Sanksi China Incar Perusahaan AS Penjual Senjata ke Taiwan
A
A
A
BEIJING - China bersumpah akan menjatuhkan sanksi pada perusahaan-perusahaan Amerika Serikat (AS) yang terlibat dalam penjualan senjata potensial senilai USD2,2 miliar kepada Taiwan. Ancaman ini dilontarkan Menteri Luar Negeri Wang Yi dan pejabatnya.
Penjualan senjata yang direncanakan tersebut merupakan transfer pertama perlengkapan militer besar-besaran AS kepada Taiwan dalam beberapa dekade terakhir. Washington bersiap memasok senjata-senjata mematikan ketika hubungan antara Amerika Serikat dan China sedang memanas akibat perang dagang.
"Penjualan senjata AS ke Taiwan sangat melanggar norma-norma dasar hukum internasional dan hubungan internasional," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat, yang dilansir Al Jazeera, Sabtu (13/7/2019).
"Untuk melindungi kepentingan nasional, China akan menjatuhkan sanksi pada perusahaan AS yang berpartisipasi dalam penjualan senjata ke Taiwan," katanya.
China, yang memandang Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, telah berjanji untuk menyatukan kepulauan itu ke dalam wilayahnya meski jika harus menggunakan kekuatan militer sekali pun.
Meskipun Taiwan—yang berpisah dari China setelah perang saudara tahun 1949—tidak memiliki hubungan diplomatik dengan AS. Namun, Washington memberi Taipei dukungan militer dan dukungan lainnya. Beijing menganggap tindakan Amerika Serikat itu sebagai gangguan dalam urusan internalnya.
Pada hari Senin, Departemen Luar Negeri AS mengumumkan potensi penjualan senjata senilai USD2,2 miliar kepada Taiwan. Senjata-senjata yang disepakati untuk dijual itu mencakup 108 tank Abrams dan 250 rudal surface-to-air Stinger.
Setelah pengumuman itu, Beijing mengajukan protes resmi kepada Washington melalui saluran diplomatik. Beijing menuntut Washington segera membatalkan penjualan senjata tersebut.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen yang sedang lawatan ke AS dijadwalkan akan menyampaikan pidato di KTT bisnis AS-Taiwan dan menghadiri makan malam dengan anggota komunitas Taiwan-Amerika.
Sebelum berangkat lawatan, Tsai mengatakan pada hari Kamis bahwa dia ingin berbagi nilai-nilai demokrasi dengan teman-teman Taiwan.
"Demokrasi kita tidak datang dengan mudah dan sekarang sedang menghadapi ancaman dan penetrasi teknologi pasukan asing," katanya dalam referensi terselubung ke China.
Sebagai tanggapan, China mendesak AS untuk mematuhi prinsip "Satu China". "Meminta AS untuk tidak mengizinkan persinggahan Tsai Ing-wen, menghentikan pertemuan resmi dengan Taiwan dan menahan diri dari menyediakan platform apa pun untuk pasukan separatis kemerdekaan Taiwan," kata pemerintah China dalam sebuah pernyataan.
Penjualan senjata yang direncanakan tersebut merupakan transfer pertama perlengkapan militer besar-besaran AS kepada Taiwan dalam beberapa dekade terakhir. Washington bersiap memasok senjata-senjata mematikan ketika hubungan antara Amerika Serikat dan China sedang memanas akibat perang dagang.
"Penjualan senjata AS ke Taiwan sangat melanggar norma-norma dasar hukum internasional dan hubungan internasional," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat, yang dilansir Al Jazeera, Sabtu (13/7/2019).
"Untuk melindungi kepentingan nasional, China akan menjatuhkan sanksi pada perusahaan AS yang berpartisipasi dalam penjualan senjata ke Taiwan," katanya.
China, yang memandang Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, telah berjanji untuk menyatukan kepulauan itu ke dalam wilayahnya meski jika harus menggunakan kekuatan militer sekali pun.
Meskipun Taiwan—yang berpisah dari China setelah perang saudara tahun 1949—tidak memiliki hubungan diplomatik dengan AS. Namun, Washington memberi Taipei dukungan militer dan dukungan lainnya. Beijing menganggap tindakan Amerika Serikat itu sebagai gangguan dalam urusan internalnya.
Pada hari Senin, Departemen Luar Negeri AS mengumumkan potensi penjualan senjata senilai USD2,2 miliar kepada Taiwan. Senjata-senjata yang disepakati untuk dijual itu mencakup 108 tank Abrams dan 250 rudal surface-to-air Stinger.
Setelah pengumuman itu, Beijing mengajukan protes resmi kepada Washington melalui saluran diplomatik. Beijing menuntut Washington segera membatalkan penjualan senjata tersebut.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen yang sedang lawatan ke AS dijadwalkan akan menyampaikan pidato di KTT bisnis AS-Taiwan dan menghadiri makan malam dengan anggota komunitas Taiwan-Amerika.
Sebelum berangkat lawatan, Tsai mengatakan pada hari Kamis bahwa dia ingin berbagi nilai-nilai demokrasi dengan teman-teman Taiwan.
"Demokrasi kita tidak datang dengan mudah dan sekarang sedang menghadapi ancaman dan penetrasi teknologi pasukan asing," katanya dalam referensi terselubung ke China.
Sebagai tanggapan, China mendesak AS untuk mematuhi prinsip "Satu China". "Meminta AS untuk tidak mengizinkan persinggahan Tsai Ing-wen, menghentikan pertemuan resmi dengan Taiwan dan menahan diri dari menyediakan platform apa pun untuk pasukan separatis kemerdekaan Taiwan," kata pemerintah China dalam sebuah pernyataan.
(mas)