AS Diibaratkan Negosiasi dengan Todongkan Pisau di Tenggorokan Iran
A
A
A
NEW YORK - Duta Besar Iran untuk PBB, Majid Takht Ravanchi, membela penembakan pesawat nirawak mata-mata Amerika Serikat di Selat Hormuz. Dia mengatakan Teheran tidak akan bisa dipaksa berunding kembali dengan Gedung Putih.
"Anda tidak dapat bernegosiasi dengan seseorang yang memiliki pisau di tangannya dengan meletakkan pisau di bawah tenggorokan Anda," kata Ravanchi menyindir Amerika Serikat, dalam sebuah wawancara dengan NPR, Jumat (21/6/2019).
"Itu tidak bisa diterima oleh siapa pun. Orang yang berakal tidak bisa menerima untuk melakukan negosiasi dengan seseorang yang mengancam Anda," katanya lagi.
Dalam wawancara 20 menit dengan Steve Inskeep, pembawa acara "Morning Edition" NPR, Ravanchi juga menolak bahwa Iran harus bertanggung jawab atas serangan terhadap dua kapal tanker minyak pekan lalu.
Menurutnya, Teheran tidak tertarik untuk berperang. Sebaliknya, dia menuduh para pemimpin Amerika meluncurkan "perang ekonomi" terhadap Iran dalam upaya untuk mengisolasi negara para Mullah itu dan memaksanya kembali ke meja perundingan.
Presiden AS Donald John Trump menyalahkan "seseorang yang ceroboh dan bodoh" di pihak Iran karena menembak jatuh pesawat pengintai Angkatan Laut dengan lebar sayap 131 kaki itu di Selat Hormuz Kamis kemarin.
Tak lama setelah pesawat nirawak RQ-4 Global Hawk ditembak jatuh oleh Koprs Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran dengan rudal, Trump menyerukan pertemuan darurat dengan para pemimpin Kongres.Komando Sentral (CENTCOM) AS mengatakan penembakan pesawat nirawak itu merupakan "serangan tidak beralasan" di perairan internasional.
Tetapi Ravanchi menyampaikan pembelaan versi peristiwa dari Iran. Menurutnya, pesawat itu ditembak kektika terbang di wilayah udara negaranya. "Kita perhatikan bahwa pesawat itu mendekati wilayah udara kita," kata Ravanchi.
Dia mengatakan sudah ada upaya yang dilakukan Iran untuk memperingatkan militer AS melalui radio terkait penerbangan pesawat RQ-4 Global Hawk. "Dan tiba-tiba, kita perhatikan bahwa (pesawat) itu memasuki wilayah udara kami," ujarnya.
"Pada saat itu karena itu adalah pesawat mata-mata, kami tidak punya pilihan lain. "Yakni, hanya menembak jatuh," imbuh diplomat Teheran tersebut.
Menurutnya, Iran bertindak sesuai dengan Pasal 51 Piagam PBB, bahwa aksi militer dimungkinkan dalam situasi yang melibatkan pertahanan diri.
"Ini adalah tindakan provokasi dari Amerika Serikat, dan kami meminta komunitas internasional agar meminta Amerika Serikat menghentikan tindakan semacam ini, yang membahayakan perdamaian dan keamanan internasional," paparnya.
"Anda tidak dapat bernegosiasi dengan seseorang yang memiliki pisau di tangannya dengan meletakkan pisau di bawah tenggorokan Anda," kata Ravanchi menyindir Amerika Serikat, dalam sebuah wawancara dengan NPR, Jumat (21/6/2019).
"Itu tidak bisa diterima oleh siapa pun. Orang yang berakal tidak bisa menerima untuk melakukan negosiasi dengan seseorang yang mengancam Anda," katanya lagi.
Dalam wawancara 20 menit dengan Steve Inskeep, pembawa acara "Morning Edition" NPR, Ravanchi juga menolak bahwa Iran harus bertanggung jawab atas serangan terhadap dua kapal tanker minyak pekan lalu.
Menurutnya, Teheran tidak tertarik untuk berperang. Sebaliknya, dia menuduh para pemimpin Amerika meluncurkan "perang ekonomi" terhadap Iran dalam upaya untuk mengisolasi negara para Mullah itu dan memaksanya kembali ke meja perundingan.
Presiden AS Donald John Trump menyalahkan "seseorang yang ceroboh dan bodoh" di pihak Iran karena menembak jatuh pesawat pengintai Angkatan Laut dengan lebar sayap 131 kaki itu di Selat Hormuz Kamis kemarin.
Tak lama setelah pesawat nirawak RQ-4 Global Hawk ditembak jatuh oleh Koprs Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran dengan rudal, Trump menyerukan pertemuan darurat dengan para pemimpin Kongres.Komando Sentral (CENTCOM) AS mengatakan penembakan pesawat nirawak itu merupakan "serangan tidak beralasan" di perairan internasional.
Tetapi Ravanchi menyampaikan pembelaan versi peristiwa dari Iran. Menurutnya, pesawat itu ditembak kektika terbang di wilayah udara negaranya. "Kita perhatikan bahwa pesawat itu mendekati wilayah udara kita," kata Ravanchi.
Dia mengatakan sudah ada upaya yang dilakukan Iran untuk memperingatkan militer AS melalui radio terkait penerbangan pesawat RQ-4 Global Hawk. "Dan tiba-tiba, kita perhatikan bahwa (pesawat) itu memasuki wilayah udara kami," ujarnya.
"Pada saat itu karena itu adalah pesawat mata-mata, kami tidak punya pilihan lain. "Yakni, hanya menembak jatuh," imbuh diplomat Teheran tersebut.
Menurutnya, Iran bertindak sesuai dengan Pasal 51 Piagam PBB, bahwa aksi militer dimungkinkan dalam situasi yang melibatkan pertahanan diri.
"Ini adalah tindakan provokasi dari Amerika Serikat, dan kami meminta komunitas internasional agar meminta Amerika Serikat menghentikan tindakan semacam ini, yang membahayakan perdamaian dan keamanan internasional," paparnya.
(mas)