Militan ISIS Minta Tolong Netanyahu Memulangkannya ke Israel

Jum'at, 02 Agustus 2019 - 07:37 WIB
Militan ISIS Minta Tolong...
Militan ISIS Minta Tolong Netanyahu Memulangkannya ke Israel
A A A
DAMASKUS - Seorang militan ISIS yang ditangkap di Suriah meminta tolong Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu untuk membawanya pulang ke Israel . Militan tersebut merupakan warga Israel etnik Arab.

Siaf Sharif Daoud, 29, berasal dari Kafr Bara, sebuah desa kecil di Israel tengah. Pada 2015, dia memutuskan untuk menyeberangi perbatasan ke Suriah dan berperang untuk kelompok Islamic State atau ISIS.

Namun dalam sebuah wawancara dengan BBC Arabic yang dirilis hari Rabu, Daoud mengatakan dia telah memutuskan untuk meninggalkan organisasi teror tersebut dan kembali ke Israel tetapi gagal melakukannya.

Menurut Daoud, kewarganegaraan Israel-nya menimbulkan kecurigaan di antara anggota organisasi ekstremis di Suriah. Pada satu titik, kata dia, ketika ISIS mengeksekusi seorang anggota yang diduga bekerja untuk agen spionase Mossad, ketakutannya semakin bertambah.

Setelah kejadian itu, ia memutuskan untuk mencoba melarikan diri ke Israel, tetapi ditangkap oleh kelompok tersebut. (Baca: Ditangkap di Suriah, Militan ISIS Puji Israel dan Hujat Assad )

Daoud mengatakan kepada BBC Arabic bahwa untuk menyelamatkan dirinya, dia menikahi seorang wanita dan memiliki dua anak. Namun, hubungan dengan istri dan anak-anaknya terputus pada tahun 2018 dan dia tidak tahu apa yang terjadi pada mereka sejak itu.

Dia saat ini ditahan oleh Pasukan Demokrat Suriah (SDF)—sebuah pasukan kelompok Kurdi—di Al-Hasakah, Suriah timur laut.

Setelah wawancara dengan BBC Arabic, stasiun televisi Uni Emirat Arab; Alhadath, juga merilis wawancara dengan Daoud, di mana ia berbicara untuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam bahasa Ibrani. Dia meminta untuk dipulangkan ke Israel.

"Semua orang tahu apa yang dia (Netanyahu) telah lakukan untuk satu tentara," kata Daoud, merujuk pada kembalinya tentara yang diculik, Gilad Shalit, pada 2011.

"Anda adalah perdana menteri negara demokratis," katanya. "Banyak negara mengambil kembali warganya dari sini."

Daoud juga berbicara untuk keluarganya dalam bahasa Ibrani, di mana ia mengungkapkan penyesalannya dan meminta untuk pulang.

"Ibu dan Ayah, saya minta maaf telah memasuki dunia ini," katanya. "Saya tidak pernah berpikir ini akan sangat sulit. Seolah-olah saya dalam mimpi. Saya telah melakukan kesalahan dan saya sangat menyesal telah menciptakan masalah besar untuk Anda," ujarnya.

"Ibu, saya tahu bahwa Anda memikirkan saya sepanjang hari dan bahwa Anda marah. Sangat sulit bagi saya. Saya selalu memikirkan Anda. Saya menyesal meninggalkan Israel tanpa memberitahu Anda."

Dalam wawancara yang sama, Daoud menjelaskan mengapa ia memutuskan untuk bergabung dengan ISIS dan apa yang membuatnya melarikan diri.

"Saya menjadi lebih religius pada waktu itu dan publikasi tentang kekhalifahan memikat saya," katanya, dalam siaran televisi tersebut yang dikutip Jumat (2/8/2019).

Dia menambahkan, gara-gara publikasi tersebut dia terpengarauh klaim bahwa ISIS adalah negara adil.

Ditanya bagian apa yang dimainkan Mossad di pintu masuknya ke Suriah, Daoud mengatakan bahwa organisasi intelijen Israel tidak mengambil bagian di dalamnya.

Menurutnya, kewarganegaraan Israel-nya selalu menjadi fokus minat dan perhatian kelompok ISIS.

"Di ISIS, setiap kali ada orang yang ingin mengusir seseorang, dia akan mengatakan bahwa orang itu adalah orang Israel—dan hanya itu," katanya.

Ketika ditanya tentang tindakan ISIS, termasuk eksekusi biadab, kekerasan dan pembunuhan warga dan orang tak bersalah, Daoud mengatakan; "Saya tidak melihat pembunuhan warga dan orang tak bersalah, saya selalu diberitahu bahwa mereka berasal dari organisasi yang berbeda."
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1791 seconds (0.1#10.140)