Jepang Luncurkan VR Bantu Lansia Berwisata ke Seluruh Dunia
A
A
A
TOKYO - Jumlah penduduk Jepang berusia di atas 65 tahun mencapai 27,87% pada 2018 versi Index Mundi. Berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), selain menua, penduduk Jepang juga dikenal memiliki usia panjang, yakni rata-rata sekitar 83,7 tahun (86,8 tahun untuk perempuan dan 80,5 tahun laki-laki). Akan tetapi, sebagian orang Jepang berkeyakinan untuk apa berusia panjang jika mereka tidak bahagia.
Atas tantangan itu, sebuah tim dari Universitas Tokyo yang dipimpin Kenta Toshima mencoba menjawabnya. Dengan kemajuan sistem teknologi, mereka mengatakan kebahagiaan dapat diraih melalui dunia virtual reality (VR). Toshima lalu menciptakan konten video perjalanan, baik jalan kaki maupun naik kendaraan, di berbagai destinasi wisata terkenal di dunia dan mengonversinya ke dalam VR.
Diambil dari sudut 360 derajat, orang lanjut usia (lansia) dapat menyaksikan dan merasakan perjalanan itu seakan-akan mereka berada di sana. Mitra Toshima, Atsushi Hiyama yang juga seorang dosen dan asisten profesor di Universitas Tokyo, mengatakan 90% penduduk lansia di Jepang masih sangat aktif dan tidak bergantung kepada orang lain untuk menopang hidup.
Atas hal itu, mereka masih menjadi bagian penting dari tatanan masyarakat. Peserta yang mengikuti program VR Toshima berusia antara 53–90 tahun. Mereka telah menggunakan sistem tersebut sejak setahun yang lalu. Takeshi Maki, 82, menyambut baik dan mengaku puas dengan program itu. Dia mengatakan sangat terkesima saat jalan-jalan ke Hawaii di dalam VR bersama sahabat.
“Beberapa peserta yang sudah berusia 80–90 tahun rata-rata terkejut dengan pengalaman VR ini, sebab mereka memang tidak dapat bergerak begitu jauh dari tempat duduk,” ujar Toshima, dikutip CNN. “Meski kondisi mental dan fisik mereka sudah rapuh, mereka masih bisa menikmati keindahan dunia melalui VR,” imbuhnya.
Toshima merupakan seorang ahli terapi. Dia merekam perjalanan ke berbagai negara untuk memberikan pengobatan kepada lansia yang kehilangan motivasi. Menurut Toshima, setelah diperkenalkan sistem VR, para peserta menjadi terdorong untuk melihat lebih banyak tempat eksotis yang tidak ada di Jepang.
Toshima dan Hiyama berharap rekreasi VR ini dapat membantu peserta menjadi lebih sehat, baik secara fisik maupun mental. “Mereka yang berusia panjang tidak banyak yang bisa dilakukan. Saya melihat satu peserta berdiri dan mulai berjalan. Padahal, biasanya dia hanya duduk saja di sofa,” kata Hiyama.
Di Pusat Panti Jompo Flos Higashi-Kojiya, orang lansia juga diberi hiburan dengan berbagai program rekreasi, mulai kerajinan tangan, karaoke, game, hingga Polra si robot jenius. Polra dapat berjoget, bercanda, dan bercerita. Namun, penggunaan robot untuk sistem perawatan lansia memakan banyak biaya.
Atas tantangan itu, sebuah tim dari Universitas Tokyo yang dipimpin Kenta Toshima mencoba menjawabnya. Dengan kemajuan sistem teknologi, mereka mengatakan kebahagiaan dapat diraih melalui dunia virtual reality (VR). Toshima lalu menciptakan konten video perjalanan, baik jalan kaki maupun naik kendaraan, di berbagai destinasi wisata terkenal di dunia dan mengonversinya ke dalam VR.
Diambil dari sudut 360 derajat, orang lanjut usia (lansia) dapat menyaksikan dan merasakan perjalanan itu seakan-akan mereka berada di sana. Mitra Toshima, Atsushi Hiyama yang juga seorang dosen dan asisten profesor di Universitas Tokyo, mengatakan 90% penduduk lansia di Jepang masih sangat aktif dan tidak bergantung kepada orang lain untuk menopang hidup.
Atas hal itu, mereka masih menjadi bagian penting dari tatanan masyarakat. Peserta yang mengikuti program VR Toshima berusia antara 53–90 tahun. Mereka telah menggunakan sistem tersebut sejak setahun yang lalu. Takeshi Maki, 82, menyambut baik dan mengaku puas dengan program itu. Dia mengatakan sangat terkesima saat jalan-jalan ke Hawaii di dalam VR bersama sahabat.
“Beberapa peserta yang sudah berusia 80–90 tahun rata-rata terkejut dengan pengalaman VR ini, sebab mereka memang tidak dapat bergerak begitu jauh dari tempat duduk,” ujar Toshima, dikutip CNN. “Meski kondisi mental dan fisik mereka sudah rapuh, mereka masih bisa menikmati keindahan dunia melalui VR,” imbuhnya.
Toshima merupakan seorang ahli terapi. Dia merekam perjalanan ke berbagai negara untuk memberikan pengobatan kepada lansia yang kehilangan motivasi. Menurut Toshima, setelah diperkenalkan sistem VR, para peserta menjadi terdorong untuk melihat lebih banyak tempat eksotis yang tidak ada di Jepang.
Toshima dan Hiyama berharap rekreasi VR ini dapat membantu peserta menjadi lebih sehat, baik secara fisik maupun mental. “Mereka yang berusia panjang tidak banyak yang bisa dilakukan. Saya melihat satu peserta berdiri dan mulai berjalan. Padahal, biasanya dia hanya duduk saja di sofa,” kata Hiyama.
Di Pusat Panti Jompo Flos Higashi-Kojiya, orang lansia juga diberi hiburan dengan berbagai program rekreasi, mulai kerajinan tangan, karaoke, game, hingga Polra si robot jenius. Polra dapat berjoget, bercanda, dan bercerita. Namun, penggunaan robot untuk sistem perawatan lansia memakan banyak biaya.
(don)