Mantan Kepala Mossad: Israel Hadapi Bahaya yang Belum Pernah Terjadi Sebelumnya
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Mantan Kepala Mossad Tamir Pardo memperingatkan bahwa Israel sedang menghadapi bahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Israel mencapai situasi yang sangat berbahaya mengenai perpecahan internal yang terjadi karena rencana sayap kanan untuk melemahkan sistem peradilan dan mengubah negara menjadi kediktatoran," kata Pardo kepada Channel 12, yang dilansir Sabtu (11/3/2023).
Mossad adalah dinas intelijen Israel untuk operasi di luar negeri. Kepala Mossad saat ini adalah David Barnea.
"Saya berusia 70 tahun. Saya tidak pernah membayangkan bahwa kita akan mencapai titik ini. Ini adalah bahaya yang paling nyata sejak kemerdekaan," ujarnya.
Mantan bos intelijen tersebut mengatakan; "Israel tidak perlu bom nuklir untuk dihancurkan...negara kami telah memutuskan untuk mengalami metode penghancuran diri."
Pardo bahkan menggambarkan metode penghancuran diri itu jauh lebih berbahaya dari ancaman eksternal.
"Setiap orang mengikuti dengan cermat apa yang terjadi dengan Washington, Iran, Hizbullah dan Hamas, sementara ancaman ini tidak ada. Apa yang terjadi mengirimkan pesan kelemahan kepada dunia," paparnya.
Pardo lantas mengecam upaya perombakan yudisial yang diprakarsai pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
"Membatalkan undang-undang dan mengubah otoritas yudisial menjadi permainan di tangan partai yang berkuasa berarti merobek dokumen kemerdekaan," ujarnya.
"Israel mencapai situasi yang sangat berbahaya mengenai perpecahan internal yang terjadi karena rencana sayap kanan untuk melemahkan sistem peradilan dan mengubah negara menjadi kediktatoran," kata Pardo kepada Channel 12, yang dilansir Sabtu (11/3/2023).
Mossad adalah dinas intelijen Israel untuk operasi di luar negeri. Kepala Mossad saat ini adalah David Barnea.
"Saya berusia 70 tahun. Saya tidak pernah membayangkan bahwa kita akan mencapai titik ini. Ini adalah bahaya yang paling nyata sejak kemerdekaan," ujarnya.
Mantan bos intelijen tersebut mengatakan; "Israel tidak perlu bom nuklir untuk dihancurkan...negara kami telah memutuskan untuk mengalami metode penghancuran diri."
Pardo bahkan menggambarkan metode penghancuran diri itu jauh lebih berbahaya dari ancaman eksternal.
"Setiap orang mengikuti dengan cermat apa yang terjadi dengan Washington, Iran, Hizbullah dan Hamas, sementara ancaman ini tidak ada. Apa yang terjadi mengirimkan pesan kelemahan kepada dunia," paparnya.
Pardo lantas mengecam upaya perombakan yudisial yang diprakarsai pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
"Membatalkan undang-undang dan mengubah otoritas yudisial menjadi permainan di tangan partai yang berkuasa berarti merobek dokumen kemerdekaan," ujarnya.
(min)