Masjid 1.300 Tahun Ditemukan di Israel, Seabad setelah Islam Lahir
A
A
A
RAHAT - Sebuah bangunan masjid berumur 1.300 tahun ditemukan di sebuah situs di Rahat, gurun Negev, Israel. Dari segi umurnya, masjid itu berarti dibangun hanya satu abad lebih sembilan tahun setelah agama Islam lahir.
Rahat dikenal sebagai kota Badui. Bangunan masjid kuno yang terkubur itu telah digali.
Gedung sederhana, yakni berukuran enam meter persegi. Masjid itu kemungkinan dibangun untuk melayani hanya satu atau dua keluarga di desa setempat.
Temuan bangunan ibadah itu menjadi bukti bahwa penyebaran agama Islam sangat cepat di wilayah yang kini bagian dari Israel. Arkeolog memprediksi masjid di Rahat itu dibangun sekitar tahun 719 Masehi. Sedangkan agama Islam lahir sekitar tahun 610 Masehi.
Gideon Avni dari Otoritas Purbakala Israel mengatakan masjid itu dibangun ketika masjid-masjid besar di Madinah, Damaskus dan Yerusalem berdiri. Itu membuktikan bahwa penyebaran agama yang dibawa Nabi Muhammad sangat cepat dari pusat-pusat kota hingga pedesaan.
Sulit untuk menempatkan tanggal yang tepat awal munculnya Islam. Namun, pada umumnya agama tersebut dianggap lahir di Mekkah dan Madinah pada awal abad 7 atau sekitar 600 tahun setelah agama Kristen muncul.
Menurut para arkeolog, reruntuhan masjid di Rahat—yang ditemukan pada awal pembangunan sebuah lingkungan baru—berasal dari akhir abad 7 atau awal abad 8.
Avni mengatakan, masjid itu diberi tanggal menggunakan metode arkeologi tradisional, seperti tembikar, koin dan lampu minyak. "Kita tahu kisarannya dalam 30 hingga 40 tahun," ujarnya, seperti dikutip Haaretz, Jumat (19/7/2019).
Tidak banyak dari sisa-sisa bangunan kuno itu, tetapi fondasi dinding menampilkan cekungan untuk ibadah yang khas dengan menghadap ke tenggara, yang berarti menghadap Makkah.
"Bagaimana mereka tahu bahwa mereka menghadap Makkah sekitar 1.300 tahun yang lalu?. Pengetahuan astronomi," kata Avni.
"Telah ditunjukkan bahwa orang-orang kuno Mesopotamia dan Levant memiliki pengetahuan astronomi yang sangat maju. Kembali ke lebih dari 4.000 tahun; Pengetahuan Babilon tentang langit mendahului orang-orang Yunani kuno selama berabad-abad. Yang menimbulkan pertanyaan seberapa akurat pembacaannya," papar Avni.
"Ini tidak seakurat kompas dan GPS, tetapi penyimpangannya kecil, paling banyak sekitar 5 persen. Mereka tahu arah mana yang harus menghadap," imbuh Avni.
Rahat dikenal sebagai kota Badui. Bangunan masjid kuno yang terkubur itu telah digali.
Gedung sederhana, yakni berukuran enam meter persegi. Masjid itu kemungkinan dibangun untuk melayani hanya satu atau dua keluarga di desa setempat.
Temuan bangunan ibadah itu menjadi bukti bahwa penyebaran agama Islam sangat cepat di wilayah yang kini bagian dari Israel. Arkeolog memprediksi masjid di Rahat itu dibangun sekitar tahun 719 Masehi. Sedangkan agama Islam lahir sekitar tahun 610 Masehi.
Gideon Avni dari Otoritas Purbakala Israel mengatakan masjid itu dibangun ketika masjid-masjid besar di Madinah, Damaskus dan Yerusalem berdiri. Itu membuktikan bahwa penyebaran agama yang dibawa Nabi Muhammad sangat cepat dari pusat-pusat kota hingga pedesaan.
Sulit untuk menempatkan tanggal yang tepat awal munculnya Islam. Namun, pada umumnya agama tersebut dianggap lahir di Mekkah dan Madinah pada awal abad 7 atau sekitar 600 tahun setelah agama Kristen muncul.
Menurut para arkeolog, reruntuhan masjid di Rahat—yang ditemukan pada awal pembangunan sebuah lingkungan baru—berasal dari akhir abad 7 atau awal abad 8.
Avni mengatakan, masjid itu diberi tanggal menggunakan metode arkeologi tradisional, seperti tembikar, koin dan lampu minyak. "Kita tahu kisarannya dalam 30 hingga 40 tahun," ujarnya, seperti dikutip Haaretz, Jumat (19/7/2019).
Tidak banyak dari sisa-sisa bangunan kuno itu, tetapi fondasi dinding menampilkan cekungan untuk ibadah yang khas dengan menghadap ke tenggara, yang berarti menghadap Makkah.
"Bagaimana mereka tahu bahwa mereka menghadap Makkah sekitar 1.300 tahun yang lalu?. Pengetahuan astronomi," kata Avni.
"Telah ditunjukkan bahwa orang-orang kuno Mesopotamia dan Levant memiliki pengetahuan astronomi yang sangat maju. Kembali ke lebih dari 4.000 tahun; Pengetahuan Babilon tentang langit mendahului orang-orang Yunani kuno selama berabad-abad. Yang menimbulkan pertanyaan seberapa akurat pembacaannya," papar Avni.
"Ini tidak seakurat kompas dan GPS, tetapi penyimpangannya kecil, paling banyak sekitar 5 persen. Mereka tahu arah mana yang harus menghadap," imbuh Avni.
(mas)