Dihapus, Akun Facebook Warga Australia yang Hilang di Korut Kembali Aktif
A
A
A
CANBERRA - Akun Facebook warga negara Australia yang hilang di Korea Utara sempat muncul namun kemudian raib secara misterius pada Sabtu kemarin. Kejadian terjadi sebelum Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan Australia masih berusaha mencari tahu apa yang telah terjadi padanya.
Alek Sigley, satu dari segelintir mahasiswa Barat di negara tertutup itu, telah hilang selama beberapa hari.
Keluarganya telah menghapus akun media sosialnya untuk mencegah spekulasi yang tidak perlu. Namun, secara misterius, akun Facebook Sigley kembali aktif semalam. Tidak diketahui siapa yang mengaktifkannya kembali atau mengapa.
Akun itu kemudian menghilang lagi pada Sabtu jam 2 dini hari waktu Sydney hingga Minggu (30/6/2019) pagi seperti dikutip dari Reuters.
Semenatra akun Twitter Sigley tetap aktof dan anggota masyarakat telah memposting pesan dukungan di sana.
Postingan terakhir pria yang nasibnya hingga kini belum diketahui di Twitter dan profil Facebook-nya itu adalah pada dari Senin (24/6/2019), dan keluarganya belum mendengar kabar darinya sejak Selasa.
Berbicara dari KTT G20 di Osaka, Jepang, Perdana Menteri Morrison mengatakan dia telah berbicara dengan keluarga Sigley dan mengatakan Australia masih berusaha mencari tahu apa yang terjadi padanya.
"Saya hanya akan diukur dalam apa yang saya katakan karena itu semua tentang menggunakan peluang terbaik yang kita miliki sekarang, untuk menginformasikan diri kita tentang di mana Alek berada dan apa keselamatannya dan di mana dia ditahan, dalam kondisi apa," tuturnya kepada wartawan pada Sabtu malam.
Morrison mengatakan banyak pemimpin dunia telah menawarkan bantuan untuk menemukan Sigley dan membawanya pulang.
Ketika ditanya apakah kunjungan Presiden AS Donald Trump ke zona demiliterisasi Korea (DMZ) memberikan kesempatan bagi Amerika untuk membuat representasi, Morrison mengatakan dia tidak akan membiarkan masalah ini diangkat dengan agenda lain.
"Kami akan bekerja dengan semua orang untuk mengamankan keamanan Alek dan cara terbaik yang bisa kami lakukan adalah melakukannya dengan diam-diam, secara efektif, bekerja dengan mitra kami," katanya.
"Ini, tidak memungkinkan untuk diangkat ke dalam agenda lain, ini bukan tentang itu, itu hanya untuk saya, tentang keamanan Alek. Maaf," tukasnya.
Warga Australia berusia 29 tahun itu pindah ke Korut untuk belajar guna mendapatkan gelar master dalam bidang sastra Korea di Universitas Kim Il-sung di Pyongyang. Ia juga mengelola sebuah perusahaan wisata kecil dengan spesialisasi dalam perjalanan pendidikan ke Korut.
Sigley telah menjadi pengguna media sosial yang luar biasa aktif untuk seseorang yang tinggal di Korut, memperbarui akun media sosialnya dengan foto dan postingan blog tentang materi yang tidak berbahaya seperti makanan dan mode.
Perlakuan terhadap warga asing oleh Korut telah lama menjadi masalah yang diperdebatkan.
Terakhir, pelajar AS Otto Warmbier meninggal pada 2017 setelah ditahan di Korut karena mencuri poster propaganda dari kamar hotelnya.
Alek Sigley, satu dari segelintir mahasiswa Barat di negara tertutup itu, telah hilang selama beberapa hari.
Keluarganya telah menghapus akun media sosialnya untuk mencegah spekulasi yang tidak perlu. Namun, secara misterius, akun Facebook Sigley kembali aktif semalam. Tidak diketahui siapa yang mengaktifkannya kembali atau mengapa.
Akun itu kemudian menghilang lagi pada Sabtu jam 2 dini hari waktu Sydney hingga Minggu (30/6/2019) pagi seperti dikutip dari Reuters.
Semenatra akun Twitter Sigley tetap aktof dan anggota masyarakat telah memposting pesan dukungan di sana.
Postingan terakhir pria yang nasibnya hingga kini belum diketahui di Twitter dan profil Facebook-nya itu adalah pada dari Senin (24/6/2019), dan keluarganya belum mendengar kabar darinya sejak Selasa.
Berbicara dari KTT G20 di Osaka, Jepang, Perdana Menteri Morrison mengatakan dia telah berbicara dengan keluarga Sigley dan mengatakan Australia masih berusaha mencari tahu apa yang terjadi padanya.
"Saya hanya akan diukur dalam apa yang saya katakan karena itu semua tentang menggunakan peluang terbaik yang kita miliki sekarang, untuk menginformasikan diri kita tentang di mana Alek berada dan apa keselamatannya dan di mana dia ditahan, dalam kondisi apa," tuturnya kepada wartawan pada Sabtu malam.
Morrison mengatakan banyak pemimpin dunia telah menawarkan bantuan untuk menemukan Sigley dan membawanya pulang.
Ketika ditanya apakah kunjungan Presiden AS Donald Trump ke zona demiliterisasi Korea (DMZ) memberikan kesempatan bagi Amerika untuk membuat representasi, Morrison mengatakan dia tidak akan membiarkan masalah ini diangkat dengan agenda lain.
"Kami akan bekerja dengan semua orang untuk mengamankan keamanan Alek dan cara terbaik yang bisa kami lakukan adalah melakukannya dengan diam-diam, secara efektif, bekerja dengan mitra kami," katanya.
"Ini, tidak memungkinkan untuk diangkat ke dalam agenda lain, ini bukan tentang itu, itu hanya untuk saya, tentang keamanan Alek. Maaf," tukasnya.
Warga Australia berusia 29 tahun itu pindah ke Korut untuk belajar guna mendapatkan gelar master dalam bidang sastra Korea di Universitas Kim Il-sung di Pyongyang. Ia juga mengelola sebuah perusahaan wisata kecil dengan spesialisasi dalam perjalanan pendidikan ke Korut.
Sigley telah menjadi pengguna media sosial yang luar biasa aktif untuk seseorang yang tinggal di Korut, memperbarui akun media sosialnya dengan foto dan postingan blog tentang materi yang tidak berbahaya seperti makanan dan mode.
Perlakuan terhadap warga asing oleh Korut telah lama menjadi masalah yang diperdebatkan.
Terakhir, pelajar AS Otto Warmbier meninggal pada 2017 setelah ditahan di Korut karena mencuri poster propaganda dari kamar hotelnya.
(ian)