Cerita Fotografer Korsel Motret di Dalam DMZ
A
A
A
JAKARTA - Choi Byung Kwan, seorang fotografer sekaligus penyair Korea Selatan (Korsel) mengungkapkan pengalamannya memoret di dalam Zona Demilitirasi (DMZ) antara Korsel dan Korea Utara (Korut). DMZ adalah zona netral yang memisahkan kedua Korea.
Ditemui saat acara pembukaan pameran foto DMZ di Jakarta, Choi menuturkan, dia pertama kali menginjakan kaki di wilayah paling misterius dan berbahaya di Korea itu pada tahun 1997. Dia mengatakan, tidak mudah untuk bisa masuk ke dalam DMZ.
"Tidak bisa sembarang masuk ke DMZ, saya mengontak tentara dan kementerian terkait untuk bisa mendapatkan izin ke sana," kata Choi kepada awak media pada Senin (24/6).
Choi menuturkan, dirinya diberi waktu selama empat bulan untuk menjelajah dan memotret DMZ di sisi Korsel. Dia mengaku telah beberapa kali memasuki DMZ dari waktu 1997 hingga tahun 2003.
Dirinya mengatakan, karena zona tersebut sangat berbahaya, selama menjelajah DMZ dia selalu ditemani oleh tentara Korsel. "Ada 11 tentara yang selalu menemani saya," ungkapnya.
Ketika ditanya apakah pengalaman yang paling dia ingat selama menjelajah DMZ, Choi menyebut salah satu pengalaman itu adalah ditembaki oleh tentara Korut.
Sementara itu, saat disinggung apa perbedaan DMZ sekarang dan dahulu, dia mengatakan ada beberapa perbedaan yang cukup mencolok. "Dahulu ada siaran propaganda dari Korsel ke Korut, begitu pula sebaliknya, sekarang sudah tidak ada. Dahulu ada papan protes dari Korsel ke Korut dan sebaliknya, sekarang sudah tidak ada. Ada beberapa pos yang sudah dihancurkan," ungkapnya.
Choi sendiri akan memamerkan hasil karyanya di Jakarta akhir Juli mendatang. Pameran foto DMZ karya Choi ini bertempat di Gedung 2 Museum Nasional Indonesia.
Ditemui saat acara pembukaan pameran foto DMZ di Jakarta, Choi menuturkan, dia pertama kali menginjakan kaki di wilayah paling misterius dan berbahaya di Korea itu pada tahun 1997. Dia mengatakan, tidak mudah untuk bisa masuk ke dalam DMZ.
"Tidak bisa sembarang masuk ke DMZ, saya mengontak tentara dan kementerian terkait untuk bisa mendapatkan izin ke sana," kata Choi kepada awak media pada Senin (24/6).
Choi menuturkan, dirinya diberi waktu selama empat bulan untuk menjelajah dan memotret DMZ di sisi Korsel. Dia mengaku telah beberapa kali memasuki DMZ dari waktu 1997 hingga tahun 2003.
Dirinya mengatakan, karena zona tersebut sangat berbahaya, selama menjelajah DMZ dia selalu ditemani oleh tentara Korsel. "Ada 11 tentara yang selalu menemani saya," ungkapnya.
Ketika ditanya apakah pengalaman yang paling dia ingat selama menjelajah DMZ, Choi menyebut salah satu pengalaman itu adalah ditembaki oleh tentara Korut.
Sementara itu, saat disinggung apa perbedaan DMZ sekarang dan dahulu, dia mengatakan ada beberapa perbedaan yang cukup mencolok. "Dahulu ada siaran propaganda dari Korsel ke Korut, begitu pula sebaliknya, sekarang sudah tidak ada. Dahulu ada papan protes dari Korsel ke Korut dan sebaliknya, sekarang sudah tidak ada. Ada beberapa pos yang sudah dihancurkan," ungkapnya.
Choi sendiri akan memamerkan hasil karyanya di Jakarta akhir Juli mendatang. Pameran foto DMZ karya Choi ini bertempat di Gedung 2 Museum Nasional Indonesia.
(esn)