Cacat Baru Ditemukan pada Boeing 737 MAX 8
A
A
A
WASHINGTON - Boeing mengatakan sebuah cacat baru yang dapat menyebabkan hidung pesawat menukik ke bawah telah ditemukan pada pesawat terbarunya 737 MAX. Hampir bisa dipastikan temuan ini akan menunda Boeing 737 MAX kembali mengangkasa setelah dua tabrakan mematikan.
"Masalah perangkat lunak dalam sistem komputer pesawat ditemukan oleh pilot Administrasi Penerbangan Federal (FAA) yang menguji perangkat lunak Max yang diperbarui," kata Boeing seperti dikutip dari Independent, Kamis (27/6/2019).
Dua orang sumber yang akrab dengan masalah tersebut mengatakan kepada kantor berita Associated Press cacat itu bisa menyebabkan hidung pesawat melayang. Keduanya berbicara dengan syarat anonimitas untuk membahas aspek proses peninjauan yang tidak bersifat publik.
Dalam dua kecelakaan yang melibatkan Boeing 737 MAX 8, perangkat lunak kontrol penerbangan pesawat mendorong hidung pesawat ke bawah berdasarkan pembacaan yang salah dari satu sensor.
"Boeing setuju dengan keputusan dan permintaan FAA, dan sedang mengerjakan perangkat lunak yang diperlukan untuk menjawab permintaan FAA," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.
Diperkirakan memperbaiki masalah ini dapat dilakukan melalui perubahan perangkat lunak atau dengan mengganti mikroprosesor dalam sistem kontrol penerbangan pesawat. Perkembangan terbaru ini bisa menunda kembali beroperasinya pesawat dengan tambahan waktu satu hingga tiga bulan.
Boeing telah bekerja untuk mendapatkan pesawat terlarisnya kembali mengudara setelah badan penerbangan di seluruh dunia mengandangkannya pada bulan Maret setelah dua kecelakaan mematikan dalam waktu lima bulan.
Bulan lalu, perwakilan FAA mengatakan kepada anggota industri penerbangan bahwa persetujuan atas Boeing 737 Max dapat terjadi pada awal Juni.
Boeing telah bekerja untuk memperbarui stall-prevention system atau yang dikenal dengan MCAS sejak pesawat Lion Air jatuh di Indonesia pada bulan Oktober, setelah perangkat lunak itu berulang kali mendorong hidung pesawat ke bawah.
Kecelakaan mematikan kedua pada bulan Maret, yang melibatkan pesawat jet Ethiopian Airlines juga melibatkan MCAS.
Secara total, 346 orang tewas dalam kedua kecelakaan itu.
“Pada masalah terbaru, proses FAA dirancang untuk menemukan dan menyoroti potensi risiko. FAA baru-baru ini menemukan risiko potensial yang harus dikurangi oleh Boeing,” kata FAA dalam sebuah pernyataan.
"FAA akan mencabut perintah larangan pesawat ketika kami menganggap aman untuk melakukannya," imbuh pernyataan itu.
FAA menambahkan bahwa pihaknya sedang melanjutkan untuk mengevaluasi modifikasi perangkat lunak yang dilakukan Boeing untuk MCAS.
"Kami masih mengembangkan persyaratan pelatihan yang diperlukan," kata FAA.
"Kami juga menanggapi rekomendasi yang diterima dari Dewan Penasihat Teknis (TAB). TAB adalah panel peninjau independen yang kami minta untuk meninjau pekerjaan kami mengenai 737 Max yang kembali melayani penerbangan," demikian bunyi pernyataan FAA itu.
"Masalah perangkat lunak dalam sistem komputer pesawat ditemukan oleh pilot Administrasi Penerbangan Federal (FAA) yang menguji perangkat lunak Max yang diperbarui," kata Boeing seperti dikutip dari Independent, Kamis (27/6/2019).
Dua orang sumber yang akrab dengan masalah tersebut mengatakan kepada kantor berita Associated Press cacat itu bisa menyebabkan hidung pesawat melayang. Keduanya berbicara dengan syarat anonimitas untuk membahas aspek proses peninjauan yang tidak bersifat publik.
Dalam dua kecelakaan yang melibatkan Boeing 737 MAX 8, perangkat lunak kontrol penerbangan pesawat mendorong hidung pesawat ke bawah berdasarkan pembacaan yang salah dari satu sensor.
"Boeing setuju dengan keputusan dan permintaan FAA, dan sedang mengerjakan perangkat lunak yang diperlukan untuk menjawab permintaan FAA," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.
Diperkirakan memperbaiki masalah ini dapat dilakukan melalui perubahan perangkat lunak atau dengan mengganti mikroprosesor dalam sistem kontrol penerbangan pesawat. Perkembangan terbaru ini bisa menunda kembali beroperasinya pesawat dengan tambahan waktu satu hingga tiga bulan.
Boeing telah bekerja untuk mendapatkan pesawat terlarisnya kembali mengudara setelah badan penerbangan di seluruh dunia mengandangkannya pada bulan Maret setelah dua kecelakaan mematikan dalam waktu lima bulan.
Bulan lalu, perwakilan FAA mengatakan kepada anggota industri penerbangan bahwa persetujuan atas Boeing 737 Max dapat terjadi pada awal Juni.
Boeing telah bekerja untuk memperbarui stall-prevention system atau yang dikenal dengan MCAS sejak pesawat Lion Air jatuh di Indonesia pada bulan Oktober, setelah perangkat lunak itu berulang kali mendorong hidung pesawat ke bawah.
Kecelakaan mematikan kedua pada bulan Maret, yang melibatkan pesawat jet Ethiopian Airlines juga melibatkan MCAS.
Secara total, 346 orang tewas dalam kedua kecelakaan itu.
“Pada masalah terbaru, proses FAA dirancang untuk menemukan dan menyoroti potensi risiko. FAA baru-baru ini menemukan risiko potensial yang harus dikurangi oleh Boeing,” kata FAA dalam sebuah pernyataan.
"FAA akan mencabut perintah larangan pesawat ketika kami menganggap aman untuk melakukannya," imbuh pernyataan itu.
FAA menambahkan bahwa pihaknya sedang melanjutkan untuk mengevaluasi modifikasi perangkat lunak yang dilakukan Boeing untuk MCAS.
"Kami masih mengembangkan persyaratan pelatihan yang diperlukan," kata FAA.
"Kami juga menanggapi rekomendasi yang diterima dari Dewan Penasihat Teknis (TAB). TAB adalah panel peninjau independen yang kami minta untuk meninjau pekerjaan kami mengenai 737 Max yang kembali melayani penerbangan," demikian bunyi pernyataan FAA itu.
(ian)