Ini Alasan Arab Saudi Bela China soal Kamp Tahanan Muslim
A
A
A
NEW YORK - Arab Saudi mengonfirmasi bahwa pihaknya memang menjadi bagian dari 37 negara yang meneken surat untuk mendukung kebijakan China di wilayah barat Xinjiang. Menurut PBB, Kebijakan itu berupa penempatan sekitar 1 juta warga Muslim Uighur dan etnik Muslim lainnya di kamp-kamp penahanan.
China atau dikenal sebagai Tiongkok telah dikecam sejumlah negara, terutama negara-negara Barat, karena mendirikan kompleks penahanan di Xinjiang. Beijing membela diri dengan menggambarkan kamp-kamp tersebut sebagai pusat pendidikan kejuruan yang membantu menghilangkan ekstremisme dan memberi orang-orang keterampilan baru.
Pekan lalu, hampir dua lusin negara di Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB menulis sebuah surat yang menyerukan agar China menghentikannya penahanan massal. Sebagai tanggapan, Arab Saudi, Rusia dan 35 negara lainnya menulis surat yang memuji apa yang mereka sebut prestasi luar biasa China di bidang HAM.
Ketika ditanya tentang dukungan Saudi untuk surat itu, Duta Besar Arab Saudi untuk PBB Abdallah Al-Mouallimi mengatakan kepada wartawan di New York bahwa surat itu berbicara tentang pekerjaan pembangunan China. "Hanya itu yang dibicarakan, itu tidak membahas hal lain," katanya, seperti dikutip Reuters, Jumat (19/7/2019).
"Tidak ada yang bisa lebih peduli tentang status Muslim di mana pun di dunia selain Arab Saudi," katanya. "Apa yang kami katakan dalam surat itu adalah bahwa kami mendukung kebijakan pembangunan China yang telah mengangkat orang keluar dari kemiskinan."
Salinan surat itu, yang dilihat oleh Reuters, mengatakan keamanan telah dipulihkan di Xinjiang dan HAM dari semua kelompok etnik di sana telah dilindungi.
"Menghadapi tantangan besar terorisme dan ekstremisme, China telah melakukan serangkaian tindakan kontra-terorisme dan deradikalisasi di Xinjiang, termasuk mendirikan pusat-pusat pendidikan dan pelatihan kejuruan," bunyi surat tersebut.
Direktur Human Rights Watch (HRW) PBB Louis Charbonneau mengkritik balik komentar diplomat Saudi tersebut. "Karakterisasi surat Al-Mouallimi adalah tamparan di wajah umat Muslim yang dianiaya di Tiongkok, tidak akurat sampai pada titik absurditas," ujarnya.
Awal bulan ini Amerika Serikat dan Jerman mengecam China selama pertemuan tertutup Dewan Keamanan PBB atas pusat-pusat penahanan di Xinjiang. Sebagai tanggapan, China mengatakan kepada para diplomat Dewan Keamanan PBB bahwa mereka tidak punya hak untuk mengangkat masalah tersebut di Dewan Keamanan PBB karena itu adalah masalah internal bagi negaranya.
Pada bulan Juni, Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara Barat lainnya keberatan atas kunjungan kepala kontraterorisme PBB ke Xinjiang. Mereka khawatir kunjungan itu akan membuktikan argumen China bahwa mereka sedang menangani terorisme.
Wakil Menteri Luar Negeri AS John Sullivan berbicara dengan Sekretaris Jenderal PBB António Guterres untuk menyampaikan kekhawatiran Washington."Karena Beijing terus melukis kampanye penindasannya terhadap Uighur dan Muslim lainnya sebagai upaya kontraterorisme yang sah ketika itu tidak," katanya.
China atau dikenal sebagai Tiongkok telah dikecam sejumlah negara, terutama negara-negara Barat, karena mendirikan kompleks penahanan di Xinjiang. Beijing membela diri dengan menggambarkan kamp-kamp tersebut sebagai pusat pendidikan kejuruan yang membantu menghilangkan ekstremisme dan memberi orang-orang keterampilan baru.
Pekan lalu, hampir dua lusin negara di Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB menulis sebuah surat yang menyerukan agar China menghentikannya penahanan massal. Sebagai tanggapan, Arab Saudi, Rusia dan 35 negara lainnya menulis surat yang memuji apa yang mereka sebut prestasi luar biasa China di bidang HAM.
Ketika ditanya tentang dukungan Saudi untuk surat itu, Duta Besar Arab Saudi untuk PBB Abdallah Al-Mouallimi mengatakan kepada wartawan di New York bahwa surat itu berbicara tentang pekerjaan pembangunan China. "Hanya itu yang dibicarakan, itu tidak membahas hal lain," katanya, seperti dikutip Reuters, Jumat (19/7/2019).
"Tidak ada yang bisa lebih peduli tentang status Muslim di mana pun di dunia selain Arab Saudi," katanya. "Apa yang kami katakan dalam surat itu adalah bahwa kami mendukung kebijakan pembangunan China yang telah mengangkat orang keluar dari kemiskinan."
Salinan surat itu, yang dilihat oleh Reuters, mengatakan keamanan telah dipulihkan di Xinjiang dan HAM dari semua kelompok etnik di sana telah dilindungi.
"Menghadapi tantangan besar terorisme dan ekstremisme, China telah melakukan serangkaian tindakan kontra-terorisme dan deradikalisasi di Xinjiang, termasuk mendirikan pusat-pusat pendidikan dan pelatihan kejuruan," bunyi surat tersebut.
Direktur Human Rights Watch (HRW) PBB Louis Charbonneau mengkritik balik komentar diplomat Saudi tersebut. "Karakterisasi surat Al-Mouallimi adalah tamparan di wajah umat Muslim yang dianiaya di Tiongkok, tidak akurat sampai pada titik absurditas," ujarnya.
Awal bulan ini Amerika Serikat dan Jerman mengecam China selama pertemuan tertutup Dewan Keamanan PBB atas pusat-pusat penahanan di Xinjiang. Sebagai tanggapan, China mengatakan kepada para diplomat Dewan Keamanan PBB bahwa mereka tidak punya hak untuk mengangkat masalah tersebut di Dewan Keamanan PBB karena itu adalah masalah internal bagi negaranya.
Pada bulan Juni, Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara Barat lainnya keberatan atas kunjungan kepala kontraterorisme PBB ke Xinjiang. Mereka khawatir kunjungan itu akan membuktikan argumen China bahwa mereka sedang menangani terorisme.
Wakil Menteri Luar Negeri AS John Sullivan berbicara dengan Sekretaris Jenderal PBB António Guterres untuk menyampaikan kekhawatiran Washington."Karena Beijing terus melukis kampanye penindasannya terhadap Uighur dan Muslim lainnya sebagai upaya kontraterorisme yang sah ketika itu tidak," katanya.
(mas)