Putin Siap Bertemu dengan Trump di KTT G20
A
A
A
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa ia terbuka untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di sela-sela KTT G20 di Osaka, Jepang. Namun ia tidak berharap banyak jika pertemuan itu dapat dengan cepat mengurangi ketegangan dengan Washington.
Dalam sebuah wawancara live via telepon, Putin menyatakan kesiapannya untuk lebih sering melakukan pembicaraan dengan Trump.
"Dialog selalu baik dan perlu," kata Putin.
"Jika pihak Amerika menunjukkan minat dalam hal itu, kami secara alami siap untuk dialog seperti halnya mitra kami," imbuhnya seperti dikutip dari AP News, Kamis (20/6/2019).
Menurutnya, Rusia dan AS perlu fokus pada masalah pengendalian senjata termasuk masa depan perjanjian senjata Start yang Baru yang akan berakhir pada 2021.
Hubungan AS-Rusia, kata Putin, telah menjadi sandera bagi pertikaian politik dalam negeri AS jelang pemilu presiden tahun 2020 mendatang, mengaburkan prospek untuk memperbaikinya.
"Hubungan kita tidak akan mudah, mengingat fakta bahwa sebagian dari lembaga Amerika berspekulasi tentang hubungan Rusia-AS, mencoba mengeruhkan air untuk membuat beberapa keuntungan dan menciptakan semua jenis (berita) palsu," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Putin kembali membantah Rusia ikut campur dalam pemilu AS pada 2016 guna membantu Trump menang meskipun ada bukti yang bertentangan yang ditemukan oleh penasihat khusus AS Robert Mueller.
Putin menambahkan bahwa tawaran pemilu ulang Trump akan membuat ketegangan berkurang bahkan lebih tidak mungkin.
"Bahkan jika presiden ingin mengambil beberapa langkah ke depan, untuk membahas sesuatu, ada banyak batasan yang datang dari struktur negara lain," ucap Putin.
Putin kemudian ditanyai soal laporan The New York Times tentang serangan siber AS pada infrastruktur energi Rusia. Aksi ini menuai kecaman dari Trump yang menyebutnya sebagai "tindakan pengkhianatan."
Putin mengatakan Rusia menanggapi masalah ini dengan serius.
"Saya mendengar tentang artikel The New York Times dan melihat reaksi presiden Trump, yang menyebut mereka pengkhianat," ujar Putin.
"Saya tidak tahu bagaimana kita harus menafsirkannya, apakah mereka mengungkap informasi yang benar atau itu palsu. Bagaimanapun, kita perlu bereaksi terhadap itu (tetapi) kita harus memahami apa itu," jelasnya.
"Sangat penting untuk melindungi infrastruktur vital kami," tukasnya.
Dalam sebuah wawancara live via telepon, Putin menyatakan kesiapannya untuk lebih sering melakukan pembicaraan dengan Trump.
"Dialog selalu baik dan perlu," kata Putin.
"Jika pihak Amerika menunjukkan minat dalam hal itu, kami secara alami siap untuk dialog seperti halnya mitra kami," imbuhnya seperti dikutip dari AP News, Kamis (20/6/2019).
Menurutnya, Rusia dan AS perlu fokus pada masalah pengendalian senjata termasuk masa depan perjanjian senjata Start yang Baru yang akan berakhir pada 2021.
Hubungan AS-Rusia, kata Putin, telah menjadi sandera bagi pertikaian politik dalam negeri AS jelang pemilu presiden tahun 2020 mendatang, mengaburkan prospek untuk memperbaikinya.
"Hubungan kita tidak akan mudah, mengingat fakta bahwa sebagian dari lembaga Amerika berspekulasi tentang hubungan Rusia-AS, mencoba mengeruhkan air untuk membuat beberapa keuntungan dan menciptakan semua jenis (berita) palsu," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Putin kembali membantah Rusia ikut campur dalam pemilu AS pada 2016 guna membantu Trump menang meskipun ada bukti yang bertentangan yang ditemukan oleh penasihat khusus AS Robert Mueller.
Putin menambahkan bahwa tawaran pemilu ulang Trump akan membuat ketegangan berkurang bahkan lebih tidak mungkin.
"Bahkan jika presiden ingin mengambil beberapa langkah ke depan, untuk membahas sesuatu, ada banyak batasan yang datang dari struktur negara lain," ucap Putin.
Putin kemudian ditanyai soal laporan The New York Times tentang serangan siber AS pada infrastruktur energi Rusia. Aksi ini menuai kecaman dari Trump yang menyebutnya sebagai "tindakan pengkhianatan."
Putin mengatakan Rusia menanggapi masalah ini dengan serius.
"Saya mendengar tentang artikel The New York Times dan melihat reaksi presiden Trump, yang menyebut mereka pengkhianat," ujar Putin.
"Saya tidak tahu bagaimana kita harus menafsirkannya, apakah mereka mengungkap informasi yang benar atau itu palsu. Bagaimanapun, kita perlu bereaksi terhadap itu (tetapi) kita harus memahami apa itu," jelasnya.
"Sangat penting untuk melindungi infrastruktur vital kami," tukasnya.
(ian)