, akurasi dan kekuatan roket akan ditingkatkan ke tingkat yang lebih besar," ujarnya. "Selanjutnya, roket yang dipandu bisa menghindari radar di pangkalan udara utama, termasuk pangkalan F-35 di bagian tengah (Korea) Selatan," paparnya, seperti dikutip Defense News.
Korsel membeli 40 unit jet tempur F-35A Lockheed Martin di bawah kesepakatan 2014. Empat unit telah dikirim ke Angkatan Udara Seoul, dan sisanya akan tiba pada tahun 2021. Kementerian Pertahanan Nasional setempat berencana untuk membeli 20 unit lagi.
Jet-jet tempur siluman yang mampu menghindari radar ditempatkan di pangkalan Angkatan Udara Korsel di Cheongju, sekitar 130 kilometer selatan Seoul.
Shin Jong-woo, seorang analis senior di Forum Pertahanan dan Keamanan Korea, mengatakan; "Jika rudal balistik atau roket terpandu terbang di ketinggian rendah, laju intersepsi akan berkurang, sehingga militer Korea Selatan diharuskan untuk meningkatkan (kemampuan) perisai pertahanan rudal udara."
Korsel saat ini memiliki sejumlah perisai rudal termasuk interseptor Patriot Advanced Capability-2 (PAC-2) dan PAC-3, rudal SM-2 berbasis kapal, dan rudal surface-to-air jarak menengah yang dikembangkan secara lokal.
Korea Selatan sedang bersiap-siap untuk menghabiskan USD8,8 miliar selama lima sampai enam tahun ke depan untuk membeli peralatan militer kelas atas, yang kebanyakan dari Amerika.
"Militer Korea Selatan memiliki baterai PAC-2 untuk melindungi pangkalan-pangkalan utama, tetapi itu tidak setara dengan jenis baru rudal balistik Korea Utara dalam kasus darurat," kata Kim Yeon-hwan, seorang profesor pertahanan di Universitas Kookmin di Seoul. "Untuk menggagalkan jenis ancaman baru, militer perlu memperkuat sistem pertahanan udara," ujarnya.
Penembakan dua misil Pyongyang hari ini merupakan uji tembak yang ketiga dalam sepekan ini. Dari tiga kali uji tembak tersebut, salah satu misil yang ditembakkan adalah KN-23. Misil yang dilesatkan pada 31 Juli ini mirip rudal SS-26/Iskander Rusia.
Sebelum menembakkan KN-23, Korut telah mengecam pengerahan jet tempur F-35A Seoul dan memperingatkan bahwa militernya akan merespons dengan mengembangkan dan menguji senjata baru yang khusus untuk menghancurkan pesawat buatan Amerika.
"Pembelian jet-jet AS di Seoul dimaksudkan untuk menyenangkan Amerika Serikat, tuannya," kata seorang direktur penelitian yang tidak dikenal yang berafiliasi dengan Kementerian Luar Negeri Korea Utara kepada KCNA.
"Korea Utara tidak punya pilihan lain selain mengembangkan dan menguji persenjataan khusus untuk benar-benar menghancurkan senjata mematikan yang diperkuat di Korea Selatan."
Para analis senjata percaya bahwa rudal dan roket baru dikembangkan Korea Utara untuk menargetkan pangkalan F-35A Korea Selatan. Korea Utara pernah menyebut jet tempur generasi kelima buatan Lockheed Martin Amerika Serikat (AS) itu "sangat berbahaya."
"Foto-foto buram yang diungkapkan oleh (Korea) Utara menunjukkan sistem roket multi-peluncuran adalah kaliber yang lebih besar daripada 300mm MLRS yang ada, dan itu menyerupai 400mm buatan China, WS-2 MLRS yang dipandu," kata Kim Dong-yub, analis pada Institut Studi Timur Jauh di Universitas Kyungnam, Seoul, yang menebak sistem roket itu sebagai senjata baru rezim Kim Jong-un.
"Jika roket baru memiliki fitur pedoman homing pasif seperti WS-2, jangkauan, akurasi dan kekuatan roket akan ditingkatkan ke tingkat yang lebih besar," ujarnya. "Selanjutnya, roket yang dipandu bisa menghindari radar di pangkalan udara utama, termasuk pangkalan F-35 di bagian tengah (Korea) Selatan," paparnya, seperti dikutip Defense News.
Korsel membeli 40 unit jet tempur F-35A Lockheed Martin di bawah kesepakatan 2014. Empat unit telah dikirim ke Angkatan Udara Seoul, dan sisanya akan tiba pada tahun 2021. Kementerian Pertahanan Nasional setempat berencana untuk membeli 20 unit lagi.
Jet-jet tempur siluman yang mampu menghindari radar ditempatkan di pangkalan Angkatan Udara Korsel di Cheongju, sekitar 130 kilometer selatan Seoul.
Shin Jong-woo, seorang analis senior di Forum Pertahanan dan Keamanan Korea, mengatakan; "Jika rudal balistik atau roket terpandu terbang di ketinggian rendah, laju intersepsi akan berkurang, sehingga militer Korea Selatan diharuskan untuk meningkatkan (kemampuan) perisai pertahanan rudal udara."
Korsel saat ini memiliki sejumlah perisai rudal termasuk interseptor Patriot Advanced Capability-2 (PAC-2) dan PAC-3, rudal SM-2 berbasis kapal, dan rudal surface-to-air jarak menengah yang dikembangkan secara lokal.
Korea Selatan sedang bersiap-siap untuk menghabiskan USD8,8 miliar selama lima sampai enam tahun ke depan untuk membeli peralatan militer kelas atas, yang kebanyakan dari Amerika.
"Militer Korea Selatan memiliki baterai PAC-2 untuk melindungi pangkalan-pangkalan utama, tetapi itu tidak setara dengan jenis baru rudal balistik Korea Utara dalam kasus darurat," kata Kim Yeon-hwan, seorang profesor pertahanan di Universitas Kookmin di Seoul. "Untuk menggagalkan jenis ancaman baru, militer perlu memperkuat sistem pertahanan udara," ujarnya.
(mas)