AS Jual Suku Cadang F-16 ke Pakistan dan C-17 ke India
A
A
A
WASHINGTON - Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyetujui penjualan peralatan militer kepada Pakistan dan India, dua negara bersenjata nuklir yang selama ini berseteru. Washington menjual suku cadang untuk armada F-16 Islamabad dan suku cadang untuk armada transportasi militer C-17 New Delhi.
Persetujuan pemerintah Amerika itu telah disampaikan kepada Kongres setempat hari Jumat. Badan Kerja Sama Pertahanan (DCSA) Pentagon mengatakan penjualan ke Pakistan akan membutuhkan pengerahan sekitar 60 perwakilan kontraktor, yang akan menyediakan pemantauan 24/7 bagi pengguna akhir jet tempur buatan negara itu.
Kantor Urusan Politik dan Militer Departemen Luar Negeri AS melalui Twitter juga mengonfirmasi penjualan peralatan militernya kepada Islamabad. "@StateDept (Departemen Luar Negeri) memberikan otorisasi usulan Penjualan Militer Asing (FMS) kepada Pakistan untuk Tim Keamanan Teknis (TST), Dukungan Lanjutan Program F-16 senilai USD125 juta," tulis kantor tersebut via akun Twitter-nya, @StateDeptPM, Sabtu (27/7/2019).
Armada F-16 Pakistan menjadi sorotan pada Februari 2019 saat terjadi krisis keamanan, di mana pesawat-pesawat tempur India dan Pakistan terlibat dalam pertempuran udara secara langsung untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.
Saat itu, New Delhi menuduh Pakistan telah menggunakan jet tempur buatan AS tersebut selama serangan balasan di wilayah Kashmir. Jika tuduhan itu benar, maka akan menjadi pelanggaran ketentuan ekspor senjata AS. Pakistan membantah mengerahkan F-16 untuk misi tersebut dengan menegaskan tidak kehilangan satu pesawat pun dalam pertempuran udara.
Pada hari Jumat, Washington juga mengumumkan persetujuannya untuk menjual suku cadang untuk armada pesawat angkut militer Boeing C-17 New Delhi. Menurut Kantor Urusan Politik dan Militer Departemen Luar Negeri, kontrak untuk New Delhi akan membutuhkan 23 perwakilan kontraktor.
"@StateDept memberikan otorisasi usulan Penjualan Militer Asing (FMS) kepada India untuk dukungan tindak lanjut Keberlanjutan C-17 senilai USD670 juta," imbuh tweet @StateDeptPM.
DSCA menjelaskan bahwa penjualan itu tidak akan mengubah keseimbangan militer dasar di wilayah tersebut. Persetujuan penjualan itu muncul beberapa hari setelah kunjungan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan ke Amerika, dan sebulan setelah Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo berkunjung ke New Delhi.
Meski Washington setuju menjual peralatan militernya kepada Islamabad, para pejabat Amerika menyatakan bahwa pembekuan bantuan keamanan kepada Pakistan atas arahan Presiden Donald Trump sejak Januari 2018 masih berlaku.
"Tidak ada perubahan pada penskorsan bantuan keamanan yang diumumkan oleh presiden pada Januari 2018. Ketika presiden menegaskan kembali minggu ini, kita dapat mempertimbangkan pemulihan program bantuan keamanan tertentu sesuai dengan jangka waktu yang lebih luas dari hubungan kita," kata seorang juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika kepada PTI.
Persetujuan pemerintah Amerika itu telah disampaikan kepada Kongres setempat hari Jumat. Badan Kerja Sama Pertahanan (DCSA) Pentagon mengatakan penjualan ke Pakistan akan membutuhkan pengerahan sekitar 60 perwakilan kontraktor, yang akan menyediakan pemantauan 24/7 bagi pengguna akhir jet tempur buatan negara itu.
Kantor Urusan Politik dan Militer Departemen Luar Negeri AS melalui Twitter juga mengonfirmasi penjualan peralatan militernya kepada Islamabad. "@StateDept (Departemen Luar Negeri) memberikan otorisasi usulan Penjualan Militer Asing (FMS) kepada Pakistan untuk Tim Keamanan Teknis (TST), Dukungan Lanjutan Program F-16 senilai USD125 juta," tulis kantor tersebut via akun Twitter-nya, @StateDeptPM, Sabtu (27/7/2019).
Armada F-16 Pakistan menjadi sorotan pada Februari 2019 saat terjadi krisis keamanan, di mana pesawat-pesawat tempur India dan Pakistan terlibat dalam pertempuran udara secara langsung untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.
Saat itu, New Delhi menuduh Pakistan telah menggunakan jet tempur buatan AS tersebut selama serangan balasan di wilayah Kashmir. Jika tuduhan itu benar, maka akan menjadi pelanggaran ketentuan ekspor senjata AS. Pakistan membantah mengerahkan F-16 untuk misi tersebut dengan menegaskan tidak kehilangan satu pesawat pun dalam pertempuran udara.
Pada hari Jumat, Washington juga mengumumkan persetujuannya untuk menjual suku cadang untuk armada pesawat angkut militer Boeing C-17 New Delhi. Menurut Kantor Urusan Politik dan Militer Departemen Luar Negeri, kontrak untuk New Delhi akan membutuhkan 23 perwakilan kontraktor.
"@StateDept memberikan otorisasi usulan Penjualan Militer Asing (FMS) kepada India untuk dukungan tindak lanjut Keberlanjutan C-17 senilai USD670 juta," imbuh tweet @StateDeptPM.
DSCA menjelaskan bahwa penjualan itu tidak akan mengubah keseimbangan militer dasar di wilayah tersebut. Persetujuan penjualan itu muncul beberapa hari setelah kunjungan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan ke Amerika, dan sebulan setelah Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo berkunjung ke New Delhi.
Meski Washington setuju menjual peralatan militernya kepada Islamabad, para pejabat Amerika menyatakan bahwa pembekuan bantuan keamanan kepada Pakistan atas arahan Presiden Donald Trump sejak Januari 2018 masih berlaku.
"Tidak ada perubahan pada penskorsan bantuan keamanan yang diumumkan oleh presiden pada Januari 2018. Ketika presiden menegaskan kembali minggu ini, kita dapat mempertimbangkan pemulihan program bantuan keamanan tertentu sesuai dengan jangka waktu yang lebih luas dari hubungan kita," kata seorang juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika kepada PTI.
(mas)