Kolega Sebut Mohamed Morsi Dibunuh Pasukan Keamanan

Selasa, 18 Juni 2019 - 22:50 WIB
Kolega Sebut Mohamed Morsi Dibunuh Pasukan Keamanan
Kolega Sebut Mohamed Morsi Dibunuh Pasukan Keamanan
A A A
KAIRO - Rekan kerja dan teman-teman menuduh pasukan keamanan telah membunuh mantan presiden Mesir terguling Mohamed Morsi. Polisi disebut telah gagal memberikan pertolongan pertama dengan cepat ketika Morsi pingsan saat menjalani persidangan Senin kemarin.

Penjaga penjara diduga tidak bertindak apa-apa saat pemimpin kelompok Ikhwanul Muslimin yang berusia 67 tahun itu jatuh pingsan di sel ruang sidang selama lebih dari 20 menit, meskipun terdakwa lain meminta bantuan.

Morsi, yang menderita diabetes, hipertensi, dan penyakit hati, pingsan setelah berbicara selama sidang ulang di pengadilan dengan tuduhan berkolaborasi dengan kekuatan asing dan kelompok-kelompok militan.

Abdullah al-Haddad, yang ayah dan saudara lelakinya diadili bersama Morsi pada hari Senin, mengungkapkan para saksi mengatakan kepadanya "tidak ada yang peduli" untuk membantu ketika Morsi pingsan.

“Dia dibiarkan terpuruk untuk sementara sampai penjaga membawanya keluar. Ambulans tiba setelah 30 menit. Tahanan lain pertama kali memperhatikan ia jatuh, mereka mulai berteriak. Beberapa dari mereka, yang adalah dokter, meminta penjaga untuk membiarkan mereka merawatnya atau memberinya pertolongan pertama," kata Haddad seperti dilansir dari Independent, Selasa (18/6/2019).

“Mengabaikannya pada awalnya memang disengaja. Hal pertama yang dilakukan penjaga penjara setelah para tahanan mulai berteriak adalah mengeluarkan anggota keluarga dari ruang sidang,” tambahnya.

Ia kini mengkhawatirkan ayahnya, yang katanya telah ditolak melakukan operasi jantung meskipun menderita empat serangan jantung sejak penangkapannya.

Laporan ini dikuatkan oleh teman keluarga para terdakwa yang berbicara dengan kerabat Morsi dan para terdakwa setelah persidangan, tetapi meminta untuk tetap dirahasiakan karena alasan keamanan.

"Sekitar 10 menit setelah (Morsi) berhenti berbicara, orang-orang di dalam sel mulai menggedor dinding sel mengatakan bahwa dia tidak sadar dan mereka membutuhkan bantuan," kata aktivis itu kepada The Independent.

“Keluarga-keluarga yang ada di sana memberi tahu saya bahwa polisi tidak melakukan apa pun selama lebih dari 20 menit meskipun ada teriakan. Mereka meninggalkannya di sana," imbuhnya.

"Polisi kemudian mulai membawa keluarga keluar dari pengadilan dan ambulan datang," tukasnya.

Kesaksian ini juga didukung oleh Amr Darrag, yang menjabat sebagai menteri kerja sama internasional Morsi sebelum pengambilalihan militer pada 2013.

Dia mengatakan kepada The Independent bahwa mantan presiden tidak sadarkan diri di lantai selnya selama setengah jam, menambahkan bahwa Morsi belum menerima perawatan medis yang layak selama dalam penahanan.

Morsi dimakamkan dengan tergesa-gesa di Kota Nasr, pinggiran timur Ibu Kota Mesir, Kairo. Tindakan ini bertentangan dengan keinginan keluarganya yang meminta agar ia dimakamkan di rumahnya di wilayah gubernur Sharqiya.

Hanya segelintir anggota keluarga dan pengacara yang diizinkan hadir di pemakamannya. Namun mereka tidak diberi akses ke laporan otopsi.

“Kurang dari 10 orang diizinkan menghadiri pemakamannya. Tidak ada pemeriksaan independen atas jenazahnya,” tambah Darrag berbicara dari Turki.

Kementerian luar negeri Mesir tidak segera menanggapi permintaan The Independent untuk mengomentari tuduhan tersebut. Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kelompok hak asasi manusia menyerukan penyelidikan independen terhadap kondisi penahanan dan kematian tokoh kelompok Islam itu.

Menurut deskripsi resmi, Morsi segera dipindahkan ke rumah sakit setelah dia pingsan.

Kantor Kejaksaan Agung Mesir membantah semua tudingan dengan mengatakan Morsi segera dibawa ke rumah sakit di mana ia kemudian dinyatakan meninggal. Dia diyakini telah meninggal karena serangan jantung.

Layanan Informasi Negara Mesir (SIS) mengeluarkan pernyataan terpisah yang membantah laporan bahwa Morsi diperlakukan dengan buruk di balik jeruji besi, dengan mengatakan bahwa permintaan untuk akses ke perawatan medis telah disetujui oleh pengadilan.

SIS juga menuduh kelompok-kelompok HAM menyebarkan kebohongan di tengah seruan yang meningkat untuk penyelidikan segera dan independen atas apa yang terjadi.

Human Rights Watch (HRW) menyebut kematian itu mengerikan, tetapi dapat diprediksi. HRW mengatakan anggota keluarga telah melaporkan bahwa Morsi dipaksa tidur di lantai selnya yang kotor di penjara Tora dan menderita koma diabetes karena kurangnya perhatian medis.

Tahun lalu, sekelompok anggota parlemen dan pengacara Inggris mengeluarkan laporan memberatkan yang memperingatkan bahwa Morsi bisa mati di penjara jika dia tidak menerima perawatan medis yang mendesak.

Panel Inggris, yang dikepalai oleh Crispin Blunt, mantan ketua Komite Urusan Luar Negeri, dan beberapa pengacara hak asasi manusia London, menyimpulkan bahwa mantan presiden tersebut kemungkinan telah mengalami penyiksaan, karena ia ditahan selama 23 jam sehari tanpa busana di sel kurungan soliter beton.

Morsi terpilih sebagai Presiden Mesir secara demokratis pada musim panas 2012, setelah mengalahkan Ahmed Shafik, perdana menteri presiden yang dijatuhkan Hosni Mubarak.

Dia digulingkan dari kekuasaan oleh militer hanya setahun kemudian setelah aksi protes nasional terhadap pemerintahannya. Pada Juli 2013 dia ditangkap dan menghilang selama lima bulan.

Selama periode itu tentara meluncurkan penumpasan brutal terhadap kelompok Ikhwanul Muslimin dan para pendukungnya, menewaskan ratusan orang dan memenjarakan puluhan ribu lainnya.

Morsi tidak muncul kembali sampai November 2013, ketika ia diadili karena menghasut kekerasan terhadap demonstran, melarikan diri dari penjara pada 2011 dan spionase.

Ada sedikit reaksi terhadap berita kematiannya di Kairo. Tetapi di Istanbul, ribuan pendukungnya berkumpul dalam doa, yang diserukan oleh otoritas agama Turki Diyanetl

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, sekutu dekat almarhum pemimpin itu, menyebutnya sebagai "martir" dan menyalahkan "tiran" Mesir atas kematiannya.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4680 seconds (0.1#10.140)