Iran Coba Rampas Kapal Tanker Inggris di Teluk Persia
A
A
A
WASHINGTON - Lima kapal perang Korps Garda Revolusi Iran berusaha merampas sebuah kapal tanker minyak Inggris di Teluk Persia pada Rabu kemarin. Namun mereka kemudian mundur setelah kapal perang Inggris mendekat.
"Kapal perang Inggris dikatakan berada kurang dari 5 mil di belakang kapal tanker tetapi segera mencegat kapal-kapal Iran dan mengancam akan melepaskan tembakan. Sebuah pesawat pengintai berawak AS juga ada di atas," ungkap seorang pejabat senior pertahanan Amerika Serikat (AS) kepada Fox News.
Pejabat itu menambahkan bahwa pasukan Iran pergi tanpa melepaskan tembakan.
Juru bicara Komando Sentral AS (CENTCOM), Bill Urban mengatakan militer mengetahui laporan kejadian itu.
“Ancaman terhadap kebebasan navigasi internasional membutuhkan solusi internasional. Ekonomi dunia bergantung pada arus perdagangan bebas, dan merupakan kewajiban semua negara untuk melindungi dan melestarikan kunci kemakmuran global ini," ujarnya seperti dikutip dari Fox News, Kamis (11/7/2019).
Ini adalah insiden terbaru dalam serangkaian aksi provokasi antara Iran dan Barat. Sebelumnya pasukan Marinir Inggris pekan lalu merampas kapal tanker Iran yang diyakini telah melanggar sanksi Uni Eropa. Marinir Kerajaan Inggris merampas kapal itu di Gibraltar setelah meyakini kapal itu berusaha menyediakan minyak mentah ke Suriah, sekutu Iran.
Presiden Iran Hassan Rouhani memperingatkan bahwa Inggris akan menghadapi konsekuensi atas perampasan tersebut.
Bulan lalu, Iran menembak jatuh pesawat tak berawak AS di atas Selat Hormuz, jalur air vital yang memisahkan Iran dari Uni Emirat Arab.
Para pejabat AS juga menyalahkan Iran atas serangan terhadap enam kapal tanker minyak di daerah tersebut. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menuduh rezim Iran berusaha mengganggu pasokan minyak dunia yang melalui selat itu.
Ketegangan antara Iran dan AS telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir dan bisa jatuh ke titik nadir setelah Iran pada awal pekan ini mengakui telah melampaui tingkat pengayaan uranium yang ditetapkan oleh perjanjian nuklir 2015.
Presiden Trump menarik AS dari kesepakatan itu tetapi beberapa negara Uni Eropa, yang merupakan sekutunya, tetap berada dalam perjanjian itu. Trump telah mengindikasikan ia akan menjatuhkan sanksi tambahan pada Iran.
"Kapal perang Inggris dikatakan berada kurang dari 5 mil di belakang kapal tanker tetapi segera mencegat kapal-kapal Iran dan mengancam akan melepaskan tembakan. Sebuah pesawat pengintai berawak AS juga ada di atas," ungkap seorang pejabat senior pertahanan Amerika Serikat (AS) kepada Fox News.
Pejabat itu menambahkan bahwa pasukan Iran pergi tanpa melepaskan tembakan.
Juru bicara Komando Sentral AS (CENTCOM), Bill Urban mengatakan militer mengetahui laporan kejadian itu.
“Ancaman terhadap kebebasan navigasi internasional membutuhkan solusi internasional. Ekonomi dunia bergantung pada arus perdagangan bebas, dan merupakan kewajiban semua negara untuk melindungi dan melestarikan kunci kemakmuran global ini," ujarnya seperti dikutip dari Fox News, Kamis (11/7/2019).
Ini adalah insiden terbaru dalam serangkaian aksi provokasi antara Iran dan Barat. Sebelumnya pasukan Marinir Inggris pekan lalu merampas kapal tanker Iran yang diyakini telah melanggar sanksi Uni Eropa. Marinir Kerajaan Inggris merampas kapal itu di Gibraltar setelah meyakini kapal itu berusaha menyediakan minyak mentah ke Suriah, sekutu Iran.
Presiden Iran Hassan Rouhani memperingatkan bahwa Inggris akan menghadapi konsekuensi atas perampasan tersebut.
Bulan lalu, Iran menembak jatuh pesawat tak berawak AS di atas Selat Hormuz, jalur air vital yang memisahkan Iran dari Uni Emirat Arab.
Para pejabat AS juga menyalahkan Iran atas serangan terhadap enam kapal tanker minyak di daerah tersebut. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menuduh rezim Iran berusaha mengganggu pasokan minyak dunia yang melalui selat itu.
Ketegangan antara Iran dan AS telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir dan bisa jatuh ke titik nadir setelah Iran pada awal pekan ini mengakui telah melampaui tingkat pengayaan uranium yang ditetapkan oleh perjanjian nuklir 2015.
Presiden Trump menarik AS dari kesepakatan itu tetapi beberapa negara Uni Eropa, yang merupakan sekutunya, tetap berada dalam perjanjian itu. Trump telah mengindikasikan ia akan menjatuhkan sanksi tambahan pada Iran.
(ian)